top of page

Sejarah Indonesia

Arloji Mewah Swiss Dari Mana

Arloji Mewah Swiss, Dari Mana Mulanya?

Selain cokelat dan pisau saku multiguna, Swiss juga kondang dengan arloji mewahnya. Harga arloji-arlojinya selangit.

19 September 2025

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Ilustrasi pembuatan arloji Swiss (myswitzerland.com)

SETIAP kali bicara arloji, kerap kali hal pertama yang muncul di kepala adalah merk-merk mewah asal Swiss. Seperti arloji Richard Mille berharga miliaran milik mantan anggota DPR Ahmad Sahroni yang sempat digondol seorang remaja dalam penjarahan kediaman Sahroni di Tanjung Priok, Jakarta Utara, 30 Agustus 2025. Arloji Richard Mille seri RM 40-01 McLaren Speedtail itu harga pasarannya sekitar 695 ribu dolar Amerika (setara Rp11 miliar). 

  

Selain menggunakan material mutakhir dengan mekanisme tourbillon otomatis, arloji itu tergolong limited edition karena hanya diproduksi 106 unit saja oleh manufaktur asal Swiss yang baru berdiri sejak 2001 itu.

 

Pada 2014 silam, Panglima TNI periode 2013-2015 Jenderal Moeldoko juga pernah bikin heboh karena tampil dengan arloji dengan brand serupa, tepatnya Richard Mille RM011 seri Felipe Massa. Kendati harganya jauh lebih murah dari milik Sahroni, yakni sekitar Rp1 miliar, tetap saja bikin publik tercengang hingga sang panglima mesti mengaku jamnya itu palsu. 

 

Namun bukan hanya Richard Mille. Swiss sohor dengan aneka merk jam tangan high-end. Sebut saja Rolex, TAG Heuer, OMEGA, Tissot, Rado, Blancpain, Chronoswiss, Hublot, Swatch hingga Breitling, yang kualitas dan banderolnya jelas bukan kaleng-kaleng. 

 

Satu dari sekian ciri yang membuat arloji-arloji itu jadi incaran kalangan elite untuk dijadikan simbol status adalah tulisan penanda, “Swiss Made”, di sisi bawah angka 6 semua arloji buatan manufaktur-manufaktur asal Swiss. Ada kriteria standar untuk keasliannya, seperti minimal 60 persen ongkos produksi berputar di Swiss, mekanisme penggeraknya minimal harus 80 persen dibuat di Swiss, dan pengecekan kualitas final harus dilakukan di Swiss. Aturan itu berlaku bagi semua manufaktur sejak 2017. 

 

“Pada 2017 saja Swiss mengekspor 24,3 juta arloji. Memang jauh ketimbang China yang jadi eksportir terbesar dunia (688 juta unit arloji). Tetapi Swiss mengutamakan kualitas daripada kuantitas dan lebih mencolok ketika melihat harganya. Rata-rata arloji buatan China seharga 4 dolar, sementara rata-rata arloji Swiss berbanderol 827 dolar. Tak heran industri Swiss dari ekspor arloji saja bernilai 19,9 miliar dolar,” terang Diccon Bewes dalam Swiss Watching: Inside the Land of Milk and Money.

 

Gegara Persekusi Agama

Swiss sohor dengan cokelatnya walau biji kakao aslinya dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Pun begitu dengan arloji, yang mulanya transformasi dari jam saku buatan Peter Henlein, pengrajin jam asal Nürnberg, Jerman. Tetapi seiring perjalanan waktu, Swisslah yang kondang dengan arloji-arloji mewah. Semua bermula dari pergolakan dan persekusi agama. 

 

Reformasi Protestan di abad ke-16 melahirkan persekusi dan pembasmian dari para penguasa Kerajaan Prancis. Akibatnya, banyak orang mengungsi ke Belanda, Inggris, Jerman, dan Swiss. Satu di antaranya adalah tokoh reformasi Jehan Cauvin alias John Calvin, pemimpin teologi Calvinisme sebagai salah satu cabang utama Protestanisme. Ia ikut mengungsi ke Jenewa, Swiss. 

 

“Sejak awal tahun 40-an abad ke-16 Reformasi di Prancis langsung dipengaruhi oleh Calvin dari Jenewa. Ia memberi semangat kepada gereja yang dianiaya, sedangkan Jenewa membuka pintu bagi mereka yang harus mengungsi. Jemaat-jemaat kaum huguenot, suatu nama ejekan untuk kaum Protestan yang diterima sebagai nama kehormatan, diorganisasikan menurut pola Jenewa,” tulis Christaan de Jonge dalam Apa Itu Calvinisme?

 

Calvin menyebarkan Calvinisme hingga punya pengaruh di Jenewa. Lewat kerjasama dengan dewan kota, ia menjadikan Jenewa pusat model Protestan di Eropa dengan membentuk pemerintahan gereja dan sipil kendati ada hambatan sejumlah kelompok penentang. 

 

“Pada 1555 golongan Calvinis menang kembali dalam pemilihan dewan kota. Penganjur-penganjur oposisi terpaksa lari; yang tinggal di Jenewa dihukum mati. Semua orang Calvinis dari luar negeri yang berlindung di Jenewa, diberi hak warga negara. Begitulah Jenewa menjadi sebuah kota menurut cita-cita Calvin, di mana ia dapat mewujudkan asas-asas teokratis dengan tidak mengalami perlawanan dan larangan lagi,” ungkap Hendrikus Berkhof dalam Sejarah Gereja.

 

Pengaruh penting Calvin di Dewan Kota Jenewa adalah keluarnya aturan anti-kemewahan. Beleid itu membuat para pengrajin dan pemilik toko perhiasan nyaris mati suri. Saat itulah para pengungsi huguenot Protestan memainkan perannya. Banyak di antara mereka yang terampil membuat jam saku kemudian membantu para pengrajin dan pengusaha perhiasan itu beralih ke bisnis jam karena jam saku tidak dianggap sebuah kemewahan. 

 

“Ketika semakin banyak yang jadi pembuat arloji, mereka mulai membuat banyak perhimpunan pada 1601. Perkembangan industrinya begitu pesat di Jenewa dan di sekitar Pegunungan Jura. Pada 1686, terdapat 100 master pembuat jam, 165 pada 1716, dan 800 pada 1766 yang rata-rata mempekerjakan 3.000 orang. Pada 1790 Jenewa sudah mengekspor lebih dari 60 ribu buah jam saku ke segala penjuru Eropa,” terang David W. Conklin dalam Cases in the Environment of Business: International Perspectives.

 

Pesatnya perkembangan industri jam saku dan arloji kemudian juga didukung oleh banyak petani yang memilih menyambi jadi pekerja di bisnis-bisnis jam ketika perkebunan mereka tak bisa digarap ketika musim dingin. Memang kemudian di abad ke-18 hingga abad ke-19 muncul pesaing-pesaing dari Prancis, Jerman, dan Inggris. 

 

“Namun Swiss berinvestasi pada edukasi dan pelatihan, mendirikan banyak akademi arloji dan jam saku. Kemudian mereka juga menetapkan label ‘Swiss Made’ yang menjadi citra pembeda di kancah internasional sejak 1920. Lainnya, Swiss begitu maju karena memiliki pabrik arloji mekanis pertama pada 1839 yang memungkinkan untuk produksi massal dan bikin iri Inggris,” tambahnya. 

 

Manufaktur-manufaktur ternama yang kemudian legendaris pun menjamur, bahkan masih eksis hingga kini. Sebut saja OMEGA yang eksis sejak 1848 di La Chaux-de-Fonds atas prakarsa Louis Brandt, yang dikenal dengan jam saku dan arlojinya yang presisi buatan pengrajin-pengrajin lokal; lalu TAG Heuer, yang –diinisiasi Edouard Heuer di Saint-Imier pada 1860–sohor dengan fitur chronograph-nya; dan Breitling, yang didirikan Léon Breitling di Saint-Imier pada 1884, dikenal dengan arloji bermesin penggerak baterai kuarsa. 

 

Rolex mungkin masih yang terpopuler sebagai jam mewah. Didirikan Hans Wilsdorf dan adik iparnya, Alferd Davis, pada 1905 dengan nama Wilsdorf & Davis di London, Inggris. Awalnya, mereka sekadar jadi firma importir arloji Herman Aegler dari Swiss. Mereka kemudian mendaftarkan hak paten dengan nama Rolex pada 1908. Pada 1914 seiring Perang Dunia I (1914-1918), keduanya mengganti nama perusahaan dengan nama Rolex. 

 

“Disinyalir Hans Wilsdorf mengubah nama perusahaannya karena terdengar terlalu Jerman, selain juga agar lebih mudah diucapkan dalam semua bahasa: Rolex. Seiring pecah perang, arloji Rolex jadi yang pertama menerima sertifikat Kelas A dari Kew Observatory. Baru tahun 1919 Rolex memindahkan markasnya ke Swiss,” tukas Clément Mazarian dalam Exceptional Watches: From the Rolex Daytona to the Casio G-Shock, 90s Rare & Collectibles Watches Explored.



Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
Banjir Aceh dan Tapanuli Tempo Dulu

Banjir Aceh dan Tapanuli Tempo Dulu

Sumatra Utara dan Aceh dulu juga pernah dilanda banjir parah. Penyebabnya sama-sama penebangan hutan.
bottom of page