- Randy Wirayudha
- 6 Mei
- 5 menit membaca
MESTINYA Garda Swiss menggelar upacara pengambilan sumpah para rekrutan anyarnya hari ini, Selasa (6/5/2025). Namun karena masih berlangsungnya masa duka wafatnya Paus Fransiskus pada 21 April 2025 silam dan menjelang pemilihan Bapa Suci baru dalam konklaf yang dimulai pada Rabu (7/5/2025), khusus tahun ini upacara pengambilan sumpah para rekrutan anyar pasukan Garda Swiss ditunda.
Garda Swiss adalah pasukan elite pengawal Paus sang pemimpin Gereja Katolik dunia. Sebagai pasukan terkecil di dunia secara kuantitas, tentu wilayah yurisdiksinya hanya sebatas negara Takhta Suci Vatikan seluas 44 hektare. Lazimnya dalam banyak agenda besar yang mendatangkan wisatawan hingga umat Katolik dunia ke Vatikan, pengamanan dibantu aparat Angkatan Darat (AD) Italia atau Carabinieri (polisi militer).
Garda Swiss sendiri sudah jadi pasukan pengawal Kepausan sejak tahun 1506. Namun upacara peringatan hari jadinya ditetapkan setiap tanggal 6 Mei, merujuk pada peristiwa pengorbanan 147 martir Garda Swiss kala melindungi Paus Klemens VII ketika Peristiwa Penjarahan Roma (6 Mei 1527) dalam Perang Liga Cognac (1526-1530). Di kemudian hari, bertepatan dengan peringatan itu juga dilangsungkan pengambilan sumpah para rekrutan baru.
Meski pengambilan sumpah para prajurit baru biasanya bisa dilihat khalayak umum, pada tahun ini untuk sementara waktu ditunda di masa sede vacante atau periode vakumnya Takhta Suci Vatikan. Menurut Zenit News, Sabtu (3/5/2025), hanya akan dilangsungkan upacara peringatan di dekat monumen 147 martir di halaman barak-barak Garda Swiss secara tertutup dengan dipimpin Panglima Garda Swiss Kepausan Kolonel Christoph Graf.
Selain jadi pasukan terkecil, Garda Swiss juga acap dijuluki “Pasukan Paus yang Misterius”. Kekuatannya tak lebih dari satu kompi (sekitar 135-150 prajurit), baik yang bertugas menjaga sejumlah pos perbatasan, Lapangan Santo Petrus, Basilika Santo Petrus, atau yang bertugas jadi pengawal pribadi Bapa Suci dalam setiap kegiatan di dalam maupun di luar Vatikan.
Khusus yang berjaga di beberapa pos, prajurit Garda Swiss akan mengenakan seragam tiga warna mencolok khas era Renaissance (abad ke-15-abad ke-16) bergaris biru, merah, dan, oranye, serta baret hitam atau helm Morion berhias bulu merah. Senjata yang dipegang juga dari era serupa, berupa pedang yang disarungkan di sabuk kiri dan sebilah halberd atau tombak kapak yang digenggam. Adapun yang bertugas jadi pengawal pribadi Bapa Suci ibarat Paspampres, sekadar mengenakan rompi anti-peluru di balik setelan jas hitam mereka serta bersenjatakan senjata api sejenis pistol.
Sebagaimana yang dikisahkan dokumenter Deutsche Welle, “The Pope’s Mysterious Army”, yang diunggah di kanal Youtube DW Documentary, 18 April 2025, terdapat beberapa syarat –yang terkesan rigid berdasarkan tradisi lebih dari 500 tahun– untuk bisa menjadi prajurit Garda Swiss. Yakni berjenis kelamin laki-laki, berkewarganegaraan Swiss, penganut Katolik, belum menikah, sehat jasmani dan rohani, berusia antara 19-30 tahun, minimal lulusan SMA, postur minimal 174 cm, sudah menyelesaikan pelatihan dasar Angkatan Darat Swiss, dan memiliki SIM B (motor dan mobil).
Garda Swiss biasanya merekrut sekitar 30 anggota setahun sekali. Mereka yang sudah menjadi anggota Garda Swiss minimal akan memiliki masa tugas 26 bulan dengan opsi memperpanjang pengabdiannya. “Pengabdian” jadi kata kunci lantaran gaji menjadi anggota Garda Swiss terbilang rendah.
“Pendapatan kami sekitar 1.500 euro (setara Rp28 juta) sebulan. Jumlahnya tidak banyak tetapi layak untuk ukuran hidup di Italia. Namun di Swiss hampir tidak layak. Gaji rata-rata di Swiss sekitar 5.000 franc Swiss (setara Rp99,5 juta). Jadi itu artinya kami di sini untuk mengabdi dan bukan karena uang,” ujar Gregoire, salah satu anggota Garda Swiss, dalam dokumenter tersebut.
Dari Tentara Bayaran jadi Pasukan Elit
Bukan orang sembarangan yang bisa jadi prajurit Garda Swiss. Selain aneka persyaratan di atas, para calon rekrutan yang biasanya eks-anggota wajib militer Swiss juga mesti lebih dulu menandatangani komitmen layaknya kontrak. Setelah lolos seleksi, puluhan calon rekrutan baru akan menjalani latihan khusus selama dua bulan yang diampu pasukan khusus polisi dan AD Swiss sebelum resmi menjadi bagian dari Garda Swiss.
Garda Swiss kini memang dianggap pasukan elite. Namun menurut William Urban dalam Small Wars and Their Influence on Nation States: 1500 to the Present, mereka mulanya adalah tentara bayaran. Semuanya berawal dari persekutuan Paus Sistus IV dengan Konfederasi Swiss di masa pergolakan Eropa dan Peperangan Italia (1494-1559).
“Tentara bayaran Swiss mulai masuk ke Italia dalam jumlah besar untuk jadi pasukannya Raja Prancis, Charles VIII pada 1494, di mana mereka juga menyatakan kesetiaan kepada (Paus) Sistus IV yang kemudian membuka negosiasi dengan Konfederasi Swiss tiga tahun berselang hingga didirikannya barak-barak dekat Vatikan. Meski begitu baru pada 22 Januari 1506 sebanyak 150 (tentara bayaran) Swiss yang kebanyakan berasal dari wilayah Pegunungan Uri, mulai jadi pasukan Kepausan (masa Paus Yulius II),” tulis Urban.
Komitmen melindungi Bapa Suci dengan nyawa dibuktikan Garda Swiss ketika terjadi Penjarahan Roma pada 6 Mei 1527. Sekira 147 dari total 189 prajurit Garda Swiss, termasuk komandan tertingginya, Caspar Röist, meregang nyawa usai bertempur dengan pasukan Kaisar Romawi Suci Charles V yang dipimpin Adipati Charles de Bourbon di sisi selatan halaman Basilika Santo Petrus.
Sebagaimana dikisahkan Robert Royal dalam The Pope’s Army: 500 Years of the Papal Swiss Guard, ke-147 prajurit itu tidak gugur sia-sia lantaran kemudian Paus Klemens VII dengan dikawal 42 prajurit Garda Swiss lainnya bisa meloloskan diri dari kepungan melalui Passetto di Borgo, koridor penghubung antara Basilika Santo Petrus dengan Castel Sant’Angelo. Namun, kemudian di Castel Sant’Angelo Paus Klemens VII dikepung dan ditangkap. Dengan uang tebusan 400 ribu ducat Paus Klemens VII menyelamatkan nyawanya sendiri dengan sekadar jadi tahanan sekitar enam bulan. Penjarahan Roma juga jadi momen berakhirnya era Renaissance.
“Pasukan bayaran Jerman Protestan yang fanatik dengan dibantu pasukan Spanyol di bawah Kaisar Charles V ingin menghukum (Paus) Klemens VII akibat kebijakannya terhadap Prancis dan Spanyol. Pasukan bayaran Jerman membantai ribuan penduduk sipil di Roma. Mereka juga menjarah dan menghancurkan banyak karya seni serta sejumlah perpustakaan. Pasukan itu juga memburu para kardinal untuk dihukum gantung,” ungkap Fabrizio Ricciardelli dalam The Journey of Faith: The Jubilee from It’s Origin to the Present.
Kekosongan pasukan pengawal usai Garda Swiss dihabisi membuat Paus Klemens VII terpaksa memakai jasa tentara bayaran Jerman, Custodia Peditum Germanorum atau Garda Infanteri Jerman. Eksistensi Garda Swiss sebagai pasukan Kepausan baru dihadirkan kembali pada 1537 oleh Paus Paulus III. Pun sejak berakhirnya Peperangan Italia pada 1559, Garda Swiss tak lagi difungsikan sebagai kombatan, melainkan sekadar pasukan kehormatan pelindung Bapa Suci Vatikan.
Terlepas dari kemudian ada dua pasukan lain di Vatikan, Garda Bangsawan pada 1801 dan Garda Palatina pada 1850, reformasi Garda Swiss dengan konsep modern baru diperkenalkan di masa komandan Jules Repond pada 1910. Selain hanya merekrut warga Swiss, aturan menetapkan bahwa setiap prajurit Garda Swiss mulai jadi pasukan profesional dengan lebih dulu menjalani pelatihan-pelatihan militer sebelum resmi melindungi Bapa Suci. Di masa Perang Dunia II (1939-1945), Garda Swiss bersama Garda Palatina dan Garda Bangsawan jadi yang terdepan untuk mempertahankan netralitas Vatikan dari gangguan dan pelanggaran kedaulatan semasa Jerman menduduki Roma (8-23 September 1943).
“Tembok Leonina yang tebal dan bertahan sepanjang zaman akan tetap runtuh jika diserang artileri Jerman. Garda Swiss yang tangguh dan handal tetap saja bukan tandingan (pasukan) Jerman dengan mesin-mesin perangnya. Pihak Jerman memang menjanjikan takkan mengganggu Vatikan namun janji mereka ibarat angin belaka. Hampir beberapa kali mereka melanggarnya,” tulis Francis Rooney dalam The Global Vatican: An Inside Look at the Catholic Church, World Politics, and the Extraordinary Relationship between the United States and the Holy See.
Garda Palatina dan Garda Bangsawan sendiri dilikuidasi oleh Paus Paulus VI pada 1970, menyisakan Garda Swiss sebagai pasukan seremonial dan pelindung Kepausan tunggal di Vatikan. Garda Swiss diperkuat fungsinya sebagai pelindung Paus dan protokol pengawalan Paus diperketat setelah percobaan pembunuhan Paus Yohanes Paulus II di Lapangan Santo Petrus pada 13 May 1981.
Beruntung, hingga kini tak pernah lagi ada insiden yang membahayakan nyawa Bapa Suci. Termasuk di masa Paus Fransiskus (2013-2025) yang sosoknya lebih gemar menyapa publik di ruang terbuka.
“Ketika saya berada di dekatnya dan ia bergerak ke manapun, saya harus selalu siap 100 persen. Selebihnya saya hanya bisa berharap yang terbaik walau harus tetap siap pada situasi terburuk,” tandas Kopral Renee, salah satu anggota Garda Swiss yang jadi pengawal pribadi mendiang Paus Fransiskus dalam dokumenter tersebut.*
Comments