top of page

Sejarah Indonesia

Jimat Kyai Parakan

Jimat Kyai Parakan

Kyai Haji Subkhi tempat meminta jimat dan tuah bagi banyak pemuda bersenjata bambu runcing di masa Revolusi Fisik, Pemompa semangat tinggi pada perjuangan RI.

3 Agustus 2023

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Adegan dalam film "Lebak Membara" yang menunjukkan kesaktian seorang bapak berkat jimatnya sehingga tak mempan ditembak (Ilustrasi: Tangkapan layar "Lebak Membara")

Di tengah ketegangan kerumunan para pemuda yang dipimpin seorang kyai tua, seorang bapak berperawakan kurus-jangkung (diperankan HIM Damsik) maju ke depan sambil menahan geram. Ia tak sabar lantaran para pemuda dan kyai bergerak lamban.


Dengan keyakinan tinggi, bapak tadi pun memanjat pintu gerbang sebuah bangunan besar yang dijadikan markas tentara Jepang. Saat itulah peluru yang ditembakkan dua serdadu Jepang menerjang tubuhnya. Namun, tiada satu pun peluru yang melukai tubuhnya apalagi membawanya menemui ajal. Pun tiada setetes darah yang keluar dari tubuh si bapak. Si bapak kebal.


Dua serdadu Jepang yang menembakinya pun terheran-heran. Tapi mereka tak dihiraukan si bapak yang seolah tak punya urusan.


Si bapak pun menuruni pagar dengan keyakinan penuh. Dia tak sadar bahwa ada barang bawaannya yang tersangkut di pagar dan tertinggal. Dia terus berjalan menuju tiang bendera. Dia akhirnya terkaget dan kesakitan ketika peluru-peluru para serdadu Jepang bisa menembus tubuhnya. Si bapak akhirnya menemui ajal dengan tubuh berlumur darah. Dia tak pernah sadar bahwa jimat yang membuatnya kebal tersangkut di pagar sehingga peluru berhasil menghampirinya dan membawanya menemui ajal.


Upaya merebut senjata dari tentara Jepang usai proklamasi kemerdekaan itu merupakan adegan dalam film LebakMembara (1982) garapan Imam Tantowi. Si bapak merupakan cerminan umum masyarakat grass-root di masa perjuangan kemerdekaan yang berjuang dengan perlengkapan seadanya, termasuk jimat.


“Pada tahun 1945/1946 banyak sekali pemuda pejuang berusaha memperoleh jimat yang dapat memberikan kekebalan antipeluru dan antibayonet. Dapatkah mereka dipersalahkan? Saya rasa tidak,” kata Soegih Arto, jaksa agung periode 1966-1973,  dalam Sanul Daca: Pengalaman Pribadi Letjen (Pur.) Soegih Arto.



Di era revolusi 1945-1949, kebanyakan masyarakat Indonesia masih sangat percaya pada hal mistik. Maka banyak yang mengandalkan jimat untuk masuk ke dalam “perang” memperjuangkan kemerdekaan. Revolusi kemerdekaan Indonesia dengan demikian diwarnai kisah klenik. Tak hanya klenik ala budaya pra-Islam, mantra-mantra atau doa-doa yang terkait dengan ajaran Islam pun banyak.


“Mantra-mantra Islam bisa sama diterapkan untuk senjata revolusi istimewa: bambu runcing. Dalam kasus yang disebut terakhir ini ‘bambu runcing itu sendiri diruwat atau ditahbiskan, terkadang panji kecil dari kain putih dengan tulisan ayat-ayat Al-Quran diikat di ujungnya,’” catat Kevin W. Fogg dalam Spirit Islam Pada Masa Revolusi Indonesia.


Salah satu daerah yang terkenal sejarah bambu runcing adalah Parakan, di Temanggung, Jawa Tengah. Bambu runcing dari Parakan yang terkenal adalah bambu runcing yang dianggap bertuah karena ada doa kyai.


“Parakan memang kuat sekali Islamnya. Bahkan kota ini mempunyai tentara Hizbullah. Yakni tentara Islam, yang pada saat itu belum terlebur dalam TKR (Tentara Keamanan Rakyat),” catat Bonny Setiawan di buku Perjalanan Anak Bangsa.



“Tuah doa-doa” untuk persenjataan dan pertahanan diri yang terkenal dari Parakan itu berasal dari Kyai Haji Subkhi. Namanya kadang ditulis sebaga Subeki atau Subchi. Seperti kebanyakan orang Indonesia zaman dulu, Kyai Subkhi sulit ditelusuri secara pasti sejarah hidupnya secara utuh karena kurangnya catatan sezaman. Data tentang lahirnya penuh dengan perkiraan saja. Dalam Karomah Para Kiai, Samsul Munir Amin mencatat Kyai Subkhi lahir pada 1851. Subkhi meninggal dunia pada 1959 dan konon telah berusia 101 tahun ketika meninggal. Jadi ketika revolusi usia Subkhi sudah lebih dari 80 tahun.


Mantan Menteri Agama Saifuddin Zuhri mengingat Kyai Subkhi pandai bergaul dan sifatnya ramah, tak terkecuali kepada orang Tionghoa. Seperti banyak kyai pada umumnya, Kyai Subkhi membuka pesantren untuk mentransfer ilmu agamanya yang dimilikinya bersamaan dengan menjalankan profesi lain untuk menopang ekonomi keluarganya.


“Seperti kebanyakan penduduk Parakan, K.H. Subeki juga petani kecil yang menggarap sendiri tanahnya. Tidak seberapa luas memang, tapi macam-macamlah yang ia tanam. Ada tembakau, jagung, juga kentang,” catat mantan Menteri Agama Saifuddin Zuhri dalam Berangkat dari Pesantren.


Kyai macam Subkhi, yang juga banyak terdapat di daerah-daerah lain, menjadi harapan para pemuda-pejuang dalam perjuangan. Itu sebabnya tak sedikit yang menyebut peran kyai atau ulama sangat besar dalam memompa semangat perjuangan para pemuda.



“Pesantren tidak bisa diabaikan telah memainkan peranan yang sangat signifikan dalam membela dan memperjuangkan kemerdekaan,” tulis Zuhairi Misrawi dalam Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari: Moderasi, Keumatan, dan Kebangsaan.


Dalam memberi “amunisi” kepada pada pemuda-pejuang, Kyai Subkhi melakukannya dengan memberi doa-doa untuk bambu runcing yang akan digunakan dalam pertempuran.


“Haji Subkhi dikenal sebagai Kyai Bambu Runcing karena saban hari dia menyembur dengan doa-doanya itu ratusan bambu runcing yang dibawa oleh pemilik-pemiliknya dari seluruh pelosok kota dan desa,” sambung Bonny Setiawan.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page