top of page

Sejarah Indonesia

Ali Moertopo Moncer Di Banteng Raider

Ali Moertopo Moncer di Banteng Raider

Ali Moertopo mulanya serdadu rendahan di Resimen 17. Ia baru bersinar di militer setelah di Banteng Raider.

7 April 2023

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Ali Moertopo saat menjabat menteri penerangan tahun 1978. (IPPHOS/Perpusnas RI).

UNTUK ukuran pemuda di zamannya, Ali Moertopo tergolong orang beruntung. Pada 1941, ia lulus MULO (Meer Uitgebrid Lager Onderwijs), SMP kolonial yang tidak semua pemuda Indonesia pernah bersekolah di dalamnya. Sepanjang hidupnya ia dianggap orang pintar.


Sebelum Indonesia merdeka, pemuda kelahiran Blora, 23 September 1924 ini tak pernah mendapat pelatihan sebagai perwira militer seperti kebanyakan jenderal di zamannya. Setelah 1945, dalam revolusi Indonesia, ia menjadi tentara rendahan, seperti kebanyakan orang yang pendidikan lebih rendah darinya. Selain itu, ia pernah jadi anggota laskar Hizbullah di Pekalongan.


Ali Moertopo bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dalam Resimen ke-17 di Pekalongan. Setelah 1947, daerah Pekalongan tak bisa dipertahankan lagi oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI). Hebatnya Ali tidak mundur dari Pekalongan.


“Pernah Ali Moertopo pada pertemuan reuni mantan anggota Resimen 17 di Pekalongan tahun 1980-an mengatakan bahwa waktu Belanda masuk Pekalongan, aksi polisonil pertama, ia tidak lari ke luar kota, tapi berjuang melawan Belanda di dalam kota. Hal itu ia ceritakan dengan bangga. Waktu itu ia sudah menteri penerangan,” kata Wadyono dalam suratnya kepada Anton Lucas tanggal 29 Mei 1992.



Sementara itu, Krissantono dalam “Ali Moertopo di Atas Panggung Orde Baru”, jurnal Prisma edisi khusus ulang tahun ke-20 tahun 1991 menyebut Ali Moertopo berjuang bersama kawan-kawannya dalam melawan tentara Belanda dan menumpas Partai Komunis Indonesia (PKI) di Wonosobo pada era revolusi.


“Sesudah Ali almarhum, ada bekas anak buah saya yang menghubungi saya dan mengatakan bahwa Ali waktu itu menjadi anggota NEFIS (Netherlands Force Intelligence Service). Bahkan kemudian waktu Belanda mundur ia ditangkap anak buah saya, lalu dibawa ke Wiradesa akan dibunuh. Tapi tidak jadi,” lanjut Wadyono.



Heru Cahyono dalam Pangkopkamtib Jenderal Soemitro dan Peristiwa 15 Januari ‘74 juga mencatat bahwa Kasman Singodimedjo menyebut Ali Moertopo dulu bekas tentara Angkatan Laut Belanda sekaligus NEFIS. Ia tak dibunuh pejuang lebih karena ia bisa dimanfaatkan dan ada yang menyebutnya “pandai bicara” meyakinkan orang lain.


Terlepas dengan masa lalunya yang misterius tadi, setelah tentara Belanda angkat kaki, Ali Moertopo terus berkarier di TNI.


“Pada tahun 1950, Ali Moertopo yang berpangkat pembantu letnan, ditarik dan dilatih oleh Jenderal A. Yani (almarhum) sebagai anggota Banteng Raiders. Dari sinilah kariernya terus menanjak,” catat Krissantono.



Sekitar tahun 1951, Ali Moertopo terlibat dalam operasi Gerakan Banteng Negara (GBN) di Jawa Tengah. GBN adalah lawan dari Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) Jawa Tengah. Dengan pangkat letnan satu, Ali Moertopo kemudian menjadi salah satu komandan kompi dari Batalyon 431 Banteng Raider di Slawi.


Waktu meletus Pemerintah Revolusiner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatra Barat pada 1958, Banteng Raider dikirim ke sana. Ali Moertopo termasuk di dalamnya. Ia berada di bawah Mayor Yoga Sugomo. Pangkatnya kemudian naik menjadi kapten.


Ketika Soeharto masih menjabat panglima Tentara dan Teritorium Jawa Tengah, Ali Moertopo menjadi staf teritorial di Jawa Tengah. Setelah Soeharto menjadi panglima Kostrad, Ali Moertopo menjadi pembantu Yoga Sugomo yang menjabat sebagai Asisten Intelijen. Ali lalu menjadi asisten pribadi ketika Soeharto menjadi presiden.*

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
Banjir Aceh dan Tapanuli Tempo Dulu

Banjir Aceh dan Tapanuli Tempo Dulu

Sumatra Utara dan Aceh dulu juga pernah dilanda banjir parah. Penyebabnya sama-sama penebangan hutan.
bottom of page