top of page

Surat Hatta kepada Gemala 2

BAGI ketiga putrinya, Mohammad Hatta adalah pribadi yang hangat. Kehangatan itu diwujudkannya dengan interaksi erat dan komunikasi yang intensif. Waktu bagi keluarga, bagi Hatta, dimanfaatkan secara optimal. Bahkan untuk makan siangpun, ia harus mengajak serta istri lengkap dengan anak dan menantunya.


"Bersama-sama Ibu, kakak Meutia, Edi dan Halida pergi makan di restoran Cahaya Kota," tulis Mohammad Hatta dalam surat pribadi kepada Gemala Hatta, putri keduanya yang sedang menempuh studi di negeri jiran, Australia.


Dalam surat bertitimangsa 11 Juni 1975 tersebut, Hatta bercerita kepada Gemala bahwa dirinya telah kedatangan seorang tamu bernama Savitri Prastiti Scherer. Savitri, tulis Hatta, adalah perempuan Indonesia yang kemudian diperistri seorang Amerika bernama Scherer.


"Menurut pak Margono Djojohadikusumo, Savitri itu adalah cucunya," cerita Hatta kepada Gemala di suratnya. Savitri Prastiti adalah anak sulung dari pasangan Miniati Djojohadikusumo dengan Wahjudi Djajadinoto. Miniati sendiri merupakan anak ketiga dari Margono Djojohadikusumo, pendiri Bank Negara Indonesia.


Savitri ini kemudian menempuh studi di Cornell University, Amerika Serikat, dan menyelesaikan tesisnya yang berjudul Harmony and Dissonance; Early Nationalist Thought in Java. Karya Savitri Prastiti-Scherer ini kemudian dibukukan dengan judul Keselarasan dan Kejanggalan Pemikiran pemikiran Priyayi Nasionalis Jawa awal Abad XX.


Saat proses penulisan tesis tersebut, Savitri pernah menghubungi Mohammad Hatta guna mendapatkan informasi mengenai salah satu tokoh dari Tiga Serangkai yaitu Tjipto Mangoenkoesoemo.


"Ia tahu bahwa Tjipto Mangoenkoesoemo dan ayah dulu pernah bersama-sama di Banda Neira, dibuang oleh pemerintah Belanda," ujar Hatta dalam surat yang dikirimkan kepada Gemala pada awal musim salju di Australia.


Tjipto Mangoenkoesoemo, pada 1912, bersama Douwes Dekker dan Soewardi Soerjaningrat mendirikan Indische Partij. Tjipto dibuang ke Banda Neira pada tahun 1927, dan tetap disana selama 13 tahun. Ia ditemani tokoh pergerakan lainnya yaitu Iwa Kusuma Sumantri. Mereka pun diijinkan membawa keluarga. Tjipto beserta istri dan dua anaknya yang berusia enam dan tujuh tahun, dan Iwa juga beserta istri dengan tiga orang anak.


Sementara Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir baru diasingkan ke Banda Neira pada Februari 1937. Rumah pengasingan Tjipto di Banda Naira letaknya tidak terlalu jauh dari rumah pengasingan Mohammad Hatta.


Begitulah isi surat Hatta kepada Gemala yang tengah menempuh studi rekam medik di School of Medical Record Administration (MRA) Sydney, Australia. Setiap pengalaman pribadi, diceritakan secara detail kepada anaknya.*

Terjemahan:

bottom of page