- Historia
- 20 Jul 2020
- 2 menit membaca
Lagu untuk Menidurkan Anak
Ada banyak kisah mengenai lagu ini. Mulai terkait lagu kematian hingga pemujaan terhadap setan. Tapi semua kisah itu tak bersandar pada catatan sejarah yang terang. Lagu itu sebenarnya sejenis lullaby, sebuah lagu yang enak didengar, menyejukkan hati, dan biasa didendangkan kepada anak kecil agar tertidur. Tiap bangsa punya lagu seperti itu.
Tak ada catatan sejarah yang terang menyebut kapan lagu itu mulai dikenal masyarakat Indonesia. Tapi Yapi Tambayong dalam 123 Ayat Tentang Seni menyebut judul lagu itu berasal dari gabungan bahasa Portugis dan Spanyol; Menina (gadis kecil) dan Bobo (bodoh dalam pengertian disayang). Mungkin mula lagu ini bisa terjejaki dari sejarah interaksi penduduk Nusantara dengan bangsa Portugis dan Spanyol pada abad ke-15.
Sejarah Titilaras di Indonesia
Sebelum berjumpa dengan kebudayaan Barat (diatonik, tujuh nada), titilaras yang dikenal di Indonesia adalah pentatonik (lima nada). Sebutannya berbeda di tiap daerah: selonding di Bali, pelog dan slendro di Jawa, maoling di Minahasa, dan sorog atau madenda di Sunda.
Yapi Tambayong dalam 123 Ayat Tentang Seni menulis, di antara semua titilaras yang dipunyai kebudayaan Indonesia, hanya slendro yang diketahui sejarahnya.” Dalam catatan Tiongkok terungkap titilaras itu dikenal pada masa pemerintahan Buddha, Syailendra, di sekitar Candi Borobudur pada abad ke-8. Orang Jawa mengenal titilaras itu melalui seorang guru agama Buddha dari Tiongkok, Hwi Ming. Titilaras itu sudah dikenal masyarakat Tiongkok sejak 2700 SM.
Fenomena British invasion
British invasion adalah fenomena dalam dunia musik Amerika Serikat pada dekade 1960-an. “Invasi Inggris” ini merujuk pada grup band legendaris Inggris asal Liverpool, The Beatles.
Mengusung genre rock n roll, lagu bertajuk “I Want to hold Your Hand” sukses merajai tangga lagu Amerika saat dirilis pada 26 Desember 1963. Dalam kurun dua bulan, singel itu mencapai penjualan album tertinggi di Amerika.
Ketika melakukan tur ke Amerika pada Februari 1964, penampilan The Beatles disaksikan 74 juta pemirsa ketika tampil di acara The Ed Sullivan Show.The Beatles, sejak itu, menguasai industri musik Amerika lewat lagu-lagu mereka.
Korps Marching Band Bermula
Bentuk awal korps marching band tercatat bermula di Kesultanan Ottoman pada abad ke-13. Dalam setiap pertempuran, sebuah korps khusus akan mengiringi pasukan Ottoman dengan memainkan musik-musik yang menggetarkan musuh sekaligus meningkatkan semangat juang prajurit kesultanan. Korps ini dinamakan mehter, yang juga merupakan bagian dari korps elite Janissary, pasukan budak milik sultan.
Pada awalnya, musik-musik mehter hanya dimainkan di medan pertempuran. Namun kemudian berkembang menjadi musik orkestra dan dipertunjukkan dalam acara-acara seremonial di istana. Dengan perantaraan perang antara Ottoman dan kerajaan-kerajaan Eropa, pada abad ke-17 musik mehter pun merambah dunia Barat dan mempengaruhi karya-karya komposer kenamaan Eropa saat itu, seperti Mozart dan Beethoven.
Salam Metal Jadi Populer
Salam berupa isyarat tangan yang mengangkat jari telunjuk dan kelingking ke udara kali pertama dipopulerkan Ronnie James Dio, vokalis Black Sabbath, grup musik asal Inggris yang sering disebut sebagai perintis genre musik heavy metal. Dalam setiap konsernya, Dio melakukan salam ini sebagai sarana berkomunikasi dengan penonton. Salam ini kemudian melekat dengan musik-musik metal; juga rock dan pop.
Menurut Dio, dia tahu “salam metal” ini sejak kecil dari neneknya yang seorang keturunan Italia. “Saya diberitahu bahwa hal ini disebut malocchio. Jika seseorang dilanda nasib buruk karena pengaruh setan, nenek saya akan menunjukkan malocchio untuk menghindari nasib buruk tersebut,” ujar Dio dalam Louder Than Hell: The Definitive Oral History of Metal yang disusun Jon Wiederhorn dan Katherine Turman.
Comentários