top of page

Sejarah Indonesia

Sersan Tolo Dapat Bintang Dari Kerajaan Belanda

Sersan Tolo dapat Bintang dari Kerajaan Belanda

Tolo mendapat bintang militer atas perannya sebagai intel tentara Belanda di daerah Tegal. Ia kemudian ikut ke Belanda.

8 Januari 2023

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Tentara Belanda menyaksikan penduduk membongkar barikade yang dipasang pejuang Indonesia di Tegal pada Juli 1947: (Gahetna).

Setelah melancarkan agresi militer pertama, sejak 21 Juli 1947, tentara Belanda terus merangsek masuk ke Jawa Tengah. Militer Belanda juga mengerahkan serdadu KNIL yang berasal dari berbagai suku di Indonesia. Salah satunya Sersan Tolo.


Dengan ditemani seorang juru tulis sipil, juru bahasa, dan pembantu, pada 3 Agustus 1947, Sersan Tolo bergerak memasuki daerah Republik Indonesia sejauh 25 km di daerah Tegal. Rombongan Sersan Tolo itu untuk melakukan penyelidikan.


Tiba-tiba rombongan Sersan Tolo bertemu patroli tentara Republik Indonesia. Dalam sebuah pertempuran, Sersan Tolo membunuh dua tentara dan menawan seorang sersan. Sersan Tolo dapat menggali informasi dari sersan itu. Beberapa hari kemudian, berdasarkan informasi itu, tentara Belanda melakukan pembersihan yang dianggap sukses.



Pada 16 Oktober 1947, Sersan Tolo kembali memimpin patroli. Rombongan itu berhasil menangkap orang Republik bersenjata serta menyita surat-surat berharga miliknya di sebuah kampung. Meski sempat terganggu oleh serangan pihak Republik, Sersan Tolo dan rombongannya yang terlibat pertempuran, akhirnya berhasil kabur ke posnya dengan selamat.


Pada 1 Desember 1947, sekali lagi, Sersan Tolo dibantu tiga anak buahnya, bergerak ke Kampung Gondai. Pada sebuah rumah, mereka berhasil mengalahkan lawannya yang terkejut dengan kedatangan tentara Belanda. Sersan Tolo menyita dokumen, pistol, dan senapan pendek.


Setelah melakukan aksi-aksi di sekitar Jawa Tengah, setahun kemudian Sersan Tolo mendapat bintang militer dari Kerajaan Belanda. Koran De Locomotief, 2 Desember 1948, membahas aksi-aksinya itu.



Beberapa koran berbahasa Belanda memberitakannya pada akhir tahun 1948. Nederlandsche Staatscourant, 30 September 1948 memberitakan, berdasarkan Koninklijke Besluit van 16 September 1948 No. 23, Sersan Tolo dari bagian artileri dan bersuku Sunda telah diangkat menjadi Ridder 4de Klasse der Militaire Willems Orde (Ksatria Kelas 4 Orde Militer Willem) dari Kerajaan Belanda.


“Ia membedakan dirinya dalam pertempuran dengan melakukan tindakan keberanian, kebijakan, dan kesetiaan yang luar biasa selama aksi polisionil di Jawa Tengah, di mana ia ditugaskan sebagai sersan di intelijen,” tulis De Locomotief. Apa yang dilakukan Sersan Tolo di tahun 1947 itu dianggap sebagai tindakan keberanian, kebijakan, dan kesetiaan yang luar biasa bagi Kerajaan Belanda.


Ketika mendapat bintang penghargaan bergengsi bagi anggota KNIL itu, Sersan Tolo sedang menjadi anggota staf dari Divisi B. Dapat bintang berarti penghasilannya bertambah. Selain gajinya sebagai sersan tergolong lumayan bagi kebanyakan orang Indonesia, setiap bintang juga ada tunjangannya.



Menurut koran Het Dagblad, 17 Oktober 1946, Tolo bin Tjendi naik pangkat dari kopral ke sersan pada 1946 setelah menyelamatkan wanita dan anak-anak Tionghoa dari tangan pengacau yang disebut Belanda sebagai ekstremis di Tangerang. Ketika itu, Tolo ikut serta dalam patroli yang dipimpin Letnan P.H.M. van Dijk. Anggota patroli yang lain adalah Kopral Frans, Prajurit G.A. van Velsen, dan Prajurit C. Katuuk.


Tidak banyak data tentang Sersan Tolo. Menurut defensie.nl, Tolo mengubah nama menjadi K. Urannie. Koran Het Binnenhof, 12 November 1958 menerangkan, Tolo memakai nama depan Karel dan Urannie sebagai nama keluarga.


M. Tolo bin Tjendi lahir di Jatinegara, 9 Maret 1913. Koran Het Binnenhof, 2 Maret 1954, menyebut ia punya istri bernama Karsih. Setelah perang berakhir, ia memilih melanjutkan hidup di Negeri Belanda. Koran Het Binnenhof, 10 Agustus 1950 menyebut Tolo dan keluarga menuju Belanda pada 1950. Ia tutup usia pada 8 Januari 1968 di kota Ede, Belanda.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page