- Hendri F. Isnaeni
- 16 Nov 2012
- 4 menit membaca
Diperbarui: 1 hari yang lalu
Selamat berabad-abad, bangsa Yahudi mencari “Tanah yang Dijanjikan”, sebuah wilayah yang akan mereka jadikan tanah air mereka.
Mordecai Manuel Noah memulai langkah ini dengan membeli sebidang tanah di Grand Island di Sungai Niagara dekat Buffalo, New York, Amerika Serikat, pada 1825. Menurut Seymour “Sy” Brody dalam biografi singkat Mordecai Manuel Noah (1785-1851), di tanah itu Noah membayangkan sebuah koloni Yahudi yang dia disebut Ararat –bukan pegunungan Ararat di Turki tempat peristirahatan Noah’s Ark (Bahtera Nabi Nuh).
Ingin membaca lebih lanjut?
Langgani historia.id untuk terus membaca postingan eksklusif ini.











