- Randy Wirayudha

- 26 Sep
- 6 menit membaca
Diperbarui: 30 Sep
SETELAH belum lama ini mendatangkan kapal fregat terbesar di Asia Tenggara, KRI Brawijaya-302 (6.270 ton), Indonesia berencana kembali memboyong kapal perang demi memperkuat kekuatan maritimnya. Tak tanggung-tanggung, yang sudah masuk keranjang belanja adalah kapal induk Giuseppe Garibaldi (14.000 ton) dari Italia.
Meskipun kapal induknya bekas, tetap saja rencana itu bisa bikin heboh se-kawasan. Pasalnya, pada 1960-an negara-negara tetangga sempai ‘parno’ karena ALRI (kini TNI AL) punya kapal perang terbesar di belahan bumi selatan, KRI Irian-201 (16.640 ton), yang merupakan kapal penjelajah bekas dari Uni Soviet.
Di sela menyambut kedatangan KRI Brawijaya –yang juga dibeli dari Italia– di Tanjung Priok, Jakarta Utara, 8 September 2025 silam, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Muhammad Ali silam menyatakan rencana akuisisi kapal induk Giuseppe Garibaldi masih dalam tahap pembicaraan dengan pihak pabrikan Fincantieri yang juga memproduksi KRI Brawijaya. Hingga saat ini belum diungkapkan berapa harga banderolnya, namun Kementerian Bappenas disebutkan sudah menyetujui pinjaman luar negeri hingga 450 juta dolar Amerika (setara Rp7,5 triliun).
Usia kapal induk Giuseppe Garibaldi sebenarnya sudah tidak lagi muda. Kapal itu dibangun pula Fincantieri pada 1981. Penggeraknya menggunakan empat turbin gas Fiat COGAG dengan lisensi General Electric untuk menghasilkan 81.000 tenaga kuda yang bisa membawa kapalnya berlayar dengan kecepatan maksimal 30 knot (56 km/jam).
Kapal induk sepanjang 180,2 meter dan lebar lambung 33,4 meter itu bisa menampung hingga 16 pesawat tempur atau pembom tempur dan dua helikopter, atau bisa juga memuat total 18 helikopter saja. Di masa aktifnya, Giuseppe Garibaldi lazimnya diperkuat 16 pesawat pembom tempur AV-8B Harrier II serta dua heli SAR dan anti-kapal selam Sikorsky SH-3D Sea King.
Selain dilengkapi aneka sensor dan radar elektronik canggih, untuk perlindungan diri Giuseppe Garibaldi dipersenjatai dua peluncur rudal permukaan-ke-udara (surface-to-air missile), tiga meriam Oto Melara Twin 40L70 DARDO, sepasang tabung torpedo, dan empat peluncur rudal permukaan-ke-permukaan (surface-to-surface missile). Ia sempat menjadi kapal komando Marina Militare (AL Italia) hingga digantikan kapal induk Cavour (26.000 ton) pada 2009.
Giuseppe Garibaldi sudah dipensiunkan Italia pada 2024. Tapi Fincantieri menawarkannya kembali kepada Indonesia sejak Juni 2025.
“Giuseppe Garibaldi dalam kondisi bagus dan masih punya masa operasional yang laik sekitar 15-20 tahun. Kapalnya bisa dialihkan mengikuti proses refit sesuai permintaan spesifik AL Indonesia,” ujar direktur unit bisnis pemasaran maritim Fincantieri, Mauro Manzini, dilansir Naval News, 21 Juni 2025.
Tiga Giuseppe Garibaldi
Terlepas dari keunggulan spesifikasinya, kapal induk tersebut adalah kapal perang keempat Italia yang pernah menyandang nama Giuseppe Garibaldi/Garibaldi. Sebelumnya, ada tiga kapal perang lain dengan nama serupa ketika AL Italia masih disebut Regia Marina (1861-1946).
Giuseppe Garibaldi sendiri bersama pasukan Camicie Rosse-nya (Pasukan Berseragam Merah) adalah nama salah satu aktor krusial dalam revolusi Risorgimento atau unifikasi Kerajaan Italia (1848-1871). Jenderal Garibaldi tokoh nasionalis yang juga satu dari empat “Bapak Bangsa Italia” selain Count Camillo Benso di Cavour, aktivis nasionalis Giuseppe Mazzini, dan Raja Vittorio Emanuele II.
“Ia tokoh penting dalam Risorgimento untuk menyatukan Semenanjung Italia menjadi satu negara. Pasukan Merah Garibaldi yang berisi sukarelawan yang berdedikasi bertempur gagah berani untuk menyatukan Italia, menjadi inspirasi dan dikagumi di seluruh negeri. Semua pertempuran dan kemenangan mereka menjadi pembakar semangat rakyat Italia untuk terbebas dari dominasi asing dan mendirikan sebuah negeri yang merdeka,” tulis Pasquale De Marco dalam Revolutionary Fire: Echoes of Change in 19th-Century Europe.
Maka untuk menghormatinya, kemudian nama sang jenderal diabadikan dalam beberapa kapal perang Regia Marina. Pertama, kapal penjelajah lapis baja ARA Garibaldi (6.840 ton), yang dibuat manufaktur kapal Gio. Ansaldo & C. pada 1895. ARA Garibaldi adalah satu dari 10 kapal penjelajah kelas Giuseppe Garibaldi rancangan aristek maritim Edoardo Masdea yang kemudian dibeli AL Argentina.
“Kapal yang menetapkan standar baru untuk penjelajah lapis baja berukuran medium itu mulai dibuat pada 1895 di Galangan Kapal Ansaldo, Genoa-Sestri Ponente. Masdea membuktikan bahwa konsep kapal penjelajah lapis baja tidak hanya terbatas untuk kapal-kapal perang besar. Saking menariknya desain buatan Edoardo Masdea itu sampai-sampai lima unitnya dijual ke AL asing, termasuk Garibaldi yang kemudian diakusisi Argentina,” ungkap Robert C. Stern dalam The Modern Cruiser: The Evolution of the Ships that Fought the Second World War.

ARA Garibaldi dan semua kapal kelas Giuseppe Garibaldi dibangun dengan dimensi panjang 106,3 meter dan lebar lambung 18,1 meter. Sepasang mesin uapnya mampu menghasilkan 13.000 tenaga kuda untuk melajukannya sampai kecepatan maksimum 20 knot (37 km/jam) dan jangkauan jelajah 6.000 mil laut (11.000 km).
ARA Garibaldi juga dilindungi lapisan baja setebal 80-150 milimeter di buritan hingga haluan, serta anjungan dan kubah meriam-meriamnya. Kapalnya juga dipersenjatai sepasang meriam 10 inci, 10 meriam 6 inci, enam 4,7 inci, 10 meriam Hotchkiss 2,2 inci, delapan pucuk senapan mesin Maxim 1,5 inci, serta empat tabung torpedo.
Ia mulai memperkuat armada Argentina pada Maret 1896 meski tak pernah terlibat pertempuran. Oleh Argentina, ARA Garibaldi lebih sering ditugaskan mengiringi misi-misi diplomasi hingga dipensiunkan pada 1934. Bangkainya dijual dua tahun berselang.
Kapal Garibaldi kedua adalah penjelajah Giuseppe Garibaldi (7.300 ton) yang kelasnya sama dengan ARA Garibaldi namun usianya lebih muda. Garibaldi ini dibangun sebagai kapal keenam pada 1898. Selain bobotnya lebih besar, Giuseppe Garibaldi sedikit lebih panjang, 111,8 meter, namun lebarnya sama dengan kapal sebelumnya.

Meski ditenagai mesin yang sama, yakni sepasang mesin uap dengan 24 ketel Niclausse, Giuseppe Garibaldi mampu berlayar dengan kecepatan 19 knot (35 km/jam) dan jangkauan jelajah 6.300 mil laut (10.200 km). Untuk perlindungannya, kapal yang diawaki maksimal 578 pelaut ini hanya mendapat tambahan lapisan baja setebal 38 milimeter di deknya. Persenjataannya sama dengan kapal-kapal yang lain. Bedanya hanya di nasib. Jika ARA Garibaldi dipensiunkan, Giuseppe Garibaldi sebagai bagian armada Regia Marina menemui ajalnya dalam peperangan.
Giuseppe Garibaldi di bawah pimpinan Laksamana Madya Paolo Thaon di Revel jadi kapal komando Divisi ke-4 Skadron ke-2 dalam Armada Mediterania Regia Marina dalam Perang Italia-Türkiye (1911-1912). Ia ikut membombardir kota pelabuhan Tripoli pada 3-4 Oktober 1911, lalu membombardir Beirut pada 24 Februari 1912 sekaligus menggempur kapal torpedo Ankara.
Dalam Perang Dunia I, saat Italia berpihak pada Sekutu pada Mei 1915, Giuseppe Garibaldi jadi kapal komando Divisi Penjelajah ke-5 di bawah pimpinan Laksamana Madya Eugenio Trifari. Namun seiring misi pembombardiran kota Ragusa (kini Dubrovnik, Kroasia) pada 17 Juli 1915 pagi, ia ternyata dibidik sebuah kapal selam AL Austria-Hungaria SM U-4. Menurut Zvonimir Freivogel dan John Jordan dalam The Loss of the Giuseppe Garibaldi Warship, hanya butuh satu tembakan torpedo SM U-4 untuk merobek lambung Giuseppe Garibaldi dan mengaramkannya dalam hitungan menit. Sebanyak 525 pelautnya masih diselamatkan tiga kapal perusak Italia lain meski 53 lainnya ikut tewas ke dasar laut.
Kapal Garibaldi ketiga adalah penjelajah ringan Giuseppe Garibaldi (11.735 ton) keluaran galangan kapal Cantieri Riuniti dell’Adriatico yang dibangun pada 1933. Kapal dari kelas-Duca degli Abruzzi ini, menurut Angus Konstam dalam British/Commonwealth Cruiser vs Italian Cruiser: The Mediterranean 1940-43, adalah desain baru untuk menjawab kapal-kapal penjelajah cepat Prancis kelas-La Galissonie.
“Programnya disetujui Regia Marina pada 1932-1933 untuk membuat kapal penjelajah ringan yang lebih besar dan pertahanannya lebih baik dari pendahulunya (kapal-kapal kelas-Condottiere). Hasilnya adalah desain (kapal) penjelajah yang cukup seimbang dalam persenjataan dan perlindungan lapis bajanya,” ungkap Konstam.

Kapalnya berdimensi 187 meter dan lebar lambung 18,9 meter itu bisa mengarungi ombak segara Mediterania dengan kecepatan maksimal 34 knot (63 km/jam) dengan ditenagai dua mesin uap yang disuplai dari delapan ketel uap Yarrow sehingga bisa menghasilkan 100.000 hp. Sebagai kapal dengan perlindungan yang baik, Giuseppe Garibaldi diselimuti lapisan baja antara 30-135 milimeter di dek utama dan dek atas, sisi dalam dan luar badan kapal, hingga kubah-kubah meriamnya.
Sebagai kapal perang, Giuseppe Garibaldi diperkuat 10 meriam 6 inci, masing-masing delapan meriam 4 inci dan 1,5 inci, serta selusin senapan mesin 13,2 mm. Tak lupa enam peluncur torpedo dan dua mortir anti-kapal selam. Menariknya, kapal ini juga bisa “menggendong” empat pesawat jenis pesawat intai atau amfibi yang bisa diluncurkan dengan katapel khusus. Namun alat katapel itu rusak total ketika terkena tembakan kapal penjelajah Inggris HMS Neptune dalam Pertempuran Calabria (9 Juli 1940).
Selain itu Giuseppe Garibaldi di bawah nakhoda Kolonel (Laut) Stanislao Caraciotti sempat sukses ikut misi pengawalan konvoi Blok Poros di melalui perairan Malta menuju Libya pada Januari 1942, sebelum akhirnya Italia berganti pihak ke Sekutu sejak September 1943. Kapalnya sempat hendak dipensiunkan hingga akhirnya pasca-Perang Dunia II, diputuskan untuk dirombak menjadi kapal penjelajah misil berpandu.
Adalah galangan kapal La Spezia (kini Fincantieri) yang mengubahnya pada 1957 dan baru rampung pada 1961. Giuseppe Garibaldi pun diperkuat persenjataan terbaru dengan sepasang meriam kembar Cannone da 135/45 OTO 5,3 inci, delapan meriam Oto Melara 62mm, empat peluncur misil UGM-27 Polaris, serta sepucuk peluncur kembar misil RIM-2 Terrier. Tak ketinggalan dipercanggih empat radar pengintaian dan dua radar pelacak elektronik.
Kendati demikian, Giuseppe Garibaldi sekadar jadi line-up di armada Marina Militare untuk pertahanan tanpa catatan operasional lain hingga kemudian dipensiunkan pada 1971. Baru kemudian pada 1980-an, penggunaan nama “Giuseppe Garibaldi” dilanjutkan kapal induk sebagaimana yang diuraikan di atas.













Komentar