top of page

Sejarah Indonesia

Bung Karno Pecinta Sambal Pecel

Bung Karno Pecinta Sambal Pecel

Bagi Si Bung Besar dunia tanpa sambal pecel akan tak menarik, termasuk revolusi Indonesia.

Oleh :
8 Juni 2021

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Presiden Sukarno dan salah satu istrinya Haryatie saat menjelang makan siang (IPPHOS)

Mungkin tak ada makanan yang paling disukai di dunia ini oleh Presiden Sukarno selain sambal pecel. Kemana pun Si Bung Besar pergi, hampir selalu dia meminta para pelayannya menyediakan saus kacang tanah itu. Termasuk ketika dia sedang melakukan kunjungan ke luar negeri.


Kolonel (Purn) Bambang Widjanarko, salah seorang mantan ajudan Bung Karno (1960-1965), menjadi saksi betapa gandrungnya sang presiden akan pecel. Bahkan jika di luar negeri tak tersedia sayuran khusus untuk pecel seperti daun papaya muda, tauge, daun kenikir dan kacang panjang, dia cukup puas hanya dengan menikmati sambal pecelnya saja (yang selalu dibawa kemanapun pergi).


“Biasanya Bapak mengoleskannya ke roti sebagai selai pengganti keju atau mentega,” ungkap Bambang dalam bukunya Sewindu Dekat Bung Karno.  


Kesaksian Bambang dikuatkan oleh Muslih bin Risan. Lelaki berusia 73 tahun itu menyatakan Bung Karno akan “blingsatan” jika di meja makannya tidak tersediamenu pecel sayur atau sambal pecel.


“Kalau enggak ada, pasti Bapak menanyakan,” uja bekas pelayan pribadi keluarga Sukarno tersebut.


Sambal pecel selalu menemani santap siang Sukarno, biasanya disajikan bersama lele plus lalapan daun singkong dan daun pepaya. Sukarno akan mencomot langsung dari cobekan dan menyantapnya dengan tangan zonder sendok dan garpu.


“Kalau lagi makan pecel lele, Bapak seperti ‘tidak ingat sekitarnya’,” kata Muslih sambil terkekeh.


Dikisahkan jika setiap mudik ke Blitar, Sukarno tak mau melewatkan kesempatan menikmati pecel Blitar yang terkenal itu. Dia akan mencari Mbok Rah, penjual nasi pecel keliling favoritnya, untuk melahap 2-3 pincuk pecel di pagi hari. Menurut Guruh Sukarno dalam Bung Karno & Kesayangannya, Sukarno jadi pelanggan Mbok Rah sejak 1950.


“Wah kalau Bapak sedang menikmati (pecel sayur), walaupun yang namanya revolusi Indonesia berhenti, pasti Bapak tidak akan ambil pusing!” ungkap Guruh.


Pulang ke Jakarta, bumbu pecel Mbok Rah dibawanya serta. Bumbu itu pula yang menemani Sukarno dalam lawatan ke mancanegara. Terutama jika tak satu pun makanan di suatu negara cocok di lidahnya. Misalnya di Mongolia di mana semua makanan selalu dicampur susu kuda.

“Di sana setiap harinya bapak selalu makan roti dengan sambal pecel saja. Kadang-kadang juga dengan kecap,” ujar Guruh.


Kalau sedang berkunjung ke negara-negara Eropa dan Amerika Serikat, Sukarno biasanya minta disediakan salad segar tanpa saus kepada manajemen hotel tempat menginap atau kepala rumah tangga istana di sana. Sebagai pengganti sausnya, Sukarno mencairkan sambal pecel yang dibawanya. Jadilah Indonesia salad yang lezat dan siap disantap.


Selain Mbok Rah, Sukarno juga keranjingan pecel Mbok Pin alias Rukiyem. Setiap Mbok Pin datang, wajah Sukarno akan terlihat sumringah lantas berjongkok sembari menunjuk daun-daun yang digemarinya.


“Saya sampai hafal berapa banyak harus memberi sambalnya dan daun apa saja yang menjadi kesukaa Bung Karno,” kata Mbok Pin kepada Anjar Any, penulis buku Menyingkap Tabir Bung Karno.


Sadar suaminya penggemar berat pecel, istri-istri Sukarno selalu membuat dan menyediakan bumbu pecel di rumah. Dalam Suka Duka Fatmawati Sukarno karya Kadjat Adra’i, Fatmawati yang orang Sumatra juga berupaya keras mempelajari cara membuat sambal pecel.


“Belajarnya bisa dari siapa saja, misalnya dari bakul pecel ketika masih di Bengkulu,” ungkap Fatmawati.


Muslih ingat kalau sepulang dari Istana menuju Kebayoran (rumah Fatmawati), pas di Pasar Tenabang, Fatmawati kerap menyuruh Dalimin Ronoatmodjo (salah satu anggota pengawal keluarga Presiden Sukarno) untuk membeli cabe rawit dan terasi buat bikin sambal pecel. Selain Fatmawati, istri yang lain yakni Hartini  juga belajar membuat sekaligus menikmatinya demi memenangi perhatian sang suami.


“Walaupun sebenarnya Hartini kurang menyukai makanan itu,” ungkap Anjar Any.


Kalau sudah ketemu makanan kesukaannya itu, Sukarno dengan lahap akan menghabiskannya tanpa menoleh kanan-kiri. “Ia bersantap seperti dikejar setan,” ungkap Howard P. Jones, eks Duta Besar Amerika Serikat di Indonesia seperti dikutip Anjar Any.


Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page