top of page

Sejarah Indonesia

Dari Syal Hingga Dasi

Dari Syal hingga Dasi

Inilah muasal syal, kipas bagi penguasa, jas untuk acara resmi, dan fungsi dasi.

Oleh :
2 Agustus 2020

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Resimen Cravat, pasukan pengawal kehormatan, di Zagreb, Kroasia. (Wikimedia Commons).

Muasal Penggunaan Syal

Syal sekarang identik dengan fesyen. Ia digunakan sebagai aksesoris untuk mempercantik penampilan. Namun, siapa sangka dulu syal lebih sering digunakan lelaki ketimbang perempuan?


Pada masa Romawi Kuno, lelaki diketahui kerap melilitkan sepotong kain di leher. Tujuannya untuk menyeka keringat. Ini sesuai dengan namanya, sudarium atau kain keringat. Tak heran, banyak yang memandang Romawi sebagai tempat muasal syal.


Setelah kerap dipakai lelaki, barulah perempuan ikut melilitkan syal di leher. Umumnya, syal terbuat dari wol dan sutra. Sementara itu, di Tiongkok syal digunakan untuk mengukur kedudukan seseorang, terutama dalam pemerintahan dan militer. Pada abad ke-17, beberapa tentara Eropa melilitkan kain katun di lehernya untuk membedakan dengan tentara lainnya.


Fungsi Kipas bagi Penguasa

Beberapa abad lampau, kipas tak sekadar penyejuk badan kala cuaca panas. Kipas juga menunjukkan kemegahan. Penguasa Romawi Kuno biasa mempekerjakan budak­budak untuk mengipasi mereka. Tradisi ini terus bertahan di Eropa hingga Abad Pertengahan.


Ratu Inggris Elizabeth I (1558–1603) tercatat gandrung terhadap kipas. Ia hampir tak bisa lepas dari kipas kesayangannya, terbuat dari bulu burung nan indah. Batu pualam atau kulit kerang menambah keindahannya. Louis XVI (1754–1793) tak mau kalah. Penguasa Prancis ini memiliki koleksi kipas yang berhiaskan intan berlian dan emas. [Hendaru Tri Hanggoro]


Jas untuk Acara Resmi dan Santai

Khalayak Eropa biasa menggunakan jas sejak abad ke-18. Dan memang awal penggunaannya ditujukan untuk acara resmi. Dress-coat atau frock coat adalah jas resmi pas badan yang bagian belakangnya memiliki ekor, sedangkan bagian depannya berbentuk meruncing atau kotak.


Tapi itu berubah pada abad ke-19. Sejumlah pria mengenakan setelan jas baru untuk bersantai, disebut lounge. Potongannya yang tidak resmi membuat setelan lounge sangat populer di kalangan seniman, bohemian, dan intelektual. [Hendaru Tri Hanggoro]


Fungsi Dasi di Masa Lampau

Sehelai kain yang menjuntai dari leher hingga dada ini sudah dikenal sejak zaman Romawi Kuno. Biasanya dipakai oleh juru bicara. Fungsinya sebagai pelindung tenggorokan dan dada.

Mereka melilitkan seikat kain dari leher hingga ke dada untuk menjaga kualitas suara. Mereka menggunakan dasi kala berkumpul di agora, sebuah forum publik. Agora berlangsung dalam koloseum atau teater besar.


Sementara di Tiongkok dasi berfungsi sebagai aksesoris prajurit. Prajurit Kroasia mengikuti cara ini pada abad ke-17 M. Dasi menjadi pembeda satu divisi tentara dengan divisi lainnya.


Pada era Renaisans, masyarakat Eropa mengenal ruff, kerah kaku dari kain putih menyerupai piringan yang melingkari leher. Pemakaian ruff yang kerap menyebabkan iritasi tergeser oleh cravat, sehelai sapu tangan terbuat dari bermacam jenis kain yang diikatkan ke leher.


Penggunaan cravat mencuat di Prancis pada medio 1600-an. Ia diperkenalkan orang-orang Kroasia yang jadi tentara sewaan Raja Louis XIII. Sehingga, kata cravat pun berarti “penduduk dari Kroasia”. Keindahan cravat mewarnai gaya berbusana di Eropa. Ia pun menjadi penanda status sosial si pemakai, hingga menjadi dasi yang kita kenal hari ini. [Martin Sitompul]

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Pesta Panen dengan Ulos Sadum dan Tumtuman

Pesta Panen dengan Ulos Sadum dan Tumtuman

Kedua jenis ulos ini biasa digunakan dalam pesta sukacita orang Batak. Sadum untuk perempuan dan Tumtuman bagi laki-laki.
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

Sebagai murid, S.K. Trimurti tak selalu sejalan dengan guru politiknya. Dia menentang Sukarno kawin lagi dan menolak tawaran menteri. Namun, Sukarno tetap memujinya dan memberinya penghargaan.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
bottom of page