top of page

Sejarah Indonesia

Baku Tembak Karena Kaget

Baku Tembak karena Kaget

Anggota Brimob yang sedang istirahat kaget kedatangan tentara Australia. Terjadilah baku tembak yang memakan korban.

18 April 2019

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Pasukan Interfet dari Australia di Dili, Timor Timur, September 1999. (Stephen Dupont/Australian War Memorial).

Diperbarui: 29 Jul

Pada 16 September 1999, Indonesia meminta pasukan multinasional Interfet (International Force for East Timor) untuk menjaga keamanan di Timor Timur. Peleton-8 Kompi C Batalion-2 Royal Australian Regiment dipimpin Letda Infanteri P.J. Halleday melakukan patroli untuk pertama kali ke daerah perbatasan di Motaain pada 10 Oktober 1999.


Mereka mendekati garis perbatasan yang hanya beberapa meter dari pos polisi Indonesia. Di sana ditempatkan satu peleton Brimob dipimpin Letnan M. Wahid. 


Menurut Letjen (Purn.) Kiki Syahnakri dalam Timor Timur The Untold Story, mungkin karena kaget melihat pasukan Interfet tiba-tiba muncul di depan mata, sekira pukul 12.00 waktu setempat, seorang anggota Brimob refleks melepaskan tembakan ke udara. Maksudnya untuk memperingatkan bahwa mereka berdiri di wilayah Indonesia. Namun, tembakan peringatan semacam itu tidak lazim dalam tradisi militer universal, malah bisa dianggap suatu provokasi.


“Karena anggota Brimob tersebut tidak memakai seragam lengkap, hanya T-shirt Brimob karena memang sedang istirahat, pasukan Interfet menyangka dia merupakan anggota milisi yang sedang dicari,” kata Kiki yang bertugas di Timor Timur selama sebelas tahun.


Tentara Interfet itu lantas melepaskan tembakan. Terjadilah baku tembak selama delapan menit. Menyaksikan kejadian mendadak tersebut, Letda Infanteri Erwin Egy, komandan peleton TNI, dalam siatuasi kontak tembak, dengan mengabaikan keselamatan dirinya, berlari ke area garis tembakan seraya berteriak untuk menghentikan tembakan. Untunglah, tembakan kedua pihak berhenti.


Erwin kemudian menemui komandan peleton Interfet untuk memberikan penjelasan dan membantu melakukan orientasi tentang garis batas. Ketika keduanya sedang melakukan orientasi medan, entah apa sebabnya, kembali terdengar tembakan. Kedua komandan peleton tersebut segera berlari menuju arah tembakan, lalu berteriak memberikan instruksi kepada pihak masing-masing untuk menghentikan tembakan. Tembakan pun mereda.


Akibat kontak tembak tersebut jatuh korban di pihak Indonesia. Anggota Brimob, Bharada Ari Sudibyo, gugur. Dua personel lainnya, Sertu Sudarto dan Sertu Agus Susanto, dan seorang warga setempat, Alcino Barros, mengalami luka tembak. Sementara di pihak Interfet tak satu pun terluka karena mereka dalam kondisi siap tempur, sedangkan Brimob sedang istirahat dalam tenda.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Soeharto Menemukan "Tempatnya" di Barak KNIL

Soeharto Menemukan "Tempatnya" di Barak KNIL

Sebagai anak “broken home”, Soeharto pontang-panting cari pekerjaan hingga masuk KNIL. Copot seragam ketika Jepang datang dan pulang kampung dari uang hasil main kartu.
Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang turut berjuang dalam Perang Kemerdekaan dan mendirikan pasukan khusus TNI AD. Mantan atasan Soeharto ini menolak disebut pahlawan karena gelar pahlawan disalahgunakan untuk kepentingan dan pencitraan.
Melatih Andjing NICA

Melatih Andjing NICA

Martin Goede melatih para mantan interniran Belanda di kamp. Pasukannya berkembang jadi andalan Belanda dalam melawan pejuang Indonesia.
Anak Jakarta Jadi Komandan Andjing NICA

Anak Jakarta Jadi Komandan Andjing NICA

Sjoerd Albert Lapré, "anak Jakarte" yang jadi komandan kompi di Batalyon Andjing NICA. Pasukannya terdepan dalam melawan kombatan Indonesia.
bottom of page