top of page

Sejarah Indonesia

Andi Azis Tambora Dan Hutan

Andi Azis, Tambora, dan Hutan

Tiga peristiwa sejarah di bulan April. Andi Azis berontak, Gunung Tambora meletus, dan ordonansi hutan kolonial disahkan.

Oleh :
4 Mei 2024

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Pemandangan udara kaldera Gunung Tambora di pulau Sumbawa, Indonesia, 2011. (Jialiang Gao/Wikimedia Commons).

Diperbarui: 19 Mar

5 April 1950: Andi Azis Berontak 


SATU kompi pasukan Andi Azis melancarkan aksi militer di Makassar, kala itu wilayah bagian dari Negara Indonesia Timur (NIT). Serangan dimulai pada pukul 05.00. Secara sporadis mereka menguasai tempat-tempat vital, termasuk markas Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS). Panglima Teritorial Indonesia Timur Letnan Kolonel A.J. Mokoginta, bersama sejumlah perwira lainnya, menjadi tawanan.  


Andi Azis adalah mantan letnan Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) yang sudah bergabung dengan APRIS dengan pangkat kapten. Dia memimpin aksi militer menyusul adanya rencana pemerintah RIS mengirim 900 prajurit APRIS pimpinan Mayor H.V. Worang dari Jawa. Merasa kedudukannya terancam, Andi Azis dan pasukannya melancarkan aksi militer.  


Sebagai bentuk reaksi, dua hari kemudian pemerintah RIS mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Kolonel A.E. Kawilarang. Setelah melalui pertempuran alot, pasukan Andi Azis menyerah, sementara pemimpinnya berhasil lolos. Andi Azis akhirnya datang ke Jakarta untuk menyerahkan diri pada 14 April 1950, sehari setelah Sukarno menyatakan dirinya sebagai pemberontak. Dia ditangkap dan dipenjara hingga mendapatkan kebebasannya pada 31 Agustus 1956. 



10 April 1815: Gunung Tambora Meletus


SEKIRA pukul 19.00, Gunung Tambora di Pulau Sumbawa meletus dengan dahsyat. Letusan masih terdengar hebat sampai sore keesokan harinya. Letusan tersebut merupakan puncak dari rangkaian kegiatan aktif gunung itu sejak lima hari sebelumnya. 


Para vulkanolog menyebut ledakan Tambora empat kali lebih besar daripada ledakan Gunung Krakatau tahun 1883. Dengan kekuatan ledak setara 200 Megaton TNT (Trinitrotoluena), ledakan Tambora masuk dalam skala tujuh pada skala Volcanic Explosivity Index. Abu vulkanik yang diletuskan sampai ke Makassar. Bunyi letusan terdengar sejauh 2.600 km, dan abu jatuh sejauh 1.300 km. Terjadi kegelapan sejauh 600 km dari puncak selama dua hari. Tinggi gunung berkurang, dari sekitar 4.300 m menjadi 2.851 m. 


Bumi mengalami bencana. Cahaya matahari tertahan oleh partikel vulkanik yang terlempar ke lapisan atmosfir. Pada 1816, orang Inggris menyebutnya “Tahun Tanpa Musim Panas”. Beberapa belahan dunia mengalami kelaparan dan wabah penyakit sampai 1819.  


“Kelaparan dan penyakit cepat menyebar ke seluruh wilayah dan jumlah yang tepat dari orang mati mungkin tidak akan pernah diketahui,” tulis Jacob Smith dalam “Climatic Effects of the 1815 Eruption of Tambora”, di jurnal Universitas Hawai, Hohonu, Vol. 5, 2007. 



14 April 1874: Ordonansi Hutan Kolonial Disahkan


PEMERINTAH Hindia Belanda mengesahkan Reglement Pemangkuan dan Eksploitasi Hutan di Jawa dan Madura, atau dikenal sebagai Ordonansi Hutan Kolonial (Boschordononantie). 


Undang-undang ini mengatur pengelolaan hutan, terutama hutan jati sebagi komoditas. Isinya antara lain: 1. Diadakan perbedaan antara hutan jati dan hutan rimba; 2. Hutan jati dikelola secara teratur, diukur, diberi pal batas dan dipetakan serta dibagi dalam distrik hutan; 3. Eksploitasi hutan jati dapat pula dilakukan oleh pihak swasta; 4. Harus ada surat izin untuk penebangan dan penyaradan (pemanenan hasil hutan) kayu untuk penggunaan terbatas; 5. Pemangkuan hutan rimba tidak teratur berada di bawah residen yang dibantu seorang ahli kehutanan (houstvester); 6. Ketentuan dalam reglement juga berlaku di tanah kesunanan dan kesultanan.* 


Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
Anak Tawanan Itu Bernyanyi “Nina Bobo”

Anak Tawanan Itu Bernyanyi “Nina Bobo”

Sukses sebagai penyanyi di Belanda, Anneke Gronloh tak melupakan Indonesia sebagai tempatnya dilahirkan.
Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Film perdana Reza Rahadian, “Pangku”, tak sekadar merekam kehidupan remang-remang lewat fenomena kopi pangku. Sarat pesan humanis di dalamnya.
bottom of page