top of page

Sejarah Indonesia

Demi Keselamatan Buruh Perempuan

Demi Keselamatan Buruh Perempuan

Bra khusus dibuat untuk keamanan buruh perempuan yang melakukan "pekerjaan laki-laki" di pabrik-pabrik .

30 April 2013

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Seorang perempuan memamerkan seragam baru yang dirancang untuk melindungi buruh pabrik perempuan selama Perang Dunia II, termasuk bra khusus terbuat dari plastik yang disebut Saf-t-Bra (kanan). Foto: www.dailymail.co.uk dan www.markmaynard.com.

Seorang perempuan memamerkan seragam baru yang dirancang untuk melindungi buruh pabrik perempuan selama Perang Dunia II, termasuk bra khusus terbuat dari plastik yang disebut Saf-t-Bra (kanan). Foto: www.dailymail.co.uk dan www.markmaynard.com.


SELAMA Perang Dunia II, penduduk laki-laki Amerika Serikat pergi ke medan perang. Sedangkan para perempuan bekerja di pabrik-pabrik, seperti pabrik galangan kapal, pabik baja, dan pabrik keretaapi. Mereka mengerjakan apa yang secara tradisional –sampai saat itu– dianggap sebagai "pekerjaan laki-laki."


Sebagai bentuk perhatian terhadap buruh perempuan, Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat membentuk Biro Perempuan pada 1920. Biro ini bertugas merumuskan "standar dan kebijakan yang akan mempromosikan kesejahteraan upah-produktif perempuan, memperbaiki kondisi kerja, meningkatkan efisiensi, dan memperbesar peluang mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang produktif."


Biro ini juga punya wewenang untuk menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan kesejahteraan perempuan dalam industri dan melaporkan temuannya kepada Departemen Tenaga Kerja.

Para pejabat keselamatan memutuskan bahwa buruh perempuan membutuhkan lebih dari sekadar kacamata dan sarung tangan untuk melindungi mereka dari potensi cidera karena melakukan pekerjaan kasar. Karena itu, pejabat berwenang menyediakan perlengkapan kerja untuk keamanan alat vital perempuan, seperti payudara.


Foto-foto hitam-putih dari arsip Biro Perempuan menunjukkan bagaimana standar keselamatan untuk buruh perempuan. "Seorang perempuan memamerkan seragam baru yang dirancang untuk melindungi buruh pabrik perempuan selama Perang Dunia II, termasuk bra khusus yang seluruhnya terbuat dari plastik," tulis dailymail.co.uk (29/4).


Kutang tersebut bernama Saf-t-Bra dirancang oleh Wilson Safety Products, sebuah perusahaan di Reading, Pennsylvania yang memproduksi peralatan keselamatan bagi buruh kasar.


"Saf-t-Bra memberikan perlindungan bagi payudara buruh perempuan di industri," tulis American Machinist, Vol. 87, 1943. "Bra ini terbuat dari plastik tahan lama yang elastis dan tersedia dalam tiga ukuran: kecil, menengah, dan besar masing-masing dengan ukuran 30-38, 39-44 dan 45-48."


Saf-t-Bra, yang terbuat dari plastik ringan ini, tulis Welding Engineer, Vol. 29, 1944, tak hanya mencegah cidera payudara tapi juga cidera kelenjar getah bening halus di bawah lengan. Kutang ini juga berventilasi agar tetap nyaman digunakan.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
Anak Tawanan Itu Bernyanyi “Nina Bobo”

Anak Tawanan Itu Bernyanyi “Nina Bobo”

Sukses sebagai penyanyi di Belanda, Anneke Gronloh tak melupakan Indonesia sebagai tempatnya dilahirkan.
Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Film perdana Reza Rahadian, “Pangku”, tak sekadar merekam kehidupan remang-remang lewat fenomena kopi pangku. Sarat pesan humanis di dalamnya.
bottom of page