top of page

Sejarah Indonesia

Kisah Pegawai Voc Yang Mencoba Memberantas

Kisah Pegawai VOC yang Mencoba Memberantas Korupsi

Seorang pelaut jujur ditugaskan untuk mengatasi permasalahan VOC. Setelah berusaha membasmi korupsi selama dua tahun, ia memutuskan untuk mengundurkan diri.

12 Agustus 2025

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

“SEORANG tokoh yang lebih tinggi, tetapi terlupakan, dimakamkan Buitenkerk. Orang itu pernah menjabat sebagai Commissaris-Generaal, seorang pelaut yang jujur, yang gugur dalam pertempuran tanpa harapan melawan korupsi di Batavia... Ia dimakamkan di Buitenkerk pada 7 Juni 1797 di sebuah petak bernomor 56. Berbeda dengan jabatannya yang tinggi, pria itu dimakamkan di area pemakaman pegawai Kompeni yang paling rendah,” tulis arsiparis Belanda Frederik De Haan dalam Oud Batavia Volume 1.


Sosok yang diceritakan De Haan adalah Simon Hendrik Frijkenius. Ia ditugaskan oleh petinggi VOC untuk berlayar ke Hindia Timur dalam misi menjaga agar perusahaan dagang Hindia Timur itu tetap bertahan.


Sejarawan Belanda Petrus Johannes Blok dan Philipp Christiaan Molhuysen mencatat dalam Nieuw Nederlandsch Biografisch Woordenboek Deel 8, Frijkenius lahir di Utrecht pada 28 Maret 1747 dari pasangan Lambertus Bernhardus, anggota dewan dan pejabat di Wijk bij Duurstede, bersama Anna Catharina Rademaker. Frijkenius merintis karier sebagai pelaut sejak muda. Ia pernah bertugas di armada Belanda dan pada 1776 mendapatkan jabatan sebagai letnan di Amsterdam. Setahun kemudian, pada 17 November 1777, ia menjadi kapten maritim di Friesland Barat dan kawasan utara. Setelahnya, ia memegang jabatan sebagai letnan kolonel dan kapten di laut dalam pelayanan Republik.


“Sebagai seorang yang memiliki integritas tinggi, ia sangat dihormati oleh para atasannya... Frijkenius menjadi salah satu yang ditunjuk untuk menjalankan tugas di Hindia Timur untuk menyusun langkah-langkah agar Perusahaan Dagang Hindia Timur tetap bertahan,” tulis Blok dan Molhuysen.


Frijkenius dan Sebastian Cornelis Nederburgh, seorang pengacara VOC, ditunjuk sebagai Commissaris-Generaal (Komisaris Tinggi) oleh Staadholder William V. Dalam surat penugasan dan instruksi tertanggal 19 Agustus 1791, Frijkenius bertanggung jawab untuk wilayah Hindia Timur dan Tanjung Harapan. Selain itu, ia juga ditunjuk sebagai panglima angkatan laut VOC di Hindia Timur dengan gaji 15 ribu gulden per tahun. Diputuskan juga bahwa Frijkenius dan Nederburgh bertanggung jawab atas pengelolaan urusan sehari-hari VOC di Batavia bersama Gubernur Jenderal Willem Arnold Alting dan Direktur Jenderal Hendrik van Stockum.


“Keputusan ini pada akhirnya dipandang sebagai sebuah kekeliruan besar. Sebab, orang-orang Hindia itu akan berusaha menjegal semua hal baik yang ingin dicapai oleh para pendatang baru,” tulis Blok dan Molhuysen.


Setelah berhasil meraih kejayaan melalui perdagangan komoditas bernilai tinggi dari Timur, VOC menghadapi tantangan mempertahankan kesuksesan, bukan hanya dari pihak asing tetapi juga dari dalam tubuh VOC sendiri. Soerabaijasch Handelsbald, 15 Desember 1934 menulis, keserakahan sejumlah pedagang Belanda menjadi salah satu penyebab kejatuhan VOC. Sistem eksploitasi yang tidak terukur membuat penduduk lokal menjadi kurus kering; sistem monopoli yang kaku menghalangi perkembangan perdagangan yang normal; dan kekurangan serta kepicikan dalam pemberian gaji kepada para pegawai membuat VOC dibebani oleh sekelompok orang yang korup. “Kompeni yang termahsyur itu akan binasa karena kejahatan-kejahatan ini,” tulis surat kabar itu.


Kejatuhan VOC sudah terlihat jelas pada pertengahan abad ke-18, meskipun ada “usaha-usaha nyata untuk mempertahankan agar kapal VOC tetap mengapung”. Namun, sejumlah upaya untuk menghentikan hama yang menggerogoti tubuh VOC tidak berhasil. Pada 1743, defisit VOC mencapai 26 juta gulden; setiap tahun jumlahnya bertambah: 7 juta gulden tahun 1750, 10 juta gulden tahun 1751, 19 juta gulden tahun 1759, dan seterusnya. Sebagai upaya mengatasi defisit, tahun 1780, VOC mengirim lebih dari 7 juta gulden emas dan perak ke Jawa untuk mendorong perdagangan di Hindia Timur. Untuk tahun 1782, 1783, dan 1784, pemerintah Hindia Timur meminta 143 ton emas kepada para petinggi VOC. Ironisnya, meski para petinggi VOC terus memberikan bantuan, Jawa tetap kekurangan uang.


Banyak orang berpandangan bahwa sebagian besar penyebab kebangkrutan VOC adalah ketidakjujuran para pegawai. Terdapat beberapa contoh yang mengerikan, seperti di dalam kas negara di Batavia, yang disebut kas besar, sejumlah 40 ton emas hilang; lalu dari Beleen dan Hypotheekbank, 64.000 rijskdaalders raib. Kasus lain melibatkan Kasir Besar Blerens yang meninggalkan kekurangan dana sebesar 514.000 rijskdaalders saat ia meninggal dunia.


Direksi VOC memaparkan situasi yang terjadi di Hindia Timur, sebagaimana dikutip Soerabaijasch Handelsbald, karena banyaknya bencana dan kerugian, yang disebabkan oleh perang antara Republik dan Kerajaan Inggris, situasi VOC menjadi sangat tidak menguntungkan, sehingga melakukan penarikan dana dalam jumlah besar, yang merugikan keuntungannya. Mereka telah berusaha mengatasi masalah ini dengan cara memberikan keuntungan yang lebih besar, tetapi tidak berhasil, sehingga, terlepas dari semua usaha yang telah dilakukan, pengeluaran tahunan terus melebihi pendapatan VOC. Hal ini terutama disebabkan oleh biaya-biaya telah meningkat sangat tinggi... Kekurangan-kekurangan yang sangat besar terus-menerus menimbulkan penyelewengan dan kecurangan yang meluas, sehingga merugikan VOC. Ketidaktahuan, ketidakpedulian terhadap kepentingan VOC, dan pembangkangan yang dilakukan semua golongan pegawai (seperti yang tampak dengan sangat jelas dari pengaduan-pengaduan, bukti-bukti kecerobohan, konsultasi dan manajemen yang buruk di sebagian besar VOC) telah meningkat sedemikian rupa, sehingga akibat-akibat yang paling buruk dari hal itu harus dicegah.


Apa yang disampaikan oleh direksi VOC menjadi instruksi kepada Frijkenius dan Nederburgh yang harus pergi ke Jawa untuk “membantu secara efisien” dalam perbaikan VOC. Kedua orang itu berangkat ke Jawa pada 2 September 1793. Setelah lebih dari dua bulan, mereka tiba di pelabuhan Batavia pada 13 November 1793.


Namun, penunjukkan Frijkenius dan Nederburgh merupakan langkah perbaikan yang mahal dan keliru, sebab upaya perbaikan ini tidak menghasilkan apapun. Sementara mereka yang menjalankan tugas ini mendapat upah tinggi. Frijkenius mendapat tunjangan peralatan 15.000 gulden, gaji 70.000 gulden setahun selama tiga tahun berturut-turut, dan dana pensiun 1.500 gulden setahun. Sedangkan Nederburgh memeroleh pendapatan lebih tinggi, meski tunjangan peralatan yang diterima sama 15.000 gulden, gaji tahunan 90.000 gulden, dan sekembalinya ke Belanda, ia berhak atas dana pensiun 5.000 gulden setahun.


Langkah ini menjadi keliru karena upaya memperbaiki kerusakan di dalam tubuh VOC mendapat tantangan besar dari orang-orang di dalamnya yang memegang jabatan tinggi dan kendali besar di Batavia. Blok dan Molhuysen mencatat, di antara para Commisaris-Generaal, Nederburgh merupakan tokoh yang paling dominan. Perselisihan sengit sering kali terjadi, di mana Frijeknius biasanya kalah dalam penentuan keputusan dari anggota lainnya.


Betapapun besarnya pengaruh tersembunyi dari dua anggota Komisi Tinggi dari Hindia, kemegahan yang biasanya menyelimuti sang pejabat perlahan-lahan berpindah ke Nederburgh. Di matanya, koleganya, Frijkenius menjadi lebih sebagai penasihat tambahan daripada sesama komisaris. Dalam sebuah konflik yang melibatkan pemerintah dan Raad van Justitie di Batavia, Frijkenius berbicara dengan lantang menentang tindakan yang terlalu kejam dari tiga orang lainnya terhadap pengadilan yang bandel tersebut. Frijkenius menunjukkan bahwa sikapnya itu bukanlah sentimen terhadap seseorang, melainkan karena prinsip yang ia pegang teguh. Namun, tidak ada yang mendukungnya dalam perjuangannya melawan penyalahgunaan jabatan dan nepotisme.


Lelah dengan perjuangannya yang sia-sia, pada Desember 1795, Frijkenius meminta dibebaskan dari jabatannya. Persetujuan tersebut baru datang setelah kematiannya. Frijkenius meninggal di Batavia karena penyakit saraf yang parah pada 6 Juni 1797. Ia meninggal di usia 50 tahun.


Frijkenius meninggalkan seorang janda, A. E. Hooft dan beberapa anak. Menurut Blok dan Molhuysen, melalui sebuah keputusan rahasia, janda Frijkenius diberikan tunjangan tahunan 1.500 gulden. Setelah kematian Frijkenius, tidak ada tulisan-tulisannya yang diketahui, hanya ada dua surat darinya, yang ditulis pada 1796 tentang keadaan genting di Batavia karena tidak ada armada untuk melawan Inggris.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

Sebagai murid, S.K. Trimurti tak selalu sejalan dengan guru politiknya. Dia menentang Sukarno kawin lagi dan menolak tawaran menteri. Namun, Sukarno tetap memujinya dan memberinya penghargaan.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
bottom of page