top of page

Sejarah Indonesia

Asal Usul Anjing Sahabat Manusia Dalam Film Alpha

Asal Usul Anjing Sahabat Manusia dalam Film Alpha

Pada awalnya anjing dipelihara untuk memakan sisa makanan manusia agar tidak menumpuk dan bau.

Oleh :
29 September 2018

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Kodi Smit-McPhee dalam film Alpha. (IMDB).

PADA zaman prasejarah, seorang pemuda bernama Keda gagal melakukan perburuan pertamanya. Dia jatuh dari tebing dan dikira mati oleh kelompoknya. Terbangun dari pingsan, dia sadar telah ditinggalkan di tengah ladang berburu yang liar. Dengan tubuh penuh luka, pemburu amatir itu bertekad kembali pulang ke sukunya sambil mencoba bertahan hidup.

 

Di tengah perjuangannya, Keda diserang kawanan serigala yang akan memangsanya. Dia obati seekor serigala yang terluka. Mereka pun bersahabat. Selama perjalanan, serigala yang dinamai Daya itu berulang kali membantu menangkap hewan.


Sepintas film berjudul Alpha ini seolah hanya berkisah soal balas budi seekor serigala kepada manusia yang menyelamatkan hidupnya. Tema dari film ini memang soal persahabatan manusia dan binatang. 


Namun, yang menarik, film ini seperti merekonstruksi kehidupan manusia 20.000 tahun yang lalu pada masa akhir zaman es. Dikisahkan di dalamnya bagaimana manusia berburu, alat apa yang dipakai, bagaimana membuat alatnya, sampai bagaimana alat itu dipakai dalam perburuan.


Film ini juga menceritakan, tentu menurut versinya, bagaimana awalnya domestikasi anjing, dari hidup liar menjadi jinak dan berkawan dengan manusia.


Berdasarkan penelitian, hubungan manusia dan serigala memang menjadi pembuka awal domestikasi anjing. Data arkeologis menunjukkan leluhur anjing pertama adalah serigala abu-abu (Canis lupus). 


Menurut Darcy F. Morey manusia dan hewan-hewan yang semarga dengan anjing telah berhubungan lama, paling tidak selama 11.000-12.000 tahun. “Berdasarkan tinggalan arkeologi di seluruh dunia, domestikasi anjing mungkin sudah terjadi 14.000 tahun lalu. Jadi, indikasinya sudah dilakukan ketika manusia masih berburu dan meramu,” tulis Darcy dalam “The Early Evolution of the Domestic Dog,” yang terbit di American Scientist, Vol. 82, No. 4.


Buktinya, zooarkeolog Simon Davis dan Francois Valla melaporkan dalam sebuah makam prasejarah di Ein Mallaha, Israel utara, ditemukan rangka seekor anak anjing atau serigala diletakkan di bawah tulang lengan kiri rangka manusia.



Tujuan Domestikasi


Untuk apa anjing dipelihara pada awalnya? Bukti menunjukkan kalau pada awalnya anjing dijadikan sebagai pemulung sisa makanan manusia.


Menurut M.F. Ashley Montagu, antropolog Hahnemann Medical College and Hospital di Philadelphia, awalnya manusia hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka hidup tanpa menanam atau memelihara hewan. Bisa dibilang, manusia hidup secara semi nomaden. Mereka akan menempati suatu wilayah hingga sumber makanan di tempat itu berkurang. Selanjutnya, mereka pindah ke area lainnya, di mana sumber makanan lebih melimpah.


Pada masing-masing permukiman yang mereka buat, ada semacam tumpukan sisa makanan yang begitu besar. Di sanalah mereka selama tinggal membuang makanan yang sudah tak dikonsumsi lagi. Besarnya, tentu tergantung seberapa lama mereka tinggal dan jumlah mereka. 


Bisa dibayangkan baunya pasti sangat mengganggu. Mereka lalu mengetahui kalau anjing ternyata tak keberatan diberi makanan sisa manusia itu. Karena inilah anjing kemudian mulai mendapat peran di tengah kehidupan manusia. 


“Penjelasan itu berasal dari letak temuan rangka anjing yang berada satu konteks dengan sampah dapur dan permukiman prasejarah di Eropa,” tulis Ashley dalam “On the Origin of the Domestication of the Dog” yang terbit di jurnal Science, New Series, Vol. 96, No. 2483 (31 Juli 1942).


Namun, Ashley menambahkan, bukti paling kuat bisa dilihat dari kebiasaan di tengah suku Aborigin Australia. Di sana, kebudayaan zaman batu masih berjalan. Di setiap permukiman mereka, sekelompok anjing bisa ditemukan.


Kondisi permukiman suku Aborigin Australia itu ditulis oleh ahli ornitologi W.H.D. Le Souef dalam Wild Life in Australia (1907). Awalnya, dia bertanya-tanya mengapa penduduk di sana begitu sering menggeser perkemahan mereka. Namun, dia paham ketika sadar kalau bau sampah dapur tempat itu, meski hanya tiga hari lamanya, sudah bisa tercium dari jauh. 


“Bau itu tercium bahkan sebelum perkemahan terlihat. Jika kita punya banyak anjing alih-alih hanya satu, mungkin tidak demikian buruk,” tulis Le Souef. 


Sementara itu Darcy berpendapat serigala dan manusia pemburu-pengumpul makanan pada akhir pleistosen sering bertemu karena punya mangsa yang sama. “Serigala mungkin sudah terbiasa dengan praktik perburuan manusia dan telah berada di sekitar pemukiman manusia secara teratur,” tulisnya.


Asumsinya, menurut Darcy, jalan menuju domestikasi anjing dimulai ketika beberapa anak serigala menjadi bagian dari lingkungan permukiman manusia. Mereka begitu saja dipelihara manusia. Menurutnya, orang seringkali memelihara hewan liar karena berbagai alasan tanpa berusaha mencapai domestikasi jangka panjang. “Siapapun bisa berspekulasi tentang motivasi sadar orang-orang mengambil anak-anak serigala,” lanjutnya. 


Arkeolog Puslit Arkenas, Triwurjani mengatakan saat ini pun masih bisa dilihat, anjing seringkali membantu dalam aktivitas manusia. Di Payakumbuh, Sumatra Barat, misalnya. “Saya hanya mengamati mengapa orang Sumbar yang sangat Islami itu sampai mau memelihara anjing. Anjingnya saja tak boleh jalan. Dia dibawa naik motor,” katanya lewat pesan singkat. 


Orang-orang ladang di pedalaman, kata Triwurjani, juga membawa anjingnya ke kebun atau ladang. “Anjing itu kan hewan yang bisa diandalkan untuk menjaga kebun,” katanya.


Saat berburu pun semua anjing piaraan warga turut serta. Mereka bersama-sama memburu babi atau celeng. Tugas anjing-anjing ini menggiring hewan buruan sampai terlokalisir. 


“Setelah itu dilepaslah anjing pemburu untuk menyerang babi hutan itu. Nah, ketika dia menyerbu anjing lainnya tidak ada yang bergerak,” kata Triwurjani. 


Dalam Alpha pun, Daya menjadi pasangan berburu yang solid bagi Keda. Dia mengejar buruan sambil mengarahkannya pada Keda yang siap dengan kapak genggam batunya.


Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page