top of page

Sejarah Indonesia

Layu Setelah

Layu Setelah Melaju

Koran Suluh Indonesia sebagai corong PNI pernah menjadi yang terbesar di zamannya. Terbit terakhir setelah peristiwa 1965.

Oleh :
29 September 2024

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Satya Graha dan Firman Mutaqo. (Koleksi Satya Graha).

Diperbarui: 2 Jun

SABAN pagi, lurah Djoearta tak pernah absen menunggu lalu membaca Suluh Indonesia (Sulindo). Sebagai anggota fanatik PNI, dia tak mau melewatkan waktu untuk mengikuti perkembangan partai. “Saya ingat Sulindo selalu ditunggu-tunggu bapak saya, karena hanya dari koran itu ia bisa mendapatkan berita terbaru mengenai perkembangan politik di tanah air,” ujar Tresnawati (70), salah satu putri Djoearta, kepala desa Nagrak, Cianjur, era 1960-an.  

Ingin membaca lebih lanjut?

Langgani historia.id untuk terus membaca postingan eksklusif ini.

Dasar NU Mendukung Bung Karno

Dasar NU Mendukung Bung Karno

Nahdlatul Ulama mendukung Presiden Sukarno atas dasar kepentingan bersama. Tidak semua pemimpin NU suka dengan Sukarno.
NU Mengamankan Benteng Pertahanan

NU Mengamankan Benteng Pertahanan

NU selalu bertahan dalam pemerintahan demi mengamankan benteng pertahanannya: Kementerian Agama.
Badan-Badan Otonom NU

Badan-Badan Otonom NU

Nahdlatul Ulama memiliki badan-badan otonom dalam berbagai bidang untuk menandingi gerakan organisasi-organisasi massa PKI.
Dari Gas hingga Listrik

Dari Gas hingga Listrik

NIGM adalah perusahaan besar Belanda yang melahirkan PLN dan PGN. Bersatunya perusahaan gas dan listrik tak lepas dari kerja keras Knottnerus di era Hindia Belanda.
Khotbah dari Menteng Raya

Khotbah dari Menteng Raya

Tak hanya mendatangkan suara, Duta Masjarakat juga menjadi jembatan Islam dan nasionalis sekuler. Harian Nahdlatul Ulama ini tertatih-tatih karena minim penulis dan dana.
bottom of page