top of page

Sejarah Indonesia

Bung Karno Meninjau Ibukota Brasilia

Bung Karno Meninjau Ibukota Brasilia

Sebelum Indonesia, negara Brazil telah lebih dulu melakukan perpindahan ibu kota. Presiden Sukarno turut meninjau proses pembangunannya.

18 Juni 2024

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Presiden Soekarno didampingi oleh Presiden Brazil Juscelino Kubtischek De Oliveira dan pejabat setempat di Istana Kepresidenan “Palacio de Alvorada” saat meninjau ibu kota Brasilia pada 19 Mei 1959. Sumber: Perpus Bung Karno.

Perpindahan ibukota Indonesia dari Jakarta ke Ibu Kota Nusantara (IKN) dipastikan berlangsung pada tahun ini. Upacara hari kemerdekaan 17 Agustus 2024 mendatang bakal menjadi debut perdana IKN sebagai ibukota Indonesia yang baru. Sampai saat ini, pemerintah terus menggeber pembangunan IKN lengkap dengan sarana dan infrastrukturnya.  


Dari Jakarta ke IKN membentang jarak 1700 km atau 44 jam perjalanan darat. Perjalanan darat lebih lama karena kedua kota berada di pulau berbeda. Jakarta di Pulau Jawa sedangkan IKN di Pulau Kalimantan. Bentangan jarak ini menjadikan perpindahan ibukota ke IKN sebagai perpindahan ibukota yang terjauh di dunia.


Selain Indonesia, Brazil adalah negara yang melakukan pemindahahan ibukota. Sebelum bertempat di Brasilia, ibukota Brazil terletak di Rio de Janeiro, di pesisir tenggara Brazil. Meski masih satu daratan, jarak antara Brasilia dan Rio de Janeiro juga cukup jauh, yakni 1166 km atau 15 jam 14 menit perjalanan darat.



Kota Rio de Janeiro telah menjadi ibukota Brazil sejak zaman penjajahan Portugis. Pada masa kepresidenan Juscelino Kubitschek de Oliveira, sebuah ibukota baru dipersiapkan untuk menggantikan Rio de Janeiro. Ibukota baru ini dinamakan Brasilia dan letaknya lebih ke pedalaman. Proses pembangunan Brasilia berlangsung sejak 1956.


Ketika Presiden Sukarno berkunjung ke Brazil pada Mei 1959, Kota Brasilia masih dalam tahap pembangunan. Selama di Brazil, Bung Karno lebih banyak berkegiatan di Rio de Janeiro. Di sela-sela kunjungannya, Presiden Kubitschek turut mengajak Bung Karno meninjau pembangunan kota Brasilia.


Bung Karno, menurut Harian Umum, 21 Mei 1959, berkunjung ke Brasilia pada hari Selasa, 19 Mei 1959. Pukul 12.00, Bung Karno berangkat dari Rio de Janeiro. Sementara itu, Presiden Kubitschek sudah lebih dulu tiba di Brasilia.


“Di Kota Brasilia Presiden Sukarno disambut oleh Presiden Kubitschek dan bersama-sama dia Bung Karno terbang dengan helikoper untuk melihat pekerjaan pembangunan ibu kota baru itu,” diwartakan Harian Umum.



Setelah berkeliling Brasilia, Presiden Kubitchek dan Bung Kano makan siang di Istana Kepresidenan Palacio de Alvorada. President Kubitschek, seperti dilansir Brazilian Bulletin, 1 Juni 1959, memperlakukan Bung Karno dengan rasa hormat yang begitu dalam selama kunjungan itu. Lagipula Bung Karno merupakan presiden dari negara Asia pertama yang berkunjung ke Brazil sekaligus Amerika Latin.


Sewaktu mereka sama-sama meninjau Brasilia, Presiden Kubitschek memberikan keleluasaan bagi Bung Karno untuk memilih tempat calon Kedutaan Besar Republik Indonesia. Bung Karno pun menentukan tempat pilihannya di Avenida das Nacoes Quadra 805. Tempat inilah yang menjadi kantor kedutaan Indonesia di Brazil sampai sekarang. 


Bung Karno sempat berkelakar ketika menjajaki bakal tempat gedung kedutaan Indonesia di Brasilia. Bermula dari seorang ajudan yang memetik sekuntum bunga yang tumbuh di lokasi kedutaan Indonesia. Bunga itu kemudian diminta oleh Bung Karno, untuk diberikan kepada Presiden Kubitschek.



“Saya senang sekali memberikan ini kepada Tuan, karena tumbuhnya di atas tanah Indonesia, maka bunga ini menurut hukum adalah milik saya. Maka karenanya saya senang sekali memberikannya kepada tuan,” demikian Bung Karno seperti dituturkan dalam Harian Umum, 23 Mei 1959.


Meski masih dalam tahap pembangunan, ibukota Brasilia, sewaktu dikunjungi Bung Karno, menurut mingguan Istimewa tanggal 31 Mei 1959,sungguh menggagumkan. Tak ada ada keterangan pasti apakah pengalaman meninjau ke Brasilia turut menginspirasi Bung Karno atas gagasan pemindahan ibukota Indonesia dari Jakarta. Namun, setelah mengunjungi sejumlah kota di dunia sejak 1956, wacana ibukota baru pengganti Jakarta mulai bergaung.


Beberapa kota digadang-gadang jadi calon ibukota baru Indonesia di zaman Bung Karno. Kota Palangkaraya di Kalimantan Tengah disebut-sebut yang paling sreg. Namun, hingga pemerintahan Sukarno berakhir, wacana itu tak kunjung terwujudkan. Rencana pindah ibukota baru menjadi kenyataan setelah lebih dari setengah abad kemudian. Pada akhir periode kedua pemerintahan Presiden Joko Widodo, ibukota Indonesia akhirnya pindah dari Jakarta ke Ibu Kota Nusantara, di Kabupaten Penajam Pasir Utara-Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.


Baca juga: Mimpi Dua Kota

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page