Surat Hatta kepada Gemala 1
(dari Jakarta ke Australia)
AKHIR Juni 1974. Australia sedang masuk musim salju. Gemala Rabi'ah Hatta, putri kedua Proklamator RI Mohammad Hatta, sedang menempuh studi di School of Medical Record Administration (MRA) Sydney, Australia.
Sebuah surat tiba dari Indonesia, yang tidak lain dari sang ayah: Mohammad Hatta.
Menarik. Pada paragraf pembuka, Hatta mengucap terima kasih karena Gemala telah memilihkan sebuah buku tulisan Alan Scholefield -penulis asal Afrika Selatan- yang berjudul The Eagles of Malice. Gemala menitipkan buku itu melalui sang kakak, Meutia Hatta, yang telah menjenguknya bersama Sri Edi Swasono, kakak ipar.
Dalam surat tersebut, Hatta juga mengungkapkan kekagumannya mengenai perkembangan kota Canberra. Ia tak menyangka, dari cerita Meutia, Canberra sudah dihuni ratusan ribu orang. Hatta masih ingat betul bahwa dua puluh tahun sebelumnya, sekira 1950-an, Canberra baru dihuni 30 hingga 40 ribu orang saja.
Dibagian lain surat itu, Hatta juga takjub bahwa di Sydney juga terdapat rumah makan Padang.
"Menurut Eddie (Sri Edi Swasono, red) malahan ada 3. Mungkin hanya di bulan yang belum ada restoran Padang," tulis Mohammad Hatta dalam suratnya.
Surat itu ditutup dengan pesan bahwa Gemala harus belajar dengan baik di Australia.
Gemala kuliah di MRA atas beasiswa dari Colombo Plan. Colombo Plan didirikan tahun 1951, pada awalnya bernama “Colombo Plan for Cooperative Economic Development in South and Southeast Asia". Tujuan utama Colombo Plan adalah mendukung pembangunan ekonomi dan sosial negara anggota, memajukan kerjasama teknik serta membantu alih teknologi antar negara anggota, memfasilitasi transfer dan berbagi pengalaman pembangunan antar negara anggota sekawasan dengan penekanan pada konsep kerjasama Selatan-Selatan.
Tujuh anggota awal Colombo Plan adalah Australia, Inggris, Kanada, Sri Lanka, India, Selandia Baru, dan Pakistan. Colombo Plan pun berkembang menjadi suatu organisasi internasional dengan 25 negara anggota terdiri dari negara berkembang dan negara maju yaitu, Afghanistan, Australia, Bangladesh, Bhutan, Fiji, India, Indonesia, Iran, Jepang, Korea Selatan, Laos, Malaysia, Maladewa, Mongolia, Myanmar, Nepal, Selandia Baru, Pakistan, Papua New Guinea, Filipina, Singapura, Sri Lanka, Thailand, Amerika Serikat dan Vietnam.
Indonesia sendiri baru menjadi anggota Colombo Plan tahun 1953. Indonesia banyak memperoleh bantuan dari Colombo Plan, terutama di bidang pertanian, perhubungan, sosial dan pendidikan. Dalam sektor pendidikan ini sudah belasan ribu mahasiswa atau petugas Indonesia mendapatkan beasiswa untuk belajar ke Australia.*

