- Historia

- 7 Jun
- 2 menit membaca
PADA 1813, tuan tanah kaya Han Ti Ko di Probolinggo dibunuh dan menimbulkan kekacauan sosial lebih luas ke kabupaten sekitarnya. Penduduk sekitar menyebutnya Ketoebroek Tjina atau serangan terhadap Cina.
Encyclopaedia van Nederlandsch Indie menyebutnya Keproek Tjina! Ini bukan kasus pertama dan terakhir. Sejarah mencatat betapa kerusuhan rasial bak api dalam sekam. Dipicu masalah sepele hingga prasangka yang sudah berurat-akar sedari dulu, kerusuhan bisa meledak.
1740
Pemberontakan terhadap VOC yang berujung pembantaian rasial terhadap orang Tionghoa di Batavia. Di Semarang, mereka mengepung pos VOC, dan kemudian jadi sekutu Pakubuwana II. Namun, pasukan VOC akhirnya memukul mundur dan membunuh semua orang Tionghoa.
1813
Kerusuhan sosial di Probolinggo, Panarukan, Besuki, Lumajang, Puger, dan Bondowoso akibat dominasi politik dan ekonomi para pengusaha Tionghoa.
1825
Pembantaian pertama yang dilakukan orang Jawa terhadap penduduk Tionghoa menjelang Perang Jawa.
1912-1918
Karena sentimen dagang, kerusuhan anti-Tionghoa meledak di Surabaya dan Solo, kemudian meluas ke Bangil, Tuban, Rembang, Cirebon, dan Kudus.
1945-1949
Di masa revolusi, terjadi kerusuhan rasial di sejumlah daerah: Surabaya, Tangerang, Bagansiapiapi, Palembang, dan sebagainya.
1963
Bermula dari keributan di kampus Institut Teknologi Bandung, pecah kerusuhan di Cirebon yang merembet ke tempat lain di Jawa Barat (Bogor, Cianjur, Sukabumi, Garut, Cipayung, dan terparah di Bandung) dan ke daerah lain seperti Tegal, Slawi, Yogyakarta, Malang, Surabaya, dan Medan.
1965-1968
G30S mengakibatkan penangkapan, pembunuhan, serta pengrusakan toko dan rumah orang Tionghoa di sejumlah daerah.
1970
Kerusuhan rasial di Manado.
1973
Pengrusakan terhadap toko Tionghoa karena menggunakan kertas bertuliskan huruf Arab sebagai pembungkus di Palu dan serempetan mobil dengan gerobak di Bandung.
1974
Pengrusakan di Jakarta sebagai dampak Peristiwa Malari.
1980
Pengrusakan rumah dan toko akibat kasus majikan-pembantu di Ujung Pandang serta perkelahian di Medan dan Solo.
1986
Pengrusakan mobil dan toko akibat masalah pembantu-majikan di Surabaya.
1995
Pengrusakan karena kasus penamparan di Purwakarta dan penghinaan agama Islam di Pekalongan.
1996
Tak bisa menonton konser Iwan Fals, terjadi pengrusakan toko di Bandung.
1997
Pengrusakan rumah dan toko karena percekcokan di Rengasdengklok dan pembacokan di Ujung Pandang.
1998
Berangkat dari krisis moneter, kerusuhan rasial di Jakarta, Solo, Medan, Surabaya, dan sejumlah daerah.*













Komentar