top of page

Sejarah Indonesia

Balada Seorang Instruktur

Balada Seorang Instruktur Tua

Dia dikenal sebagai seorang guru besar militer yang ide-idenya segar, nyentrik namun tetap berpenampilan sangat sederhana.

Oleh :
7 Mei 2019

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Brigjen Sahirdjan. (Repro buku Akademi Militer Yogya dalam Perjuangan Pisik 1945-1949 karya Moehkardi).

INGAT anak panah berdetonator milik John Rambo (eks prajurit Baret Hijau US-Army yang kerap menjadi pahlawan di film-film Hollywood)? Ternyata senjata tradisional berujung peluru itu pernah nyaris akan digunakan oleh TNI (Tentara Nasional Indonesia) dalam melawan militer Belanda.


Ceritanya, suatu hari di tahun 1949, seorang instruktur senior di MA (Militer Akademi) bernama Letnan Kolonel Sahirdjan berhasil membuat sejenis “senjata mutakhir”: panah berpeluru. Dalam ideal pemikiran Sahirdjan, selain mudah dan efektif digunakan dalam perang gerilya, keunggulan senjata ini pelurunya bisa ditembakan tanpa suara dan bila ujung panah berdetonatornya mengenai sasaran vital maka akan berakibat kematian sang musuh.


Maka sebelum diluncurkan, dicobalah senjata tersebut. Sebagai sasaran tembak adalah seekor kambing jantan. Di hadapan ratusan rakyat Yogyakarta dan para kadet, Sahirdjan kemudian merentangkan busur. Semua penonton menahan napas, saat anak panah melesat dari busur dan menghantam sang kambing…Dor! Kambing pun terkulai.


Para penonton bersorak sorai seraya memberi tepuk tangan tiada henti. Sahirdjan tersenyum, para kadet tertawa bangga. Namun baru saja tepuk tangan riuh itu berhenti, tiba-tiba “kambing mampus” itu bangun kembali dan mengembik, siuman dari pingsannya. Spontan penonton kembali bertepuk tangan. Kali ini diiringi tawa lepas seolah tak henti. Sahirdjan sendiri sambil tersenyum menggaruk-garuk kepalanya walau tak gatal.


“Maka gagallah 'senjata mutakhir' itu digunakan untuk memerangi tentara Belanda, karena tidak mematikan dan hanya membuat pingsan,” ungkap sejarawan militer Moehkardi kepada Historia.id.


Sosok nyentrik nan sederhana Sahirdjan ternyata tidak pernah hilang hingga menjelang dirinya berpangkat briagadir jenderal dan memangku status sebagai guru besar di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) Magelang. Kendati merupakan pejabat senior, Sahirdjan dalam kehidupan sehari-hari tetap jauh dari kemewahan dan memelihara sikap rendah hati.


Dikisahkan dalam buku karya Moehkardi, Akademi Militer Yogya dalam Perjuangan Pisik 1945-1949, “pakaian kebesaran” Sahidrdjan jika tidak sedang bertugas, adalah celana pendek dan kaos oblong lusuh. Pokoknya jika kebetulan melihatnya berpenampilan seperti itu, orang yang belum kenal pasti menyangka Sahirdjan bukan seorang jenderal guru besar AKABRI.


Karena penampilan khasnya ini, Sahirdjan sempat membuat cerita heboh di kalangan taruna AKABRI pada era 1970-an. Ceritanya, suatu hari seorang taruna AKABRI tingkat awal baru pulang dari cutinya dengan membawa oleh-oleh dan beberapa koper.


Turun dari becak, sang taruna bingung harus mengangkat sendiri bawaannya yang begitu banyak tersebut. Dalam situasi demikian, tiba-tiba muncul seorang lelaki tua kurus berpakaian celana pendek dan kaos oblong lusuh tak jauh dari tempat sang taruna turun dari becak. Pucuk dicinta ulam tiba, taruna tersebut langsung berseru:


“Eh Pak…Pak! Tolong ini angkatkan koper saya!” perintahnya.


Lelaki kurus dan berpenampilan lusuh yang dipanggil tersebut cepat-cepat mendekat dan dengan sigap membantu mengangkat kopor hingga ruangan sang taruna. Begitu selesai, sang taruna berinsiatif memberi persen, namun dengan halus dan penuh hormat lelaki tersebut menolaknya.


Baru saja beberapa menit “sang jongos” itu pergi, tetiba beberapa taruna senior dalam wajah garang berhamburan mendekati juniornya yang baru pulang cuti itu. Salah seorang menghardik:


“Lu tahu siapa orang yang lu suruh membawa koper itu?!”


“Siap! Tidak tahu!”


“Tahu lu, dia adalah Pak Sahirdjan, brigadir jenderal dan guru besar kita!”


Mendengar itu, sang prajurit taruna tersebut hanya bisa bengong. Begitu sadar bahwa dirinya telah melakukan “kesalahan”, dia pun menunduk dalam perasaan penuh penyesalan.


Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Pesta Panen dengan Ulos Sadum dan Tumtuman

Pesta Panen dengan Ulos Sadum dan Tumtuman

Kedua jenis ulos ini biasa digunakan dalam pesta sukacita orang Batak. Sadum untuk perempuan dan Tumtuman bagi laki-laki.
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

Sebagai murid, S.K. Trimurti tak selalu sejalan dengan guru politiknya. Dia menentang Sukarno kawin lagi dan menolak tawaran menteri. Namun, Sukarno tetap memujinya dan memberinya penghargaan.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
bottom of page