top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Pertemuan dr. Soeharto dan Abdurachim

Pertemuan dr. Soeharto dan Abdurachim yang kemudian menjadi guru spiritual Sukarno.

7 Mei 2020

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Dr. R. Soeharto berdoa bersama Presiden Sukarno. (Repro Saksi Sejarah).

PADA suatu malam di tahun 1937, dr. R. Soeharto yang membuka praktik di Jalan Kramat 128 Jakarta Pusat, dipanggil seorang ibu yang tinggal di Jalan Kesehatan, Jakarta. Ia meminta tolong karena suaminya mengancam akan mencelakai para penghuni jika tidak meninggalkan rumah.


Soeharto memeriksanya dengan susah payah, dibantu orang-orang yang memegangnya. Tak ada kelainan baik fisik maupun tanda kena malaria yang dapat menyebabkan penderita mengamuk. Soeharto pun menyimpulkan orang itu kesurupan.


Soeharto tak bisa menanganinya. Ia hanya mengamatinya dan berpikir memerlukan pertimbangan psikiater. Tiba-tiba seseorang tampil ke depan. Ia lebih tua, lebih besar, dan lebih tinggi dari Soeharto. Ia memakai peci, bersikap tenang, dan tangannya memegang Alquran.


"Dapatkah saya mencoba menenangkannya?" tanyanya.


"Silakan, saudara," jawab Soeharto sambil menyilakan.


Orang itu memukulkan Alquran ke punggung dan dada pasien beberapa kali dan sekali ke kepalanya. Pasien itu teriak-teriak kesakitan dan memohon ampun.

"Baik, tapi kau harus lekas pergi."


Pasien itu meminta waktu sampai jam 11.00. Namun, menjelang jam 11.00 ia teriak-teriak lagi, mengancam seluruh penghuni rumah. Orang itu pun memukulkan kitab suci bertubi-tubi ke pasien itu. Sambil menjerit kesakitan, pasien itu memohon ampun dan akan pergi.


Tak lama kemudian pasien itu tenang dan tidur nyenyak lantaran kecapaian. Puluhan tahun kemudian sampai ia meninggal dunia tak pernah lagi kesurupan.


"Dan siapakah orang yang dapat menyembuhkan dan mengusir roh jahat itu? Namanya Abdurachim," kata Soeharto dalam memoarnya, Saksi Sejarah.


Abdurachim tinggal di Petojo Selatan. Sejak saat itu, mereka berkenalan dan makin lama makin akrab. Soeharto sering meminta bantuannya. "Kami seperti saudara, dan saya memanggilnya kakak," kata Soeharto.


Setiap hari, banyak orang dari Jakarta dan tempat-tempat lain berkunjung ke tempat Abdurachim. Mereka meminta tolong dari berbagai musibah, kesulitan, dan kesembuhan dari penyakit. Abdurachim membantu siapa saja tanpa memandang agama, suku, dan kedudukan. Tempat Abdurachim menerima tamu diberi nama Darul Annam. Di atas pintu tertulis huruf alif, huruf pertama abjad Arab, yang bermakna esa. Pada dindingnya terdapat kata sabar.


"Manusia harus sabar, Dik," kata Abdurachim kepada Soeharto. "Jangan lekas lupa daratan karena sedang mengalami kenikmatan, jangan lekas putus asa karena musibah, dan jangan lekas marah. Dalam suka dan duka manusia wajib senantiasa mendekatkan diri pada Allah Swt."


Soeharto mengungkapkan bahwa cara Abdurachim memberikan pertolongan tanpa ritual apa pun. Ia biasanya hanya memberikan sehelai atau beberapa helai kertas bertuliskan huruf alif agar disimpan di dalam saku atau direndam dalam air lalu diminum. Ia mendoakan kepada Allah Swt. agar orang itu diberi kemudahan dalam mengatasi persoalannya. Ada kalanya ia menyuruh orang itu berpuasa sekian hari (makan dan minum pada malam hari: minumnya hanya air tawar sedangkan makannya hanya ubi, ketela, dan kentang, tanpa garam). Ia juga memberi bacaan Al-Fatihah dan ayat suci lain yang harus dibaca sekian kali dalam sehari semalam, dan dihayati maknanya.


"Untuk mencapai suatu tujuan diperlukan latihan terlebih dahulu, yaitu menekan segala keinginan, hawa nafsu dan nafsu syahwat," kata Abdurachim. "Puasa merupakan salah satu cara yang baik."


Abdurachim melanjutkan, "Lama kelamaan Dik Harto akan mengetahui dan merasakan, betapa surat Al-Fatihah dan surat-surat lain seperti Al-Ikhlas, Al-Falak, Ayat Kursi, dan lain-lain mengandung keutamaan dan faedah yang amat besar."


Dari manakah Abdurachim berasal?


"Kakak Abdurachim berasal dari Banten. Ia selalu memanggil saya dengan Dik. Dengan perantaraan saya, Bung Karno pun berkenalan akrab dengannya," kata Soeharto yang kemudian menjadi dokter pribadi Sukarno dan Mohammad Hatta dari 1942 hingga 1966.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang turut berjuang dalam Perang Kemerdekaan dan mendirikan pasukan khusus TNI AD. Mantan atasan Soeharto ini menolak disebut pahlawan karena gelar pahlawan disalahgunakan untuk kepentingan dan pencitraan.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
Prajurit Keraton Ikut PKI

Prajurit Keraton Ikut PKI

Dua anggota legiun Mangkunegaran ikut serta gerakan anti-Belanda. Berujung pembuangan.
bottom of page