top of page

Sejarah Indonesia

Sukarno Di Usia 29

Sukarno di Usia 29

Mendekam di penjara, berkawankan pispot. Lakon yang dijalani Bung Karno demi Indonesia merdeka.

21 Mei 2022

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Sukarno pada pada tahun 1932, setelah bebas dari penjara Sukamiskin, Bandung. (Repro cover "Soekarno:Biografi 1901-1950".)

Jagad sosial media Twitter sedang dihebohkan oleh perkara keributan fans K-Pop garis keras. Terkuak dari bocornya rekaman obrolan virtual bertajuk bertajuk “Safa Space”. Alih-alih diskusi sehat, isi perbincangan lebih cenderung merundung. Seorang fans yang mengaku aktivis HAM ingin menyeret netizen bernama Safa ke meja hijau karena tidak terima idolanya dihina. Ia sesumbar melakukan itu lantaran merasa punya kuasa. Ancamannya makin menjadi dengan mendaku diri anak personel TNI, kakak calon suami yang kapolda, hingga dosennya kader Golkar.

   

“Saya gak main-main, kamu paham gak. Saya usia 29 tahun dan saya aktivis HAM,” katanya menggertak lewat cuitan. Setelah viral, kata “Saya 29” pun sempat masuk topik teratas di Twitter.


Dalam alam merdeka dan demokrasi seperti sekarang, bertingkah pongah demikian sah-sah saja. Namun, tidak salah pula belajar dari sejarah.


Jauh sebelum negeri ini merdeka, Sukarno pada usia 29 tahun meringkuk di penjara Banceuy, Bandung. Pemerintah kolonial mendakwa Sukarno bersalah atas perbuatan menyebarkan ujaran kebencian yang menentang pemerintah. Tuduhan itu dilayangkan atas aktivitas Sukarno dalam Partai Nasional Indonesia (PNI). Di kamar selnya yang sempit itulah Sukarno menuliskan pidato pembelaan (pledoi) dengan susah payah yang amat sangat.



Meja untuk menulis tidak ada. Satu-satunya perabot yang membantu Sukarno menulis adalah kaleng pispot. Benda untuk buang air kecil sekaligus besar itu menjadi alas kertas untuk Sukarno menulis. Menulis di atas pispot bukan pekerjaan yang mudah. Selain harus menahan bau, tulang punggung yang tertekuk serasa ingin remuk. Itulah aktivitas yang dilakoni Sukarno malam demi malam, selama sebulan setengah.


“Dengan cara begini aku bertekun menyusun pembelaanku yang kemudian menjadi sejarah politik Indonesia dengan nama Indonesia Menggugat,” kenang Sukarno dalam otobiografi yang disusun Cindy Adams, Sukarno: Penyambung Lidah Rakyat.


Dalam Indonesia Menggugat, Sukarno menelanjangi praktik kolonialisme Belanda di negeri jajahannya, Hindia. Ia mengungkapkan secara terperinci penderitaan yang menyedihkan rakyat bumiputra sebagai akibat penghisapan tiga setengah abad di bawah kuasa Belanda. Tesis tentang kolonialisme itu, kata Sukarno, “adalah hasil penulisan di atas kaleng tempat buang air yang bertugas ganda itu.”



Tapi, Sukarno tidak melulu menguraikan masa suram negerinya akibat imperialisme. Ia juga menyuarakan tentang kejayaan Nusantara di masa lalu serta masa depan yang penuh harapan. “Kemerdekaan adalah buat anak-anak kami, buat cucu kami, buat buyut-buyut kami yang hidup kelak di kemudian hari,” kata Sukarno dalam pidatonya Indonesia Menggugat.


Pada 18 Agustus 1930, perkara Sukarno disidangkan di pengadilan Bandung. Pidato pembelaannya menggegerkan persidangan. Para hakim kolonial tertegun. Mereka merasa dipermalukan.


“Hakim, tidak usah kami beberkan panjang lebar kekejamannya; juga cultuurstelsel ini sudah diakui jahatnya oleh hampir setiap kaum yang mengalaminya dan oleh kaum terpelajar yang mempelajarinya riwayatnya,” ujar Sukarno di depan hakim ketika menjelaskan zaman tanam paksa.



Lagi kata Sukarno, “Tuan-tuan Hakim yang terhormat, jutaan, tidak terbilang milyar rupiah kapital imperialis yang kini mengeduk kekayaan Indonesia!”


Putusan hakim pada akhirnya memvonis Sukarno hukuman penjara empat tahun yang kemudian dijalani dua tahun. Dari Banceuy, Sukarno dipindahkan ke Penjara Sukamiskin. Pidato pembelaan itu memang tidak berhasil membebaskannya dari jeruji besi. Tapi, kemerdekaan yang dia gaungkan dalam Indonesia Menggugat menjadi kenyataan pada 17 Agustus 1945, hari diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia bersama Bung Hatta.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page