- M. Fazil Pamungkas
- 20 Agu 2019
- 4 menit membaca
SEJUMLAH orang bergerombol, sebagian membentuk antrean di pelataran Hall B3 Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat pada Sabtu 17 Agustus 2019. Di antara antrian itu ada seorang perempuan yang terlihat sangat antusias. Terasa cukup kontras dengan orang-orang di sekitarnya. Adalah Meka Triani (29), karyawati di salah satu perusahaan swasta di Jakarta, yang mengaku telah berada di sana sejak pukul 14.00.
“Agak lama sih, panas juga, tapi enggak apa-apa yang penting nanti happy,” ucap ibu dua anak tersebut kepada Historia.
Menurut Meka, sedari siang puluhan bahkan mungkin ratusan orang telah memadati area itu, menunggu gerbang hitam yang membentang di hadapan mereka terbuka. Apa gerangan yang ditunggu Meka dan orang-orang hingga mereka rela berdiri di bawah matahari yang cukup terik siang itu?
Rupanya Ismaya Live bersama Generasi 90an kembali menggelar acara nostalgia untuk anak generasi tahun 90an, yakni Festival Mesin Waktu. Gelaran yang pertama kali diselenggarakan pada 2017 itu menyajikan penampilan musik, film, makanan, hingga berbagai jenis permainan yang lazim ditemukan pada era 1990 hingga 2000. Masih mengusung tema dekade 90-an, Festival Mesin Waktu 2019 memberikan konsep baru yang tentunya tidak kalah meriah dengan edisi pertamanya.
Berbeda dengan sebelumnya, Festival Mesin Waktu 2019 ini terselenggara dalam suasana yang spesial karena bertepatan dengan HUT ke-74 Republik Indonesia. Panitia penyenggara pun meracik nuansa nostalgia di acara tersebut dalam balutan khas hari kemerdekaan, di antaranya upacara bendera dan perlombaan-perlombaan yang semakin meramaikan acara Festival Mesin Waktu 2019.
Dalam rilisnya, pihak penyelenggara menyebut jika mereka memang telah melakukan persiapan untuk acara di Festival Mesin Waktu 2019 dengan menyediakan tiang bendera di samping kiri panggung utama dan mengundang anggota Paskibra Jakarta Selatan 2018 sebagai pasukan upacara bendera.
Selain upacara bendera, pihak panitia juga mempersiapkan lomba-lomba sebagai bagian dari rangkaian HUT RI. Ada lomba makan kerupuk, lomba balap karung, lomba memindahkan kelereng, hingga lomba memasukkan pensil ke dalam botol. Para pengunjung yang hadir sangat antusias menikmati aneka lomba tersebut, utamanya anak-anak.
Area Festival Mesin Waktu sendiri dibagi menjadi 5 zona, yaitu Zona Musik, Zona Nonton, Zona Museum, Zona main, dan Zona Jajan. Namun tahun ini pihak penyelenggara kembali melakukan inovasi dengan menambah dua zona baru, yakni Zona Nyaman dan Zona Karaoke.
Tren Hiburan Tahun 90-an
Zona Nonton disajikan dalam suasana yang sangat nyaman. Para pengunjung bisa menikmati film tanpa batasan. Mereka boleh duduk bersila, berdiri, bahkan rebahan di bean bag sekalipun. Film-film yang diputar pun merupakan tontonan yang ramai pada era 90an.
Pada Festival Mesin Waktu 2019 ada empat film yang diputar, yaitu Lupus, Olga Sepatu Roda, Saras 008, dan Keluarga Cemara. Lupus menjadi film pembuka di Zona Nonton. Karakter fiksi yang pertama kali diperkenalkan tahun 1986 dalam novel Lupus: Tangkaplah Daku Kau Kujitak ini menjadi pujaan bagi anak 90-an. Dengan permen karet yang selalu terkunyah di mulutnya, gaya hidup Lupus menjadi tren di kalangan siswa SMA kala itu.
Setelah menonton Lupus, para pengunjung di Zona Nonton diajak mengenang masa-masa tahun 90-an bersama Irfan Ramli, Ruben Adrian, dan Marchella FP, penulis buku best seller “Generasi 90an”.
Setelah menonton Olga Sepatu Roda (diproduksi tahun 1991), dan Saras 008 (diproduksi tahun 1998), acara utama di Zona Nonton ditutup dengan film Keluarga Cemara (produksi tahun 2019). Salah satu sinetron yang begitu laris pada era 90an ini dibuat berdasarkan cerita bersambung karya Arswendo Atmowiloto. Keluarga Cemara menjadi sinetron yang waktu penayangannya sangat panjang, terhitung sejak 6 Oktober 1996 sampai 28 Februari 2005.
Hanyut dalam Kenangan
Zona musik menjadi area terbesar, sekaligus tempat berdirinya panggung utama acara Festival Mesin Waktu 2019. Seluruh agenda inti dilangsungkan di Zona Musik ini. Mulai dari kuis Family 100, senam SKJ, upacara bendera, hingga puncaknya konser musik.
Kuis Family 100 diadaptasi dari acara kuis asal Amerika Serikat, Family Feud dan Family Fortunes. Family 100 menjadi salah satu program kuis tersukses di Indonesia karena berhasil tayang sebanyak lebih dari 2.500 episode. Acara yang pertama kali mengudara pada 1996 itu telah diproduksi oleh banyak stasiun tv, termasuk ANTV dan Indosiar sebagai yang pertama memproduksi acara ini.
Setelah acara Family 100, agenda disambung dengan Senam Kesegaran Jasmani (SKJ). Senam yang sempat diwajibkan pada era Orde Baru selama tahun 80-an dan 90-an itu biasa dilakukan hanya satu hari dalam seminggu, yakni Jumat pagi. SKJ diperkenalkan pada awal 1984, perubahan dari Senam Pagi Indonesia (SPI) pada akhir 70-an. Senam ini biasanya diiringi lagu berirama dengan gerakan yang cukup mudah diikuti.
Sekira pukul 18.30, Rida Sita Dewi (RSD) naik ke atas panggung. Trio asal Bandung yang memulai karir kemusikan sejak 1994 itu membawakan 11 lagu dari 4 album yang telah mereka lahirkan. Lagu-lagu seperti ‘Masih Ada’, ‘Datanglah’, dan ‘Ketika Kau Jauh’ berhasil membawa para penonton hanyut dalam kenangan masa lalu.
Setelah RSD, aksi panggung P-Project yang jenaka membawa minggu malam itu semakin meriah. Kelompok komedi asal Bandung yang dibentuk oleh sejumlah mahasiswa pada 1982 ini menampilkan musik parodi sebagai sajian panggung utama mereka. Penampilan Joe dan kawan-kawan mampu mengajak penonton untuk ikut berdendang, sambil diselingi candaan yang membawa gelak tawa di ruangan yang besar itu.
Glenn Fredly membuka penampilannya dalam balutan kemerdekaan yang sangat kental. Ia masuk dengan membawa bendera Merah Putih sambil diiringi lagu ‘Zamrud Khatulistiwa’ karya Chrisye. Memulai karir musik tahun 1995, Glenn pernah dikenal sebagai penyanyi R&B Soul dengan lagu hitsnya ‘Kau’ dan ‘Cukup Sudah’. Dengan penampilan dan suaranya yang khas, lagi-lagi Glenn selalu dapat menghanyutkan para penonton dalam suasana sendu. Penampilan malam itu ditutup Glenn dengan salah satu hits andalannya, ‘Kasih Putih’.
Permainan Masa Lalu
Selain penampilan musik, para pengunjung Festival Mesin Waktu 2019 juga dimanjakan dengan permainan-permainan yang ada di Zona Main. Console Game menjadi sajian utama di zona permainan digital ini.
Para pengunjung dibuat anteng memainkan permainan dari kaset-kaset yang disediakan. Beberapa buah Console Game merek SEGA dan PlayStation disiapkan untuk membunuh kebosanan para pengunjung di sana.
SEGA pertama kali diperkenalkan di Indonesia sekitar tahun 1995. Consolegame ini dengan cepat digandrungi oleh remaja-remaja kala itu. Walau harganya terbilang mahal, tetapi keberadaannya mampu menjadi opsi baru bagi permainan anak-anak tahun 90-an. Setelah SEGA, muncul PlayStation generasi 1 tahun 2000-an, yang semakin memberi keragaman bagi permainan digital di Indonesia.*












Komentar