top of page

Sejarah Indonesia

Arsip Angkasa Pura Mengudara

Arsip Angkasa Pura Mengudara

Perjalanan perusahan pelopor kebandarudaraan Indonesia  tersimpan dalam catatan arsip. Menambah khasanah sejarah kedirgantaraan di negeri ini.

20 November 2019

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Bandara Kemayoran, lapangan terbang pertama yang dibangun dan dikelola PT. Angkasa Pura. Foto: Wikipedia.org.

FUNGSI bandar udara (airport) amat penting bagi industri penerbangan. Dalam sejarahnya, pembangunan bandar udara (bandara) di Indonesia tidak dapat terlepas dari peran PT Angkasa Pura. Itu nama badan usaha milik negara pelopor pengusahaan kebandarudaraan secara komersial di Indonesia.


“Diinisiasi oleh Presiden Sukarno yang punya keinginan membangun pelabuhan udara nasional dan internasional di Indonesia,” ujar Gede Eka Sandi, Corporate Secretary PT Angkasa Pura I dalam acara “Ekspose Inventaris Arsip PT Angkasa Pura I (Persero): 1960—2011” yang diselenggarakan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) pada 19 November 2019.  


Embrio Angkasa Pura bermula pada 1962. Saat itu, Presiden Sukarno baru kembali dari Amerika Serikat dan menyaksikan betapa modernnya bandara disana. Sukarno menegaskan keinginannya kepada Menteri Perhubungan dan Menteri Pekerjaan Umum agar lapangan terbang di Indonesia setara dengan bandara negara maju.


Ekspose Inventaris Arsip PT Angkasa Pura I (Persero): 1960—2011” yang diselenggarakan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) pada 19 November 2019. Foto: Dok. Direktorat Pengolahan ANRI.
Ekspose Inventaris Arsip PT Angkasa Pura I (Persero): 1960—2011” yang diselenggarakan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) pada 19 November 2019. Foto: Dok. Direktorat Pengolahan ANRI.

Pada 15 November 1962, dibentuklah Perusahaan Negara (PN) Angkasa Pura Kemayoran yang bertugas membangun dan mengelola Bandara Kemayoran di Jakarta. Bandara Kemayoran ini sekaligus menjadi pelabuhan udara Indonesia pertama yang dibuka untuk rute penerbangan internasional. Pada 20 Februari 1964, PN Angkasa Pura Kemayoran mengambil alih aset dan operasional Bandara Kemayoran. Tanggal itu sekaligus diperingati sebagai hari jadi perusahaan.  


PN Angkasa Pura Kemayoran kemudian berganti nama menjadi PN Angkasa Pura. Pergantian ini sehubungan dengan pembangunan bandara di kawasan Indonesia yang lain. Setelah Kemayoran, Angkasa Pura membangun Bandara I Gusti Ngurah Rai (Denpasar), Halim Perdanakusumah (Jakarta), Polonia (Medan), Juanda (Surabaya), Sepinggan (Balikpapan), dan Sultan Hasanuddin (Ujung Pandang).


Pada 1974 status badan usaha Angkasa Pura diubah menjadi perusahaan umum (perum). Seiring waktu wilayah operasional Angkasa Pura kian meluas. Pada 1986, Angkasa Pura diubah menjadi Perusahaan Umum Angkasa Pura I. Hal ini sejalan dengan dibentuknya Perum Angkasa Pura II - sebelumnya bernama Perum Pelabuhan Udara Cengkareng – yang secara khusus bertugas mengelola Bandara Soekarno-Hatta Jakarta.


Pada 1992, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 5, Perum diubah menjadi Perseroan Terbatas (PT) yang sahamnya dimiliki penuh oleh negara. Sesuai peraturan ini, Angkasa Pura berganti nama menjadi PT. Angkasa Pura I. PT Angkasa Pura I mengelola bandara di regional Indonesia tengah dan timur. Sementara itu, PT Angkasa Pura II mengelola bandara di Indonesia kawasan barat


Hingga kini, PT Angkasa Pura I mengelola 15 bandara sedangkan PT Angkasa Pura II mengelola 16 bandara. Di luar sektor penerbangan, Angkasa Pura juga meluaskan sayap usahanya. Anak usaha Angkasa Pura meliputi bidang logistik, properti, perhotelan, dan retail.


Pada 2014 dan 2018 PT. Angkasa Pura I menyerahkan arsipnya ke pihak ANRI. Menurut Sarip Hidayat, Direktur Pengolahan ANRI arsip yang diserahkan terdiri dari 83 boks arsip tekstual, 2890 arsip foto 2890 lembar, 4000 frame arsip foto negatif, dan 293 slide arsip fotoslide. Selain itu, terdapat pula arsip-arsip visual berupa dokumentasi video. Arsip-arsip tersebut mengurai perjalanan Angkasa Pura sepanjang setengah abad mulai dari berdiri sampai 2011.  


Kepada Historia, arsiparis ANRI, Jajang Nurjaman yang mengelola arsip Angkasa Pura mengatakan arsip tersebut dapat segera diakses publik. Menurutnya arsip ini punya nilai penting dalam merekam sejarah penerbangan maupun industri kedirgantaraan di Indonesia. Diperkirakan, arsip Angkasa Pura telah masuk layanan ANRI pada awal tahun depan.


“Harapannya supaya banyak peneliti atau masyarakat umum yang mengakses arsip terkait kedirgantaraan Indonesia, dan sebagai gerbang masuk arsip statis lain yang masih disimpan oleh perusahaan atau individu yang terkait dengan sejarah penerbangan Indonesia,” kata Jajang.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Film perdana Reza Rahadian, “Pangku”, tak sekadar merekam kehidupan remang-remang lewat fenomena kopi pangku. Sarat pesan humanis di dalamnya.
Soebandrio Tidak Menyesal Masuk Penjara Orde Baru

Soebandrio Tidak Menyesal Masuk Penjara Orde Baru

Soebandrio dikenal memiliki selera humor yang tinggi. Selama menjadi tahanan politik Orde Baru, dia mendalami agama Islam, sehingga merasa tidak rugi masuk penjara.
Khotbah dari Menteng Raya

Khotbah dari Menteng Raya

Tak hanya mendatangkan suara, Duta Masjarakat juga menjadi jembatan Islam dan nasionalis sekuler. Harian Nahdlatul Ulama ini tertatih-tatih karena minim penulis dan dana.
Lagi, Seruan Menolak Gelar Pahlawan Nasional Bagi Soeharto

Lagi, Seruan Menolak Gelar Pahlawan Nasional Bagi Soeharto

Wacana penganugerahan gelar pahlawan nasional bagi Soeharto kian santer. Dinilai sebagai upaya pengaburan sejarah dan pemutihan jejak kelam sang diktator.
Cerita dari Pengasingan Bung Karno di Rumah Batu Tulis

Cerita dari Pengasingan Bung Karno di Rumah Batu Tulis

Setelah terusir dari paviliun di Istana Bogor, Bung Karno melipir ke Hing Puri Bima Sakti alias Rumah Batu Tulis sebagai tahanan rumah.
bottom of page