top of page

Sejarah Indonesia

Anti Klimaks Sebuah

Anti Klimaks Sebuah Agresi

Sebagai serangan kilat yang diharap mematikan posisi kaum Republiken, Operasi Produk dianggap gagal.

Oleh :
30 Agustus 2018

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Tentara Belanda menunggu serangan geriyawan Republik di pos kecil mereka sekitar Jakarta. Foto: Arsip Nasional Belanda

Iring-iringan konvoi tentara Belanda itu menemui sialnya di jalan raya menuju Cikajang. Dari lima truk, para gerilyawan Republik hanya menyisakan dua truk yang berhasil kabur ke arah kota Garut dengan korban luka-luka dan beberapa serdadu tewas. Sersan Mayor (Purn) Odoy Soedarja (94) masih ingat, usai pertempuran salah satu kawannya menghampiri seorang serdadu bule yang tengah sekarat dan langsung menghabisi nyawanya dengan sekali tembakan pistol Vickers tepat di kepala.


“Sebelum meninggal, anak muda itu masih berteriak-teriak: Mami! Mami!,” kenang eks anggota Batalyon Garuda Hitam tersebut.


Penghadangan di jalan raya Cikajang hanyalah salah satu dari ratusan aksi TNI (Tentara Nasional Indonesia) pasca agresi militer dilakukan oleh militer Belanda pada 21 Juli 1947. Sejarah mencatat banyak aksi serupa terjadi juga di hampir seluruh palagan Jawa dan Sumatera. Aksi-aksi tersebut cukup membuat kedudukan militer Belanda berada di ujung tanduk.


Arah Angin Berbalik


Sejak Operasi Produk digelar pada 21 Juli hingga pertengahan Agustus 1947, secara cepat Belanda berhasil menguasai sebagian Sumatera dan kota-kota penting di Jawa Barat serta Jawa Timur. Sesuai target operasi, mereka bisa mengambilalih ratusan perkebunan serta pabrik dan memfungsikannya demi kepentingan ekonomi Kerajaan Belanda.


“Perlawanan militer yang kita lakukan sebatas penahanan serangan seperlunya dan aksi bumi hangus,” ujar A.H. Nasution dalam Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid V.


Kendati demikian,secara politik, Belanda sendiri tidak mampu meyakinkan dunia bahwa invasi tersebut tak lebih sebagai upaya aksi polisional mereka. Alih-alih mendapat legitimasi, aksi itu malah dikecam dunia internasional karena dianganggap sudah menghancurkan kesepakatan damai di Linggarjati pada 25 Maret 1947. Arah angin pun mulai berbalik menghantam posisi Belanda.


“Atas desakan India, Dewan Keamanan PBB berhasil menghentikan gerakan militer Belanda pada 4 Agustus 1947 dan menyerukan untuk secepatnya dilakukan gencatan senjata,” tulis Basuki Suwarno dalam Hubungan Indonesia-Belanda Periode 1945-1950.


Militer Belanda Terkunci


Sementara itu, tujuan utama lain dari Operasi Produk yakni menghancurkan kekuatan TNI sama sekali tak terpenuhi. Alih-alih mencapai hasil maksimal, kekuatan TNI secara kilat mulai berhasil melakukan rekoordinasi kekuatan. Di beberapa tempat, serangan-serangan balik yang dilakukan TNI malah semakin intens.


Seorang Komandan Batalyon militer Belanda bernama Letnan Kolonel J. Flink dari Divisi C mengakui situasi itu. Sebulan lebih setelah Operatie Product, memang pasukannya bisa mempertahankan kondisi kemanan. Namun mulai 31 Agustus 1947 keadaan berubah.


“ Batalyon saya mulai mendapat serangan-serangan gencar dan sistematis. Akibatnya, kami tidak hanya mengalami kekalahan demi kekalahan tapi juga meningkatnya kerugian personil di atas tingkat yang normal,” katanya seperti dikutip Himawan Soetanto dalam Yogyakarta 19 Desember 1948.


Apa yang dikatakan oleh Flink memang bukan isapan jempol semata. Menurut Nasution, sejak kota-kota besar di Jawa dan Sumatera dikuasai oleh militer Belanda, praktis kedudukan para serdadu Belanda terkunci. Jangankan melakukan pembersihan secara total, untuk berpindah dari pos satu ke pos lainnya, mereka harus melewati penghadangan-penghadangan maut yang tak jarang menimbulkan kerugian besar.


“Otomatis mereka hanya bisa menunggu. Insiatif serangan justru jadi berpindah ke tangan kita,” ungkap Nasution.


Di tengah situasi tersebut, Dewan Keamanan PBB lantas mendesak masalah pertikaian kedua negara itu kembali dibawa ke meja perundingan. Bertempat di atas anjungan USS Renville (sebuah kapal angkut pasukan milik Amerika Serikat) yang tengah berlabuh di Teluk Jakarta, maka perundingan kedua pihak dengan pengawasan Komisi Jasa-jasa Baik (beranggotakan Amerika Serikat, Belgia dan Australia) pun dilangsungkan sejak 8 Desember 1947 hingga 9 Januari 1948.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page