top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Chairi Anwar Bikin Affandi Ribut dengan Istri

Lagi-lagi Charil Anwar bikin ulah kepada sahabatnya sesama seniman. Kali ini pelukis Affandi yang kena getahnya.

4 Agu 2024

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Chairil Anwar (1922--1949). Sumber: Perpusnas RI.

CHAIRIL  Anwar, penyair patriotik di zaman revolusi kemerdekaan, dikenal bersahabat karib dengan pelukis Affandi. Sewaktu Chairil tinggal di Karawang, Affandi dan istrinya Maryati acapkali berkunjung. Pun demikian sebaliknya. Namun, siapa nyana, persahabatan dengan Chairil pernah membuat Affandi terlibat urusan pelik sekaligus menggelitik.


Sebermula dari kedatangan seorang perempuan yang mengetuk pintu rumah Affandi. Sang pelukis menyuruh Maryati membukakan pintu. Setelah pintu dibuka, Maryati melihat sesosok perempuan muda berdiri mencari tuan rumah.


“Mau ketemu Bapak,” kata perempuan itu tersipu-sipu.


Maryati curiga. Dia bergegas masuk kembali ke dalam rumah. Benaknya penuh dengan pikiran yang bukan-bukan. Apalagi kalau perempuan itu punya hubungan khusus dengan suaminya.


“Tuh ada perempuan cari lu. Huh. Dasar laki-laki. Udah tua masih demen begituan,” ujar Maryati ketus.



Affandi terperanjat. Dia tak mengerti apa yang dimaksudkan istrinya. Begitu Affandi sampai di depan pintu, lagi-lagi Maryati menumpahkan kejengkelannya. “Tu, bini muda lu,” hardik Maryati menggerutu.


Serba salah, Affandi memilih tak menggubris omelan istrinya. Di muka pintu, Affandi menatap sejenak tamu perempuan yang tak diundang itu. Namun belum lagi Affandi buka mulut, perempuan itu seketika berubah wajah seakan mengoreksi sesuatu.


“Ooo, bukan ini,” ujar si perempuan.


“Ada apa ini?” tanya Affandi.


“Anu, Pak. Tadi malam saya diajak laki-laki, lalu dia tinggalkan alamat di kamar saya. Dia belum bayar,” terang si perempuan seraya menyodorkan kertas bertuliskan alamat Affandi.


“Astaga. Siapa ini bikin gara-gara,” pikir Affandi. 



Affandi sadar bahwa dirinya dikerjai seseorang. Tanpa pikir panjang lagi, Affandi merogoh sakunya. Dia berikan sejumlah uang pada perempuan itu. Setelah menerima uang dari Affandi, perempuan itu tersipu lalu pamit undur diri.


“Nah, siapa lagi kalau bukan si Chairil,” gumam Affandi merujuk biang kerok atas apa yang baru saja terjadi di rumahnya. Tapi, Affandi tak lantas emosi apalagi “merujak” sahabatnya itu. Kendati sempat ribut kecil-kecilan dengan istri, insiden itu disimpulkannya dalam senyum penuh makna. Tentu saja karena Affandi mengerti betul seperti apa karakter Chairil yang biasa bikin ulah. Beres perkara.


Begitulah pengalaman Affandi diusili Chairil Anwar sebagaimana dikisahkannya dalam Majalah Warnasari No. 160, Mei 1992. Di mata para sahabatnya, Chairil terkenal sebagai sosok yang urakan, liar, dan jenaka, meski kadang-kadang kelewatan.  Dan tentu, Chairil juga dikenal karena karya sajaknya yang puitis dan ciri khasnya dalam mendeklamasikan sajak. Affandi sendiri kelak dikenal sebagai maestro seni lukis Indonesia.



Menurut Dipa Nugraha dalam Chairil Anwar: Rabun Sastra, Hayat, dan Stilistika, perempuan itu adalah pelacur yang pernah disewa Affandi untuk objek lukisannya di bilangan Tanah Abang. Saat itu, Affandi ditemani oleh Chairil. Namun, Chairil masih membersamai si pelacur meski Affandi telah menyelesaikan lukisannya. Keesokan harinya si pelacur menagih jasa layanan malam sebelumnya ke rumah Affandi yang tidak tahu-menahu apa yang telah terjadi sekaligus tidak bisa berkata apa-apa atas ulah Chairil.


“Kejadian itu mungkin menjadi sumber inspirasi bagi kelahiran puisi (Chairil) berjudul ‘Betina’- nya Affandi,” ungkap Dipa.


Demikian puisinya:


Betina, jika di barat nanti


menjadi gelap


turut tenggelam sama sekali


juga yang mengendap,


di mukamu tinggal bermain Hidup dan Mati.


Matamu menentang -- sebentar dulu!--


Kau tidak gamang, hidup kau sintuh, kau cumbu,


sekarang senja gosong, tinggal abu...


Dalam tubuhmu ramping masih berkejaran


Perempuan dan Laki.


Chairil Anwar, 1946.


Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang turut berjuang dalam Perang Kemerdekaan dan mendirikan pasukan khusus TNI AD. Mantan atasan Soeharto ini menolak disebut pahlawan karena gelar pahlawan disalahgunakan untuk kepentingan dan pencitraan.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
Prajurit Keraton Ikut PKI

Prajurit Keraton Ikut PKI

Dua anggota legiun Mangkunegaran ikut serta gerakan anti-Belanda. Berujung pembuangan.
bottom of page