top of page

Sejarah Indonesia

Barisan Srikandi Dalam Perjuangan

Barisan Srikandi dalam Perjuangan Kemerdekaan

Perjuangan para perempuan dalam Perang Kemerdekaan di sekitar Medan.

Oleh :
17 Juli 2018

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Laskar perempuan dalam perang kemerdekaan.

GUNA menindaklanjuti proklamasi kemerdekaan yang sampai di Medan seminggu setelah dibacakan, Kayatin Sahir Nitihardjo dan Hadjah Siregar membentuk Barisan Srikandi (BS), yang bertugas mempersiapkan dapur umum dan pos kesehatan. Keduanya mendirikan BS hanya bermodal pelatihan singkat yang didapat di Pusat Latihan Bah Birung Ulu.


Sama seperti banyak badan perjuangan lain yang berdiri setelah proklamasi, BS memikul tanggung jawab mempertahankan kemerdekaan. Kala itu Belanda masih kerap melancarkan serangan militer meski Indonesia sudah menyatakan kemerdekaan.


Kayatin mendapat tugas di front utara, dari daerah Two Rives sampai Binjai. Dia bekerjasama dengan prajurit Mujahidin dari Aceh bernama Burhan Ali menyalurkan obat-obatan ke berbagai kesatuan di front sekitar Pemantang Siantar. Dalam kumpulan memoar perempuan berjudul Sumbangsihku Bagi Pertiwi: Jilid V, Kayatin menceritakan wajah Burhan Ali mirip orang Gurka. Hal itu membuat tentara Belanda terkecoh sehingga mobil yang mereka tumpangi berkali-kali lolos dari pemeriksaan tentara Belanda.


Pada akhir 1946, Kayatin tertangkap pasukan “Gagak Hitam” KNIL yang dipimpin Y Aipasa. Pasukan ini terkenal kejam dan tak berperikemanusiaan. Mereka menyebar di Pemantang Siantar. Selain melarang Kayatin keluar rumah, mereka menjaga ketat rumah Kayatin. Untung bagi Kayatin, rumahnya tak digeledah. Padahal, di rumahnya terdapat banyak radio yang sedang diperbaiki anaknya, Tomi, dan beragam senjata milik para pejuang.


Pada suatu hari, Kayatin kedatangan seorang kurir perempuan yang menyamar sebagai penjual telur asin. Dia memberi Kayatin surat kecil dari pejuang yang isinya peringatan dan rencana menyelamatkan Kayatin. Dalam surat tertulis, “Jangan sampai diantar Belanda, dijadikan pancingan pelor Batak. Keluar lewat rumah sakit, kita tunggu, B.”


Malam harinya, rencana melarikan diri ke pedalaman Tapanuli itu disebarkan ke orang-orang. Dari 29 orang yang berencana ikut pergi, terdapat Ibu Teuku Hasan, istri Gubernur Sumatera dan dua orang putranya. Mereka akhirnya berhasil melarikan diri sesuai rencana dan dijemput pada pukul 3 dini hari.


Perjuangan Kayatin berlanjut di front Tangga Batu. Sementara suaminya, dr. Sahir, menjadi Palang Merah, Kayatin memimpin BS. BS bertugas mengumpulkan peluru bila persediaan habis.


Cara BS mendapatkan peluru cukup unik. Mereka mengikat beberapa pohon yang dihubungkan dengan tali. Dari jarak yang aman, para perempuan itu lalu menarik tali-tali yang mengikat pohon tersebut. Bila ada pesawat musuh lewat, tali-tali itu ditarik sehingga pohon-pohon bergoyang. Pilot pesawat musuh akan mengira ada rombongan yang lewat sehingga menembaki wilayah tersebut. Begitu pesawat musuh pergi dan kondisi sudah aman, para srikandi BS mengambil selongsong peluru-peluru pesawat tadi sambil cekikikan. Selonsong-selongsong peluru itu lalu diisi mesiu kembali.


Kayatin bersama BS lalu pindah ke Kota Tapanuli kemudian ke Simpang Bolon. Di sanalah Kayatin bersama suaminya mendapat kabar bahwa Gubernur Sumatera Teuku Mohammad Hasan meminta dr. Sahir menetap di Bukit Tinggi.


Di Bukit Tinggi, Kayatin menjalin kontak dengan berbagai organisasi perempuan. Dia bertemu dengan Diah Karim dari Perwari dan Samsidar Yahya dari Aisyiyah. Bersama mereka, Kayatin mendirikan Kowani Sumatera. Kayatin duduk sebagai ketua dengan Samsidar Yahya sebagai wakil dan Diah Karim sebagai bendahara.


Pasca-Perang Kemerdekaan, Kayatin kembali ke Yogyakarta dan aktif di berbagai organisasi. Dia lalu menjadi ketua Permusyaratan Organisasi Wanita Yogyakarta (POWY) selama 13 tahun. Pada 1961-1965, menurut Arsip Surat Keputusan tentang Anggota DPRD DIY, Kayatin alias Nyonya Sahir Nitihardjo menjadi anggota DPRD DIY dari fraksi PNI.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page