top of page

Sejarah Indonesia

Saat Bernadotte Dihabisi Teroris

Saat Bernadotte Dihabisi Teroris Israel

Aktivis Greta Thunberg dkk. dicegat dan diculik pasukan pendudukan Israel. Pendahulunya, Count Bernadotte, bahkan sampai dihabisi pasukan teror Israel.

11 Juni 2025
bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Count Folke Bernadotte (tengah) saat masih bertugas jadi mediator PBB di Yerusalem (nli.org.il)

UNTUK kesekian kalinya, perjalanan kapal bantuan kemanusiaan menuju Jalur Gaza, Palestina, diserang Israel. Aktivis lingkungan dan kemanusiaan Greta Thunberg asal Swedia beserta 11 koleganya dicegat dan diculik militer Israel di perairan internasional. Di masa lalu, pendahulunya yang diplomat Swedia, Count Folke Bernadotte, juga pernah dicegat dan bahkan jadi korban pembunuhan milisi-teroris Israel. 

 

Thunberg dan 11 aktivis berlayar dengan kapal layar Madleen yang mengusung kampanye lembaga kemanusiaan Freedom Flotilla Coalition (FFC). Ke-11 koleganya yang jadi penumpang dan kru adalah anggota Parlemen Eropa Rima Hassan (Prancis), Baptiste Andre (Prancis), Pascal Maurieras (Prancis), Yanis Mhamdi (Prancis), jurnalis Al Jazeera Omar Faiad (Prancis), Reva Viard (Prancis), Suayb Ordu (Turkiye), Thiago Avila (Brasil), Sergio Toribio (Spanyol), Marco van Rennes (Belanda), dan Yasemin Acar (Jerman).   

 

Kapal Madleen berlayar dengan menggunakan bendera Inggris sejak 1 Juni dan berangkat dari Catania, Italia pada 1 Juni 2025. Ia membawa susu formula, sekitar 100 kilogram tepung, 250 kilogram beras, suplai popok dan keperluaan kewanitaan, hingga sejumlah alat-alat kesehatan. Dalam perjalanannya, Madleen sempat menyelamatkan empat imigran Sudan yang terombang-ambing pada 5 Juni. 

 

Namun pada 8 Juni saat masih di perairan internasional, Madleen yang kian mendekati perairan Gaza mulai diganggu militer Israel lewat alat pengacak sinyal hingga dibayangi drone-drone Israel. Puncaknya terjadi pada Senin (9/6/2025) sekitar pukul 3 dini hari ketika pasukan komando Shayetet 13 Angkatan Laut (AL) Israel mencegat dan membajak Madleen. Meski masih berada di perairan internasional, Madleen ditarik paksa ke Pelabuhan Isdud dan para aktivis itupun ditahan untuk diinterogasi. 

 

“Penahanan ini jelas melanggar hukum internasional dan menentang perintah ICJ (Pengadilan Internasional, red.) terhadap akses bantuan kemanusiaan ke Gaza. Para relawan itu bukanlah subyek dari yurisdiksi Israel dan oleh karenanya mestinya tidak bisa dikriminalisasi hanya karena mengirimkan bantuan atau menentang blokade ilegal. Penahanan mereka adalah tindakan sewenang-wenang, melanggar hukum, dan harus segera diakhiri,” tegas pengacara HAM dari FFC, Huwaida Arraf, dikutip The Guardian, Senin (9/6/2025). 

 

Misi Thunberg dkk. untuk mengirim bantuan kepada warga Gaza akhirnya gagal. Namun setidaknya itu jadi simbol perjuangan nyata sebagai upaya menembus blokade militer zionis yang tak mampu dilalukan para pemimpin dunia, termasuk para pemimpin dunia Arab dan Indonesia, meski terhadap Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara. 

 

Itu juga bukan upaya kemanusiaan pertama. Kapal misi lembaga kemanusiaan Turkiye IHH, MV Mavi Marmara, juga pernah diserbu pasukan komando Shayetet 13 pada 31 Mei 2010. Bahkan, penyerbuannya menewaskan sembilan aktivis kemanusiaan. Pun kapal misi FFC lainnya, Conscience, juga diserang drone-drone Israel di perairan internasional pada 2 Mei 2025. Kendati tidak menimbulkan korban jiwa, Conscience terpaksa diselamatkan pemerintah Siprus. 

Aktivis Greta Tintin Eleonora Ernman Thunberg yang sempat ditawan Israel (X @IsraelMFA)
Aktivis Greta Tintin Eleonora Ernman Thunberg yang sempat ditawan Israel (X @IsraelMFA)

Mediator Internasional Pertama yang Dibunuh Israel

Pembajakan Madleen dan penahanan ke-12 aktivisnya mengundang reaksi dunia internasional. Mengutip Aftonbladet, Senin (9/6/2025), Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak Israel membebaskan mereka, utamanya enam yang berpaspor Prancis.


Namun, hingga saat ini Perdana Menteri (PM) Swedia Ulf Kristersson justru belum bersuara mengenai nasib Thunberg. Justru Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Swedia yang kemudian mengeluarkan peringatan perjalanan untuk warganya ke Gaza selama 10 tahun. Menlu Swedia Maria Malmer Stenergard menyatakan pihaknya sudah melakukan asesmen terhadap situasinya dan hanya akan memberikan dukungan kekonsuleran jika Thunberg membutuhkannya. Belakangan diketahui, Kemenlu Israel mendeportasinya kembali ke Swedia via Prancis. 

 

Hal itu menimbulkan pertanyaan tentang sikap pemerintah Swedia, utamanya PM Kristersson, mengingat ia dalam sebuah sesi tanya jawab di Gothenburg pada 22 November 2023 pernah keceplosan. Menurutnya, “Israel berhak melakukan genosida”, namun kemudian ia langsung meralatnya jadi “Israel berhak untuk mempertahankan diri”. PM Kristersson melupakan memori kelam terkait diplomat Count Bernadotte yang jadi korban penyergapan dan pembunuhan milisi teroris zionis Israel 77 tahun silam. 

 

Sejak 1940-an, organisasi zionis punya pasukan paramiliter yang melancarkan aksi-aksi teror di Palestina seperti Haganah, Irgun, dan Lehi. Milisi-milisi itulah cikal-bakal Militer Israel (IOF) saat ini. Milisi-milisi bersenjata itu tak hanya meneror milisi-milisi Arab di Palestina namun juga tokoh-tokoh asing seperti Menteri Negara Inggris urusan Timur Tengah Walter Guinness atau Lord Moyne, yang dibunuh dua teroris Lehi di Kairo, Mesir pada 6 November 1944. Teroris Haganah dan Irgun juga mengebom Hotel King David di Yerusalem pada 22 Juli 1946 yang menewaskan 91 orang, termasuk di antaranya diplomat Inggris Robert Paus Platt. Dua tahun berselang, giliran nyawa Count Bernadotte yang dibidik. 

 

Count Folke Bernadotte dikenal sebagai diplomat ulung Swedia yang jadi perantara beberapa negosiasi penghentian peperangan di masa Perang Dunia II. Seiring Inggris melepas Palestina dan urusan partisinya diserahkan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui Resolusi 181 pada 1947, konflik bersenjata pecah lalu meluas jadi Perang Arab-Israel (1948-1949). Dewan Keamanan PBB mendesak gencatan senjata dan menugaskan Bernadotte sebagai mediatornya. 

 

“Count Bernadotte dari Swedia menjadi mediator PBB pertama untuk konflik internasional. Dikirim oleh PBB dengan segera setelah komunitas Yahudi di Palestina mendirikan negara, Bernadotte dipandang kedua pihak dengan kecurigaan. Meski sempat terjadi gencatan senjata yang bukan peran Bernadotte, namun sudah menjadi tugasnya sebagai wakil PBB untuk memastikan kedua pihak patuh pada ketentuan-ketentuan gencatan senjata pada 11 Juni,” ungkap Lesley G. Terris dalam Mediation of International Conflicts: A Rational Model.

 

Saat gencatan senjata terjadi pada 11 Juni-9 Juli dan diperpanjang menjadi 18 Juli 1948, Bernadotte mengeluarkan “Progress Report of the United Nations Mediator on Palestine submitted to the Secretary-General for transmission to the members of the United Nations” alias “Bernadotte Plan” yang diterbitkan 16 September 1948. Rencana Bernadotte itu terdiri dari dua proposal untuk mengakhiri konflik dengan membagi tanah Palestina menjadi dua negara alias dengan solusi dua negara. 

 

“Perbedaan di antara dua proposal itu adalah, proposal kedua menyarankan aneksasi Arab Palestina ke dalam Transyordania (kini Yordania). Namun dalam kedua proposal itu ia menetapkan repatriasi para pengungsi Palestina (pasca-Peristiwa Nakba) sebagai prasyarat perdamaian. Ia terkesan ambivalen tentang Yerusalem, di mana pada proposal pertama ia mengharapkan kota itu jadi ibukota Arab namun pada proposal kedua ia megharapkan Yerusalem menjadi kota berstatus internasional,” tulis Jamil Hilal dalam Where Now for Palestine?: The Demise of the Two-State Solution.

 

Kedua proposalnya ditolak kedua belah pihak. Pihak Israel sangat menentang proposal kedua karena menganggap Bernadotte ingin mengurangi luas wilayah Israel dari yang sudah ditetapkan resolusi PBB sebelumnya. Bahkan, milisi-teroris Lehi sampai menganggap Bernadotte adalah boneka Inggris dan Arab. 

 

“Bernadotte adalah agen Inggris dan ia ingin memberikan Yerusalem dan Negev kepada Abdullah (raja Yordania) karena Inggris butuh jembatan darat dari Suez ke Yordania. Inggris akan kembali melalui boneka mereka, Abdullah. Bernadotte punya kewenangan, dia punya PBB di belakangnya. Kami hanya negara kecil,” cetus pemimpin Lehi, Israel Scheib alias Israel Eldad, dikutip Kati Marton dalam A Death in Jerusalem: The Assasination by the Jewish Extremists of the First Arab/Israeli.

 

Maka sebuah rencana pembunuhan pun digagas tiga petinggi Lehi. Selain Eldad, rencana itu didukung penuh Nathan Friedmann alias Natan Yellin-Mor dan Yitzhak Yezernitsky alias Yitzhak Shamir yang kelak jadi PM Israel periode 1986-1992. 

 

“Di masa lalu mereka memerintahkan pembunuhan terhadap perwakilan Inggris, termasuk pembunuhan Lord Moyne pada 1944. Namun (rencana) pembunuhan Bernadotte jadi persoalan lain karena dilakukan di wilayah yurisdiksi negara Israel, kendati Yerusalem saat itu belum resmi dianeksasi. Ketiga tokoh itu juga sadar akan efek gravitasi dari dari aksi mereka. Namun keputusan mereka membunuh Bernadotte pada akhirnya juga terinspirasi serangan-serangan (teror) Uni Soviet yang anti-imperialis dan menganggap Bernadotte adalah ‘made in Inggris’” tulis Ehud Sprinzak dalam Brother Against Brother: Violence and Extremism in Israeli Politics from Altalena to the Rabin Assasination.

 

Rencana pun disusun untuk dijalankan empat milisi Lehi: Yitzhak Markovitz, Avraham Steinberg, Meshulam Makover, dan Yehoshua Cohen yang kelak jadi pengawal pribadi PM Israel David Ben-Gurion. Rencananya, mereka akan mencegat iring-iringan kendaraan Bernadotte pada 17 September 1948 atau sehari setelah menerbitkan “Rencana Bernadotte” di kawasan Alun-Alun Qatamon di selatan Yerusalem. Ketika itu, dalam iring-iringannya Bernadotte turut didampingi asistennya Mayjen Johan August ‘Åge’ Lundström, panglima detasemen pasukan penjaga Perdamaian Prancis Kolonel André Sérot, dan perwira penghubung Israel Kapten Moshe Hillman. 


“Denah wilayahnya terdapat gedung-gedung berlantai tiga sampai berlantai lima di kedua sisi jalan. Di sisi barat juga terdapat Tnuva, sebuah toko kebutuhan sehari-hari milik Michael Zamir. Cohen akan menyembunyikan jipnya di belakang bangunan toko itu, di mana ia bisa melihat hampir semua sektor jalan. Dekat (alun-alun) Qatamon juga terdapat pos polisi dan pos Garda Yerusalem, Mishmar Ha’am. Menjadikan tempatnya ideal untuk penyergapan. Metode penyergapannya adalah jip tersebut akan memblokade jalan, dua orang akan mendekati konvoi (Bernadotte), masing-masing satu mendekati mobil berbeda dan barangsiapa yang lebih dulu bisa mengidentifikasi Bernadotte maka dialah yang akan menembaknya,” ungkap Amitzur Ilan dalam Bernadotte in Palestine, 1948.

 

Pada hari itu pula, 17 September 1948, penyergapannya dilakukan sesuai rencana. Keempat teroris itu menyamar dengan seragam tentara Israel. Sekitar pukul 3 petang hari itu, Bernadotte diagendakan berperjalanan dari markas UNTSO (Organisasi PBB untuk Supervisi Gencatan Senjata) di Government House menuju gedung organisasi pemuda YMCA Yerusalem. Menurut Ilan, petang itu konvoi dua mobil rombongan Bernadotte melewati jalan yang memutar dari Talbiya menuju Alun-Alun Qatamon melalui permukiman-permukiman Yunani dan Jerman, lantas Barak Allenby sebelum menuju zona demiliterisasi. 

 

“Sebelum berangkat, saya mendapat informasi bahwa setiap jip atau mobil ditembaki di depan Gerbang Mandelbaum. Lalu saya berkata kepada Count Bernadotte bahwa tidaklah bijak jika perjalanan ke Yerusalem melewati Ramallah atau Latrun. Memang akan lebih lama sejam tapi akan lebih aman. Bernadotte menjawab: ‘Saya tidak akan melakukan itu. Saya harus mengambil risiko yang sama seperti halnya para pengamat saya (PBB) dan saya pikir tidak boleh ada yang menolak izin untuk melewati jalur itu’,” kenang Jenderal Lundström dalam keterangannya sebagai saksi mata dalam rilis pers PBB tertanggal 18 September 1948. 

 

Sesuai kesaksian Lundström pula, mobil pertama yang memandu jalan disopiri perwira Belgia, Mayor Massart dengan didampingi Kapten Hillman, serta Letkol Flach dan Nona Wessel (sekretaris Bernadotte) dan Mayor De Geer di kursi belakang. Sedangkan mobil kedua disopiri Kolonel Frank Begley dengan didampingi pengamat AL Amerika Letkol William R. Cox di kursi depan, serta Bernadotte, Kolonel Sérot, dan Lundström di kursi belakang. 

 

Saat tiba di sekitar Alun-Alun Qatamon, kedua mobil itu dihadang jipnya Cohen. Kapten Hillman di mobil pertama dengan bahasa Ibrani berusaha meminta izin jalan tapi tak diacuhkan. Justru kemudian Cohen merapat ke mobil Bernadotte dengan mengacungkan senapan otomatis MP 40 yang disandangnya. 

 

“Saya tak begitu waspada karena mengira itu hanya pos pemeriksaan biasa. Namun ia (Cohen) menyelipkan laras senapan otomatis dari sela jendela kaca di sisi saya dan menembak Count Bernadotte dan Kolonel Sérot dengan membabi-buta. Kolonel Serot langsung tumbang. Posisi tubuh Count Bernadotte terbungkuk ke depan dan saya mengira ia masih berusaha berlindung. Saya bertanya: ‘Apakah Anda terluka?’ Ia mengangguk dan kemudian ikut tumbang,” lanjut Lundström. 

 

Cohen segera kabur disusul kedua Markovitz dan Steinberg setelah keduanya menembaki ban dan kap mobil. Sedangkan Begley, yang berusaha mengejar Cohen, terluka diserempet peluru dari senjata Cohen. Meski begitu, Begley masih mampu mengemudikan mobil setelah diperintah Lundström untuk melarikan Bernadotte ke Rumah Sakit Hadassah. 

 

“Setibanya (di rumah sakit), saya membawa masuk tubuh Bernadotte dan merebahkannya ke tempat tidur. Saat membuka jaketnya, tampak luka tembak di sekitar jantung. Ketika dokter datang, saya bertanya apakah masih bisa tertolong namun ia mengatakan sudah terlambat,” tukas Lundström. 

 

Kolonel Sérot mendapat 18 luka tembak di sekujur badannya. Sedangkan Bernadotte mendapat enam luka tembak di dada, tenggorokan, dan lengannya.


Hasil investigasi Kepolisian Israel mengungkapkan, tidak hanya keempat pelaku yang bersembunyi namun juga tiga pemimpin Lehi di atas. Dari ketiganya, hanya Yellin-Mor yang akhirnya tertangkap. Meski diputuskan bersalah, ia tetap dibebaskan setelah mendapat grasi.


DK PBB bereaksi dengan menyatakan penyergapan dan pembunuhan itu adalah tindakan pengecut. Sementara, pemerintah Swedia mengutuk aksi teror itu dan menganggap pemerintah Israel turut bertanggungjawab, terlepas pada 1950 tetap memberi pengakuan de jure terhadap kedaulatan Israel. 

 

“Pemerintah Israel menawarkan 54.328 dolar untuk pemakaman Bernadotte namun ditolak oleh Nyonya (Estelle) Bernadotte. Meski begitu, kompensasi itu tetap dibayarkan kepada Sekretariat PBB. Proses rekonsiliasi (Swedia-Israel) termasuk beberapa rangkaian upacara memorial untuk mendiang Bernadotte oleh organisasi-organisasi Yahudi dan Zionis di seluruh dunia dan dengan membuat Hutan Bernadotte oleh Jewish National Fund di Israel. (Mediator suksesor Bernadotte, Ralph) Bunche yang turut diundang dalam pembukaannya menolak hadir,” tandas Ilan. 


 

Comentários

Avaliado com 0 de 5 estrelas.
Ainda sem avaliações

Adicione uma avaliação
Melawan Lupa Peristiwa Kekerasan Seksual dalam Kerusuhan Mei 1998

Melawan Lupa Peristiwa Kekerasan Seksual dalam Kerusuhan Mei 1998

Selain melakukan upaya melawan lupa terhadap kekerasan seksual dalam kerusuhan Mei 1998, masyarakat juga perlu memastikan bahwa narasi sejarah tidak dijadikan alat untuk melegitimasi kekuasaan.
WR Supratman Tutup Usia di Rumah Kakaknya

WR Supratman Tutup Usia di Rumah Kakaknya

Rumah antik di Jalan Mangga Surabaya ini saksi bisu mangkatnya W.R. Supratman sang penggubah "Indonesia Raya".
Kisah Manis Gula Aren

Kisah Manis Gula Aren

Gula aren digunakan sebagai bahan baku berbagai masakan, kudapan, ataupun bahan pendamping makanan. Produksi dan konsumsinya melekat sebagai tradisi khas Nusantara.
Benteng Pendem Van Den Bosch

Benteng Pendem Van Den Bosch

Penggagas tanam paksa, Johannes Graaf van den Bosch diabadikan namanya dalam sebuah benteng di Ngawi, Jawa Timur. Benteng ini dijadikan pusat pertahanan Belanda pada masa kolonial.
Pemain Hindia Belanda di Piala Dunia Tenggelam di Samudra Hindia

Pemain Hindia Belanda di Piala Dunia Tenggelam di Samudra Hindia

Penampilan Frans Meeng di Piala Dunia 1938 dipuji media Belanda. Perang membuat dia dan kakaknya yang bermain di klub yang sama harus menderita di Samudera Hindia dengan akhir berbeda.
bottom of page