top of page

Sejarah Indonesia

Dokter Knoch Dan Barry

Dokter Knoch dan Barry Prima

Keluarga dokter ini sudah terkenal sejak abad lalu. Ada yang jadi pelopor kebidanan dan penggunaan Sinar-X.

3 Juni 2025

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Para pengajar dan murid STOVIA, tempat dr. Knoch, pelopor radiologi, menularkan ilmunya. (Wikipedia.org)

DARI arah Mauk, Banten, perahu kayu kecil itu berlayar ke arah timur menuju Batavia (kini Jakarta) pada 18 September 1938 pagi. Belum pukul 10.00 pagi, kapal –membawa dua penumpang yang hendak mencari pekerjaan: perempuan bernama Minah dan lelaki bernama Tjiran bin Maki– itu sudah hampir mencapai Pasar Ikan.

 

Sementara di daratan Batavia, Minggu, 18 September 1939 adalah waktu luang bagi dr. Max Hermann Knoch Jr. untuk melakoni hobinya bermain perahu. Dirinya dikenal sebagai pemilik perahu motor tercepat di Batavia. Maka dia telah berada di sekitar Pasar Ikan pagi itu.

 

Perairan di sekitar tempat dr. Knoch berada kala itu sedang diganggu gelombang. Kapal kayu yang sedang membawa Minah dan Tjiran tadi pun sedang dalam bahaya hingga akhirnya menabrak tembok di dermaga dan kandas.

 

Pemilik kapal berhasil menyelamatkan diri dengan berenang mengitari tembok dermaga. Dia selamat. “Dua lainnya tak berani melakukannya dan berhasil berpegangan pada sebuah tiang,” kata Bataviaasch Nieuwsblad edisi 19 September 1938.

 

Sebelum peristiwa nahas itu terjadi –di hari libur sehingga banyak pegawai libur, dr. Knoch Jr. melihat Minah dan Tjiran yang tak dikenalnya itu sedang dalam bahaya. Dia langsung memutar akal agar keduanya selamat, dia akhirnya memanggil polisi.

 

Di tengah menanti kedatangan polisi, dr. Knoch Jr. kedatangan seorang bernama Zandstra yang membawa beberapa perahu. Mereka lalu bersama-sama mendekati tiang dengan hati-hati agar perahu mereka tak diarahkan ombak menuju tiang tempat Tjiran dan Minah bergantung.

 

Kehati-hatian mereka membuat mereka bisa mendekati Tjiran dan Minah lalu memindahkan mereka dari tiang dermaga. Kedua orang nahas dari Mauk tadi pun terbebas dari bahaya. Maka, kali ini di luar ruang operasi bersalin, dr. Knoch Jr. berhasil menyelematkan nyawa orang karena hobinya bermain perahunya.

 

Sehari-harinya, dr. Knoch Jr merupakan dokter kandungan. Pria kelahiran Surabaya, 20 Desember 1895 ini setelah lulus Hogare Burgere School (HBS, setara SMA) melanjutkan studi lima tahun di kedokteran di Negeri Belanda. Sempat ikut wajib militer semasa kuliah, dia setelah lulus menjadi dokter pulang ke Hindia Belanda pada 1921. Dia lalu bekerja di Burgerlijk Geneeskundige Dienst (BGD) atau Dinas Kesehatan Sipil. Dirinya terkenal sebagai ahli kandungan yang dianggap berbuat banyak bagi dunia kebidanan di Hindia Belanda pada abad itu.

 

Pada 1928, dr Knoch Jr. merintis sebuah klinik persalinan dan pelatihan kebidanan. Koran Het Nieuws van den dag voor Nederlandsch Indie tanggal 28 Januari 1930 menyebut, klinik dan kursus itu diberi nama De Twee Kruizen atau Palang Doea. Palang Doea sah secara hukum pada bulan Juli 1928 dan perkumpulan Indo-Belanda Indo Europe verbond (IEV) mendukung usaha dr Knoch Jr itu. Klinik yang terbagi menjadi bagian untuk pasien berbayar dan bagian untuk pasien gratis itu berfungsi untuk pelatihan praktik calon bidan. Kursus ini berlangsung selama 3 tahun. Asrama siswa juga diadakan pula di sana.

 

Setelah Indonesia merdeka, dr. Knoch Jr. tinggal di Jalan Dago 44 Bandung. Dari kota itu pula belakangan ada seorang laki-laki Indo-Banten bernama Hubertus Knoch. Dia berkawan dengan Gito Rollies, yang kemudian rocker legendaris dan beralih jadi da’i. Setelah terkenal, Hubertus Knoch mengaku anak seorang dokter kandungan bernama Maximilian Herman Knoch. Belakangan, Hubertus Knoch tenar sebagai Barry Prima, aktor laga yang menghibur jutaan penonton Indonesia lebih dari 45 tahun.

 

Belum diketahui pasti apakah dr. Maximilian Herman Knoch yang ayahnya Barry Prima adalah orang yang sama dengan dr. Max Hermann Knoch Jr. yang hobi bermain perahu. Yang pasti, dokter kandungan terkenal di Bandung dengan nama belakang Knoch kala itu hanyalah dr. Max Hermann Knoch Jr. yang kelahiran Surabaya.

 

Max Hermann Knoch Jr. adalah putra dari Max Hermann Knoch Sr. (1869-1928) dan Anna Elize van den Broek, perempuan kelahiran Besuki, Jawa Timur. Max Knoch Sr. juga seorang dokter dan perwira kesehatan militer. Menurut Stamboek militernya, Max Knoch Sr. lahir di Paramaribo, Suriname, 22  September 1869. Nama ibunya dalam Stamboek adalah Jacqueline Antoinette Philippine Taverne (1847-1907). Setelah menyelesaikan pendidikan dokternya, Max Knoch Sr. bergabung dengan KNIL sebagai perwira kesehatan.

 

Ayah dari dr. Knoch Sr. adalah Frederik Nicolaas Knoch (1846-1903), perwira KNIL yang bukan dokter. Setelah tamat dari Akademi Militer Breda pada 1867, sebut Arnheimsche Courant tanggal 31 Juli 1867, kadet artileri Frederik Knoch pun diangkat menjadi Letnan Dua Artileri untuk KNIL di Hindia Belanda. Algemeen Handelsblad edisi 8 Januari 1925 memberitakan: pada 10 Januari 1875, Letnan Knoch ikut mendarat di Aceh bersama Letnan Orie. Selama di KNIL, dia hanya satu kali naik pangkat. Setelah 9 tahun berdinas di KNIL, seperti diberitakan De Locomotief tanggal 6 Mei 1876, Letnan Satu Knoch pindah ke dinas sipil pada 1876.

 

Koran De Locomotief tanggal 3 September 1928 memberitakan bahwa dr. Knoch Sr. sebagai perwira kesehatan KNIL pernah bertugas di Aceh, Muara Teweh, dan juga Lombok. Ketiganya di masa bahaya. Setelah lama di militer, dia dipindahkan ke dinas sipil dan membuka praktik pribadi.

 

Semasa menjadi dokter, tulis De Nieuwe Courant tanggal 21 November 1901 dan buku Perkembangan Pendidikan Kedokteran di Waltevreden 1851-1926, dr. Knoch Sr. pernah menjadi pengajar di School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) yang dikenal sebagai Sekolah Dokter Djawa. Ia menjadi pengajar di sana pada 1903-1905 dan 1910-1911. Ia merupakan profesor dalam arti yang sejati, yakni pengajar yang ahli. Di antara murid-muridnya di STOVIA itu adalah para pendiri Boedi Oetomo seperti dr. Tjipto Mangunkusumo.

 

Tak hanya itu, dr. Knoch Sr. juga menjadi pelopor dalam pengembangan teknologi kedoteran. Knoch Sr. dianggap pengguna radiologi atau Sinar-X untuk membuat gambar rontgent yang pertama di tanah yang kemudian bernama Indonesia.

 

“Prof M.H. Knoch dan Prof. B. van der Plaats meletakkan dasar radiologi di Indonesia. Profesor Knoch sendiri menjadi koran penggunaan radiasi. Alat yang dipakai oleh kedua pionir ini ialah alat radiasi yang tidak dilengkapi dengan perlindungan,” catat M Makagiansar dkk. dalam Research di Indonesia, 1945-1965: Bidang Kesehatan.

 

Hasratnya dalam mengembangkan dunia kedokteran membuat dr. Knoch Sr. pada 1920 belajar lebih dalami lagi soal radiologi di Cambridge, Inggris. Setelahnya, dia kembali lagi ke Hindia Belanda dan mengembangkan ilmu yang telah didapatnya serta menyebarluaskannya.

 

Hasratnya dalam mengembangkan dunia kedokteran pula yang membuatnya seolah tak mempedulikan risiko-risiko yang bakal dihadapinya. Dia akhirnya menanggung risikonya.

 

“Dia telah menderita penyakit yang disebabkan oleh profesinya. Pada awal praktiknya sebagai petugas kesehatan, sinar radioaktif dari mesin Sinar-X, yang saat itu belum memiliki perlindungan yang memadai, mengenai salah satu tangannya dan penyakit itu terus menyebar,” demikian De Locomotief tanggal 3 September 1928 memberitaakan.

 

Kiprah dan posisi yang ditempatinya itu membuktikan bahwa dr. Knoch Sr. adalah dokter sekaligus orang penting di Hindia Belanda di era jumlah dokter masih sangat kurang. Berkat dedikasi dan pengorbanannya, dr. Knoch Sr. begitu dimuliakan banyak orang di dunia kedokteran Hindia Belanda. Apalagi setelah kematiannya pada 30 Agustus 1928 di Jakarta.*

 

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Banjir Aceh dan Tapanuli Tempo Dulu

Banjir Aceh dan Tapanuli Tempo Dulu

Sumatra Utara dan Aceh dulu juga pernah dilanda banjir parah. Penyebabnya sama-sama penebangan hutan.
Tersambar Petir di Depok

Tersambar Petir di Depok

Depok terkenal dengan sambaran petirnya. Banyak memakan korban, sedari dulu hingga hari ini.
Pelaut Belanda Jadi Nama Ikan

Pelaut Belanda Jadi Nama Ikan

Ikan kerapu bintik tropis pernah dikenal dengan nama Jacob Evertsen. Nama tersebut berasal dari seorang pelaut Belanda yang wajahnya dipenuhi bintik-bintik seperti ikan tersebut.
Giuseppe Garibaldi Menjelajah Segara

Giuseppe Garibaldi Menjelajah Segara

Ada empat kapal perang Italia yang menyandang nama Giuseppe Garibaldi. Salah satunya kapal induk yang rencananya dibeli Indonesia.
Ducati dari Masa Lalu

Ducati dari Masa Lalu

Para pendiri Ducati sejatinya “tukang insinyur” berbagai bidang. Nyaris dieksekusi regu tembak sebelum banting setir bikin motor.
bottom of page