- Petrik Matanasi
- 15 Jun
- 2 menit membaca
Diperbarui: 16 Jun
SEBAGAIMANA musim haji sebelum-sebelumnya, ribuan burung merpati meramaikan sisi selatan Masjidil Haram, Makkah musim haji 2025 ini. Mereka berkeliaran di belakang Zamzam Tower. Burung merpati di sini terlihat lebih ramping daripada burung merpati aduan di Indonesia.
Di kompleks Masjidil Haram, merpati-merpati itu sering hinggap di bagian atas atau di atas lampu gantung area tawaf di lantai atas. Namun mereka jarang terlihat di pelataran Ka’bah apalagi di atasnya. Burung merpati adalah burung yang dilindungi di Makkah.
“Ada ulama berpendapat bahwa denda burung merpati Mekah adalah kambing. Merpati luar Mekah dan burung Mekah selain merpati dendanya senilai harganya. Ulama yang berpendapat bahwa merpati Mekah dendanya kambing, bertujuan menghormati merpati tersebut,” catat Asmaji Muchtar dalam Fatwa-Fatwa Imam Asy-Syafi’i: Masalah Ibadah.
Dulunya, merpati bukan hewan satu-satunya di Makkah. Di era 1950-an, menurut catatan Harun Aminurrashud dalam Naik Haji di Masa Silam, 1954-1964, lalat pun banyak di Jeddah dan Makkah. Selain itu, anjing dan kucing juga mudah terlihat. Anjing dan kucing di Makkah bertubuh kurus. Kebanyakan anjing dan kucing tak menjadi binatang peliharaan. Keberadaan anjing di Makkah tentu agaklah aneh bagi kebanyakan orang Islam di Indonesia.
“Di Mekah banyak anjing berkeliaran,” kata Kyai Haji Mas Mansyur dalam Kiai Haji Mas Mansur, 1896-1946: Perjuangan dan Pemikiran yang disusun Darul Aqsha.
Pahlawan Nasional yang dikenal sebagai agamawan itu juga memelihara anjing ketika masih hidup. Anjing sendiri, seperti babi, dalam ajaran Islam merupakan hewan yang mengandung najis, yakni air liurnya. Butuh ritual khusus untuk mensucikan diri atau benda yang terkena liur anjing agar bersih dari najis anjing.
Di Indonesia hari ini, tanpa disadari ada opini umum bahwa anjing adalah binatangnya orang Kristen dan kucing adalah binatangnya orang Islam. Padahal, banyak orang Islam di Indonesia yang memelihara anjing sejak dulu, terutama di daerah pertanian. Anjing, yang terkenal sebagai hewan setia, punya reputasi di banyak tempat sebagai hewan penjaga kebun atau pekarangan rumah. Di Makkah pun anjing punya kisah.
“Anjing-anjing ini bastar (mahluk) liar dan terlihat di mana-mana, walaupun jinak sekali dan menurut warga sepuh Mekah, belum pernah diketahui menjadi anjing gila atau menggigit siapapun,” Abdul Majid bin Zaenudindari Malaya dalam buku Naik Haji di Masa Silam 1900-1950.
Harun Aminurrashud menyebut, “yang ganjilnya, anjing-anjing itu tidak mau merapati manusia.”
Anjing-anjing di sekitar Masjdil Haram ramah terhadap manusia yang ada di sekitarnya. Bukan tanpa sebab hewan yang punya reputasi najis ini dibiarkan berkeliaran di sekitar Masjidil Haram yang jelas-jelas sangat disucikan umat Islam .
“Alasan menoleransi binatang najis ini di tanah suci adalah karena mereka melindungi Ka’bah dari pencemaran orang kafir, dan mereka dianugerahi naluri Illahiah untuk mengendus orang kafir yang coba-coba memasuki tanah suci,” catat Abdul Majid bin Zaenudin. “Celakalah orang kafir yang ketahuan, karena konon anjing-anjing ini tidak akan berhenti menggigit mereka sampai mereka mati mengenaskan sebagai hukuman yang layak.”
Meski punya reputasi yang mulia sebagai pelindung Ka’bah, sekarang khususnya di musim haji 2025 ini anjing sangat sulit ditemukan lagi di sekitar Masjidil Haram. Kondisinya berbeda dari apa yang terjadi pada abad-abad lalu. Perannya tergantikan polisi dan askar (militer) Kerajaan Saudi Arabia. Riwayat Anjing penjaga Ka’bah pun nyaris hilang dalam dunia Islam.*













Komentar