top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Persekutuan Tuan Rondahaim dan Sisingamangaraja

Tuan Rondahaim dan Sisingamangaraja bersekutu melawan Belanda. Keduanya telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.

19 Des 2025

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Sisingamangaraja XII dan Tuan Rondahaim. (M.A. Yusuf/Historia.ID).

DARI basis kekuasannya di Bakkara, Sisingamangaraja suatu kali melawat ke daerah Simalungun. Turut mendampinginya beberapa pengikut orang dari Aceh dan Toba. Namun, mendekati Pematang Raya, Tuan Rondahaim Saragih, penguasa Kerajaan Raya, enggan menyambut rombongan Sisingamangaraja. Tuan Rondahaim hanya bersedia menerima Sisingamangaraja di Dalig Raya, berjarak 5 km dari Pematang Raya, sebagai gerbang depan kerajaannya.


“Dalig Raya adalah juga kampung saya, kesana saja Oppung (Kakek), biar nanti saya yang menghadap kesana,” kata Rondahaim, sebagaimana dituturkan Pdt. Wismar Saragih dalam Barita Ni Tuan Rondahaim atau Riwayat Hidup Tuan Rondahaim.


Dinasti Sisingamangaraja kesohor sebagai raja-imam yang berkuasa di Tanah Batak. Pengaruhnya cukup diakui sampai ke wilayah kerajaan tetangga seperti Simalungun maupun Aceh. Tuan Rondahaim sendiri, dalam catatan Wismar Saragih, menaruh hormat pada Sisingamangaraja yang dipanggilnya “Oppung”.


Namun, menurut hemat Rondahaim, jika Sisingamangaraja berkunjung ke Raya, tentulah banyak orang gentar, karena mengangapnya sebagai imam atau datu agung yang diutus Allah. Penyambutan terhadap Sisingamangaraja dapat berakibat habisnya harta rakyat untuk dipersembahkan kepadanya. Itu sebabnya, Rondahaim lebih memilih untuk menyambutnya di Dalig Raya dan dia sendiri yang langsung memberikan persembahan bagi Sisingamangaraja.


“Kemudian diperintahkanlah agar semua rakyat mengantarkan persembahan masing-masing kepada Sisingamangaraja. Tuan Rondahaim mempersembahkan ringgit sebanyak $120. Masyarakat Raya berikut penghulu masing-masing berbondong-bondong mengantarkan persembahan syukurnya karena negeri disinggahi Sisingamangaraja,” tutur Wismar.


Setelah memberikan persembahan kepada Sisingamangaraja, Tuan Rondahaim meminta kepada Sisingamangaraja agar perkaranya dengan Tuan Dolok Kahean didamaikan. Menurut pengaduan Rondahaim, Tuan Dolok Kahean suka menyamun ke wilayah Raya. Selain itu, pengantar mesiu Tuan Rondahaim yang melintasi Dolok Kahean, kerap kali dihadang dan disita bawaannya. Mendengar masalah tersebut, Sisingamangaraja menyuruh orang menjemput Tuan Dolok Kahean. Tuan Rondahaim pun kembali ke Pematang Raya.


Seperti dijelaskan dalam Barita Ni Tuan Rondahaim, Tuan Rondahaim sejatinya telah menyiapkan siasat agar “balik modal” dan tak kalah wibawa dengan Sisingamangaraja. Kepada salah satu panglimanya, Tuan Bulu Raya Jombit diperintahkan untuk mengepung dan mengacungkan bedil begitu Tuan Dolok Kahean datang. Untuk menebus kebebasannya, Tuan Dolok Kahean harus membayar $1000. Begitulah yang terjadi setibanya Tuan Dolok Kahean di Dalig Raya. Demi memadamkan huru-hara dan pertumpahan darah, Sisingamangaraja bersedia menebusnya.


Sisingamangaraja pasang badan karena harus menjamin keselamatan Tuan Dolok Kahean yang diundang datang atas permintaannya. Sisingamangaraja pun tampaknya menyadari perbuatan orang Raya yang terkesan menjebak dirinya. Uang tebusan itu konon diserahkan dalam sepiring besar uang ringgit dan setelah dihitung berjumlah $700. Setelah perkara beres, uang tersebut diantarkan kepada Tuan Rondahaim. Tuan Dolok Kahean dibebaskan.


Sementara itu, Sisingamangaraja kembali ke Toba melewati Dolok Saribu. Rombongan Sisingamangaraja membawa serta beberapa orang Dolok Kahean, karena sudah membayar hutang mereka. Rencananya mereka hendak dijual sebagai budak belian. Namun, ditengah jalan, orang-orang Dolok Kahean ini melarikan diri setelah “dikompori” utusan Tuan Rondahaim.


“Mereka pun lari ke Sinondang. Ada 50 orang banyaknya. Sebagian mereka itu dijadikan menantu oleh Tuan Rondahaim dan tinggal di Sinondang,” catat Wismar Saragih, “Demikianlah usaha Tuan Rondahaim agar dimuntahkan kembali apa yang sempat dimakan Sisingamangaraja dari Simalungun.”


Namun, Wismar Saragih tak menyebut titimangsa maupun Sisingamangaraja ke berapa yang bertemu dengan Tuan Rondahaim. Menurut Augustin Sibarani, pertemuan Sisingamangaraja dengan Tuan Rondahaim, terjadi pada 1871 sehingga dapat disimpulkan itu adalah Sisingamangaraja XI atau bernama asli Raja Ompu Sohahuaon. Penerusnya, Patuan Bosar yang kemudian bergelar Sisingamangaraja XII baru berkuasa pada 1875.


“Pada 1871 Raja Sisingamangaraja XI telah mengadakan suatu pertemuan tingkat tinggi dengan Teuku Nangta Sati dari Aceh untuk menggariskan suatu dasar pertahanan antara Aceh dan Tanah Batak. Pada tahun itu juga Raja dari Bakkara ini telah berkunjung ke Pematang Raya di Simalungun untuk menemui Raja Rondahaim Saragih guna membicarakan suatu perjanjian pertahanan bersama,” sebut Sibarani dalam Perjuangan Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII.


Sementara itu, Walter Bonar Sidjabat, sejarawan penulis biografi Sisingamangaraja XII, mengatakan Sisingamangaraja XI dan Sisingamangaraja XII berkenalan baik dengan Tuan Rondahaim. Sisingamangaraja XII juga pernah berkunjung ke Raya. Bersama Tuan Rondahaim, keduanya mengadakan kerja sama dalam mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Efeknya secara historis terjadi di daerah Deli dan Serdang.


“Setelah kunjungan Sisingamangaraja XII ke Raya, maka para pendukung Tuan Rondahaim pun, segera membakari banyak gudang-gudang tembakau di daerah Deli Serdang. Pembakaran ini dilakukan dengan memberikan uang bagi kuli gintrokan (kontrak) sebanyak 20 ringgit seorang, asalkan orang bersangkutan berhasil membakar bangsal atau gudang pengeringan daun tembakau di perkebunan di daerah Deli Serdang itu,” ungkap Sidjabat dalam Ahu Si Singamangaraja.


Semasa Rondahaim berkuasa, Kerajaan Raya tak dapat ditaklukkan Belanda. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya perkebunan yang dikuasai Belanda di daerah Kerajaan Raya. Sebaliknya, Rondahaim bersama pasukannya kerap menebar ancaman terhadap basis-basis ekonomi Belanda di kawasan Sumatra Timur. Perlawanan Rondahaim terhadap Belanda mulai berlangsung sejak 1871 hingga 1890. Surat-surat kabar sezaman berbahasa Belanda kerap memberitakan aksi-aksi yang dilancarkan Rondahaim yang menyebabkan pemerintah kolonial kerepotan.


“Tuan Rondahaim pada akhirnya berlebihan. Ia menyerbu Padang dan Bedagei, dan rakyatnya menderita akibatnya. Semua upaya damai untuk membujuknya agar mengakui supremasi Belanda gagal. Ia memproklamirkan kemerdekaannya ketika penguasa Batak lainnya telah menyerah,” demikian diwartakan Deli Courant, 27 Februari 1935.


Perlawanan Rondahaim terhenti menyusul wafatnya pada 1892. Sementara itu, Sisingamangaraja XII terus menyalakan perlawanan lebih lama lagi terhadap Belanda. Sisingamangara XII berjuang hingga gugur di tangan anak buah Kapten Hans Christoffel pada 1907. Baik Sisingamangaraja XII maupun Tuan Rondahaim telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.*

Advertisement

Persekutuan Tuan Rondahaim dan Sisingamangaraja

Persekutuan Tuan Rondahaim dan Sisingamangaraja

Tuan Rondahaim dan Sisingamangaraja bersekutu melawan Belanda. Keduanya telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.
Pengusaha Hiburan Malam Naik Haji

Pengusaha Hiburan Malam Naik Haji

Pengusaha hiburan malam yang mengorbitkan banyak penyanyi beken ini mengalami kejadian aneh saat menunaikan ibadah haji.
Biarkan Batin Melayang

Biarkan Batin Melayang

Zaman berubah. Kekuasaan berganti. Namun, S.K. Trimurti mampu melewatinya tanpa membuatnya tersingkir dari sejarah.
Banjir Besar di Jakarta

Banjir Besar di Jakarta

Banjir besar yang melanda Jakarta merendam kawasan Monas. Rencana Presiden Soeharto dan Ibu Tien meninjau diorama Supersemar di museum Monas terpaksa dibatalkan.
Kisah Prajurit Doyan Kawin

Kisah Prajurit Doyan Kawin

Poligami dipraktikkan oknum tentara sejak dulu. Ada yang dapat hukuman karenanya.
bottom of page