top of page

Sejarah Indonesia

15 Januari 1932 Malaise Membuat Belanda Masuk Kampung

...

15 Januari 1932 Malaise Membuat Belanda Masuk Kampung

_

Oleh :
...
bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

...

Malaise atau depresi ekonomi yang melanda dunia, tak terkecuali Hindia Belanda, berimplikasi terhadap banyaknya orang Belanda yang ramai-ramai masuk ke perkampungan.


Lesunya ekonomi dunia telah mengubah pola kehidupan orang-orang Belanda. Namun demikian, orang-orang Belanda dari golongan atas tampak tenang seolah tak terdampak.


Beragam persoalan akibat depresi ekonomi antara lain tingginya angka pengangguran, kemelaratan ekonomi, dan naiknya kriminalitas. Harga hasil ekspor mengalami penurunan dan gaji-gaji buruh dipotong menjadi gambaran lain kelesuan ekonomi Hindia Belanda masa itu.

 


Dalam buku Sejarah Nasional Indonesia Jilid V: Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Hindia Belanda disebutkansepanjang tahun 1931–1936 tercatat angka pengangguran di kalangan Eropa terus mengalami kenaikan.


Pada November 1931 misalnya, pengangguran orang-orang Eropa mencapai 2.042 orang, naik dari 1.822 orang pada Januari 1931. Keadaan ini telah menampilkan buruknya peraturan-peraturan perusahaan besar milik orang Eropa.


Setiap tahun mereka memiliki keuntungan besar, uang-uang persediaan juga banyak. Namun, jika pendapatannya berkurang sedikit, mereka segera melepas buruh-buruh asal negerinya. Agar terus memperoleh keuntungan, para pengusaha Eropa sering kali mengganti buruh-buruhnya dengan orang-orang pribumi yang lebih murah. 



Orang-orang Belanda yang terdampak meninggalkan kota dan masuk ke perkampungan. Surat kabar Bintang Timoer,15 Januari 1932 mengabarkan, baik laki-laki maupun perempuan, segala usia tua dan muda, berperilaku baik maupun tidak baik, mereka umumnya berasal dari kalangan “kurang baik” yang sengaja datang ke kampung. Hal ini membuat keamanan kampung terancam.


Koresponden De Indische Courant berkebangsaan Belanda yang sempat bermukim di Lawang (kini wilayah di Kabupaten Malang) menceritakan, orang-orang Belanda yang masuk ke kampung-kampung tak sedikit yang hidupnya melarat. Anak-anak Belanda bersekolah di desa-desa yang bercampur dengan anak-anak pribumi. Ia khawatir tumbuh kembang anak-anak Belanda jatuh ke tangan orang-orang yang tidak baik dan tidak bertanggung jawab. 



Oleh karena itu, ia mengusulkan agar dibuat aturan yang membolehkan mengambil anak-anak Belanda dari orang tuanya dan dibawa keluar kampung. Hal ini terkait dengan dampak jangka panjang yang dialami anak-anak Belanda tersebut.


Meskipun ada segelintir orang Belanda yang dapat berbaur dengan masyarakat kampung,namun banyak di antara mereka yang bersikap kasar dan menyusahkan seperti menggertak, tidak membayar kopi dan barang-barang di warung.*

Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
Coklat Sebagai Ransum Tentara di Medan Perang

Coklat Sebagai Ransum Tentara di Medan Perang

Telah sejak lama coklat menjadi bekal para tentara di medan perang. Di masa Perang Dunia II, coklat pernah dijuluki sebagai senjata rahasia Hitler.
Ketika Jenderal Purnawirawan Bersuara

Ketika Jenderal Purnawirawan Bersuara

Di masa Orde Baru para jenderal purnawirawan mengajukan pandangan untuk mengoreksi Dwifungsi ABRI. Kini para jenderal purnawirawan bersuara untuk memakzulkan wakil presiden.
Haji Hilal dan Para Pejuang Sulawesi Selatan

Haji Hilal dan Para Pejuang Sulawesi Selatan

Dari menjadikan rumahnya sebagaik pondokan, di masa revolusi Haji Hilal dekat dengan pemuda-pemuda Sulawesi di Yogyakarta. Beberapa di antara mereka kelak jadi orang top.
Gus Dur Sosok "Nyeleneh" Lagi Pemurah

Gus Dur Sosok "Nyeleneh" Lagi Pemurah

Gus Dur pernah diamplopi ibu-ibu yang menganggapnya wali kesepuluh. Menyantuni janda Flores hingga mengamanahkan koper uang miliaran untuk anak yatim.
Akademi Pencetak Koki

Akademi Pencetak Koki

Sekolah memasak semula hanya mempersiapkan seorang wanita untuk menjadi ibu rumah tangga. Kemudian berkembang menjadi sekolah profesi yang menjanjiikan.
bottom of page