top of page

Sejarah Indonesia

Affandi Yang Tak Pernah Pergi

Affandi yang Tak Pernah Pergi

Menyapa Affandi lewat pameran luring di kala pandemi. Sebuah upaya untuk memperkenalkan sang legenda lukis kepada generasi masa kini.

23 November 2020

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Pameran karya-karya Affandi di Galeri Nasional Indonesia. (Fernando Randy/Historia.id).

Galeri Nasional Indonesia di Jakarta menggelar pameran luar jaringan (luring) pertama sejak pandemi Covid-19 melanda. Tak tanggung-tanggung, pameran ini menyuguhkan karya-karya sang maestro seni lukis Indonesia, Affandi Koesoema. Pameran ini berlangsung hingga 25 November 2020. 


Affandi, begitu dia lebih dikenal, punya masa lalu yang unik. Dia semula bekerja sebagai tukang sobek karcis bioskop sekaligus pembuat gambar reklame di papan bioskop kawasan Bandung. Kemudian dia bergabung dengan kelompok Lima Bandung, yang terdiri dari Hendra Gunawan, Barli, Sudarso, dan Wahdi pada 1930-an. Semuanya pelukis dan senang belajar bersama antar pelukis secara informal.  


Para pengunjung saat menikmati karya-karya Affandi di Galeri Nasional Indonesia. (Fernando Randy/Historia.id).
Para pengunjung saat menikmati karya-karya Affandi di Galeri Nasional Indonesia. (Fernando Randy/Historia.id).
Para pengunjung saat menikmati karya-karya Affandi di Galeri Nasional Indonesia. (Fernando Randy/Historia.id).
Para pengunjung saat menikmati karya-karya Affandi di Galeri Nasional Indonesia. (Fernando Randy/Historia.id).
Para pengunjung saat menikmati karya-karya Affandi di Galeri Nasional Indonesial. (Fernando Randy/Historia.id).
Para pengunjung saat menikmati karya-karya Affandi di Galeri Nasional Indonesial. (Fernando Randy/Historia.id).

Sejak itu, karya-karya Affandi mulai dikenal. Yang paling monumental adalah poster yang menggambarkan seseorang dirantai tapi berhasil memutusnya. Ide poster berasal dari Sukarno. Penggambarannya untuk membakar semangat bangsa Indonesia yang baru saja memproklamasikan kemerdekaan. Poster itu dipasang di berbagai tempat dan menarik perhatian banyak orang.


Salah satu karya Affandi tentang perjuangan bangsa Indonesia di Galeri Nasional Indonesia. (Fernando Randy/Historia.id).
Salah satu karya Affandi tentang perjuangan bangsa Indonesia di Galeri Nasional Indonesia. (Fernando Randy/Historia.id).
Para pengunjung saat menikmati karya-karya Affandi di Galeri Nasional Indonesia. (Fernando Randy/Historia.id).
Para pengunjung saat menikmati karya-karya Affandi di Galeri Nasional Indonesia. (Fernando Randy/Historia.id).
Para pengunjung saat menikmati karya-karya Affandi di Galeri Nasional Indonesia. (Fernando Randy/Historia.id).
Para pengunjung saat menikmati karya-karya Affandi di Galeri Nasional Indonesia. (Fernando Randy/Historia.id).

Karena karya-karyanya kuat menunjukkan pengaruh ekspresionisme, Affandi dijuluki pelukis ekspresionis baru Indonesia. Dia juga mendapat gelar doctor honoris causa dari National University of Singapore. Dia mengembuskan napas terakhirnya pada Mei 1990. Tapi karya-karyanya terus abadi. 


Para pengunjung saat menikmati karya-karya Affandi di Galeri Nasional Indonesial. (Fernando Randy/Historia.id).
Para pengunjung saat menikmati karya-karya Affandi di Galeri Nasional Indonesial. (Fernando Randy/Historia.id).

Kini, karya Affandi kembali bisa dinikmati lewat pameran bertajuk “Pameran Imersif Affandi: Alam, Ruang, Manusia”. Tak seperti pameran lukisan pada umumnya, pameran ini memadukan penggunaan teknologi canggih yang disebut proyeksi gambar bergerak (video mapping projection) untuk menampilkan 98 karya Affandi. Iringan musik dan suara disertai dalam ruang pameran untuk menambah pengalaman imersif pengunjung memasuki dunia Affandi.


Para pengunjung saat menikmati karya-karya Affandi di Galeri Nasional Indonesia. (Fernando Randy/Historia.id).
Para pengunjung saat menikmati karya-karya Affandi di Galeri Nasional Indonesia. (Fernando Randy/Historia.id).
Karya-karya Affandi di Galeri Nasional Indonesia. (Fernando Randy/Historia.id).
Karya-karya Affandi di Galeri Nasional Indonesia. (Fernando Randy/Historia.id).
Para pengunjung saat menikmati karya-karya Affandi di Galeri Nasional Indonesia. (Fernando Randy/Historia.id).
Para pengunjung saat menikmati karya-karya Affandi di Galeri Nasional Indonesia. (Fernando Randy/Historia.id).

Pameran yang menjadi bagian acara Pekan Kebudayaan Nasional 2020 ingin memperkenalkan kepada generasi muda hari ini tentang sosok Affandi secara utuh. Baik personalnya maupun karyanya. Filosofi hidupnya yang pantang menyerah dan kesederhanaannya terwujud dalam karya-karyanya. Affandi akan terus dikenang sebagai salah satu pelukis terbaik Indonesia. Dia tak pernah pergi.


Para pengunjung saat menikmati karya-karya Affandi di Galeri Nasional Indonesia. (Fernando Randy/Historia.id).
Para pengunjung saat menikmati karya-karya Affandi di Galeri Nasional Indonesia. (Fernando Randy/Historia.id).
Para pengunjung saat menikmati karya-karya Affandi di Galeri Nasional Indonesial. (Fernando Randy/Historia.id).
Para pengunjung saat menikmati karya-karya Affandi di Galeri Nasional Indonesial. (Fernando Randy/Historia.id).

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
Anak Tawanan Itu Bernyanyi “Nina Bobo”

Anak Tawanan Itu Bernyanyi “Nina Bobo”

Sukses sebagai penyanyi di Belanda, Anneke Gronloh tak melupakan Indonesia sebagai tempatnya dilahirkan.
Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Film perdana Reza Rahadian, “Pangku”, tak sekadar merekam kehidupan remang-remang lewat fenomena kopi pangku. Sarat pesan humanis di dalamnya.
bottom of page