top of page

Sejarah Indonesia

Gocekan Okudera Yang Membuka

Gocekan Okudera yang Membuka Jalan

Pesepakbola pertama asal Asia yang membuka jalan ke gelanggang sepakbola Jerman. Pernah hattrick mengoyak gawang Indonesia.

27 Agustus 2025

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Yasuhiko Okudera (kiri) kala merumput di Bundesliga bersama Werder Bremen (werder.de)

Diperbarui: 9 Okt

PEMAIN naturalisasi Kevin Diks Bakarbessy mengukir debut bersejarahnya bersama Borussia Mönchengladbach akhir pekan lalu. Bek berdarah Maluku yang sudah mengambil sumpah sebagai warga negara Indonesia pada November 2024 itu mencatatkan diri jadi pemain Indonesia pertama yang merumput di Bundesliga. Ia juga meneruskan tradisi pemain asal Asia yang meramaikan sepakbola Jerman sejak 1970-an yang dirintis bintang legendaris asal Jepang Yasuhiko Okudera dan Cha Bum-kun asal Korea Selatan. 

 

Diks resmi berkarier di Mönchengladbach setelah hijrah dari klub Denmark, FC København. Diks melakoni debutnya sebagai pemain pengganti ketika Mönchengladbach menjamu Hamburg SV Minggu (24/8/2025) lalu. Kedua tim bermain imbang tanpa gol di partai pembuka musim 2025/2026 itu. 

 

“Hasil (imbang 0-0) yang tak kami inginkan. Kami mengambil semua hikmah positif, terus bekerja keras, dan fokus untuk pekan depan. Bangga jadi pemain Indonesia pertama di Bundesliga, terima kasih atas semua dukungan Anda di rumah dan di tribun,” ungkap Diks di akun Instagramnya, @kevindiks2

 

Meski menjadi salah satu liga teratas di Eropa, Bundesliga terbilang masih lebih “muda” dari liga-liga Eropa macam Inggris, Italia, maupun Spanyol. Sebelum 1963, kompetisi sepakbola di negeri yang waktu itu masih bernama Jerman Barat terbagi atas lima wilayah: Oberliga West, Oberliga Nord, Oberliga Südwest, Oberliga Süd, dan Oberliga Berlin. Para jawara lima wilayah itu kemudian diadu lagi dalam sebuah turnamen play-off, Deutsche Fußballmeisterschaft, untuk menentukan siapa kampiun utama Jerman Barat. 

 

Bundesliga sebagai kompetisi berformat liga “satu kesatuan” baru diperkenalkan pada musim 1963/1964 dan berkembang pesat pada dekade 1970-an seiring kedigdayaan Timnas Jerman Barat di Piala Eropa 1972 dan Piala Dunia 1974. Maka sepakbola Jerman dengan Bundesliganya jadi kiblat pemain-pemain Asia yang sepakbolanya juga baru berkembang. Okuderalah yang membuka jalannya. 

 

“Okudera menjadi pesepakbola profesional Jepang pertama di sepakbola Eropa bersama FC Köln pada 1977. Beberapa pemain lain kemudian mengikuti jejak Okudera dan bermain di Bundesliga, (seperti) Cha Bum-kun yang menjadi bintang bersama Eintracht Frankfurt FC. Ini menjadi titik balik sejarah sepakbola Asia. Para pemain Asia mulai menyadari bahwa mereka mampu berhasil dalam kariernya di liga profesional Eropa,” tulis Haruo Nogawa dan Hiroko Maeda dalam artikel “The Japanese Dream: Soccer Culture towards the New Millennium” yang termaktub dalam buku Football Cultures and Identities.


Kevin Diks debut di Bundesliga (IG @kevindiks2)
Kevin Diks debut di Bundesliga (IG @kevindiks2)

Dari Turnamen Merdeka ke Bundesliga

Namanya memang tak sebeken Hidetoshi Nakata, Shunsuke Nakamura, Shinji Kagawa, atau Takefusa Kubo. Namun di era 1970-an, Okudera merupakan winger kidal andalan timnas Jepang. Namanya juga jadi momok bagi tim PSSI Garuda ketika tampil di Turnamen Merdeka 1976. 

 

Lahir di Kazuno, Prefektur Akita pada 12 Maret 1952, Okudera sudah mulai menekuni sepakbola sembari sekolah di Institute of Technonogy High School, semacam sekolah teknik menengah (STM). Ia kemudian bekerja di perusahaan elektronik Furukawa Electric, yang “mewadahinya” terjun ke sepakbola pada 1970. Sebab, perusahaan itu juga membawahi sebuah tim, Furukawa Electric Soccer Club (FESC, kini JEF United Chiba), yang tampil di kompetisi amatir Japan Soccer League (JSL, cikal-bakal J.League). Saat itu, semua tim JSL dimiliki dan disponsori perusahaan-perusahaan besar Negeri Sakura. 

 

“JSL dimulai pada 1965 dengan hanya delapan tim korporat pasca-Olimpiade Tokyo (1964). Ini menjadi titik balik raksasa perusahaan-perusahaan Jepang mulai melibatkan diri dalam organisasi olahraga dan mensponsori tim-tim olahraga sekaligus meningkatkan citra publik perusahaannya. Era di mana mulai disebut adanya kompetisi amatir korporat,” sambung Nogawa dan Maeda. 

 

Okudera pun tampil bersama FESC sebagai karyawan perusahaan Furukawa Electric sejak 1970. Dua tahun berselang, Okudera dipanggil ke timnas Jepang meski masih jarang mendapatkan menit bermain. 

 

Baru pada 1976, tepatnya ketika timnas Jepang ikut Turnamen Pestabola Merdeka, Okudera pun “menggila”. Sepanjang turnamen yang dihelat di Kuala Lumpur (29 Juli-22 Agustus 1976) itu, Okudera mencetak 7 gol. 

 

Pada laga pertama kontra India yang berkesudahan 5-1, Okudera turut menyumbang brace alias dwigol. Ketika bersua tim PSSI Garuda pada 10 Agustus 1976, Okudera bahkan mencetak hattrick. Jepang pun menggunduli Simson Rumah Pasal dkk. dengan skor telak, 6-0. 

 

“Jepang memetik kemenangan kedua mereka di turnamen Merdeka dengan kejayaan 6-0 atas Indonesia malam ini. Penyerang Jepang Okudera mencetak tiga gol, sementara tiga gol lainnya disumbangkan Komaeda (Mitsuru, 2 gol, red.) dan Kamamoto (Kunishige). Jepang sudah memimpin 2-0 di babak pertama dan meskipun Indonesia mengganti kiper namun tidak mengubah apapun. Okudera mencetak dua gol di 12 menit pertama dan yang ketiga datang di menit ke-23 ketika ia memperdaya dua bek dan melepaskan tembakan ke sudut gawang,” tulis suratkabar The Straits Times, 11 Agustus 1976. 

 

Dua gol lain masing-masing satu dicetaknya ketika Jepang ditahan imbang Thailand dan Malaysia dengan skor serupa: 2-2. Namun di partai pamungkas yang kembali menghadapi tuan rumah Malaysia, Okudera dkk. justru menyerah 0-2. 

 

Setahun berselang, bakatnya “terendus” pelatih 1. FC Köln, Hans ‘Hennes’ Weisweiler. Ketika itu, Okudera sudah tujuh musim berseragam FESC dengan 100 penampilan, 36 gol, dan aneka gelar seperti juara JSL dan Emperor’s Cup 1976 . Namun, saat itu pemain berpindah klub masih jadi hal tabu, terlebih mereka adalah karyawan di perusahaan yang menaungi timnya. 

 

“Transfer (pemain) antar tim dari satu perusahaan ke perusahaan lain dilarang kecuali perusahaan itu membubarkan timnya. Larangan ini sepertinya berakar seperti aturan tak tertulis bahwa karyawan mesti setia pada satu perusahaan sepanjang hidupnya. Berganti pekerjaan sangat tidak disarankan karena akan dianggap tidak loyal,” terang Nogawa dan Maeda. 

 

Ketertarikan Weisweiler itu merupakan suatu kebetulan. Bermula dari training camp yang dilakoni FESC di kota Köln pada musim panas 1977. Weisweiler pun kepincut talenta Okudera dan akhirnya menawarkan kontrak profesional untuk pindah ke tim yang ditukanginya, 1. FC Köln. 

 

Terlepas dari aturan tak tertulis di JSL, JFA selaku federasi sepakbola Jepang dan terutama FESC mengizinkan. FESC bahkan mempertahankan statusnya sebagai karyawan jika Okudera gagal dan ingin kembali ke Jepang. 

 

Maka, Okudera pun resmi jadi pemain Asia pertama di Bundesliga musim 1977/1978. Ia menjalani debutnya pada 22 Oktober 1977 ketika Köln bertandang ke markas MSV Duisburg dan skor akhir 2-1 untuk kemenangan tim tamu. 

 

Keputusan Weisweiler tak keliru. Sebagaimana di klub lamanya, Okudera sukses membantu Köln meraih double-winners di musim perdananya itu: merengkuh juara Bundesliga dan trofi DFB-Pokal. Okudera juga jadi pemain Asia pertama yang menorehkan gol di kompetisi Eropa ketika menyumbang sebutir gol melawan Nottingham Forest di semifinal leg pertama European Cup (kini UEFA Champions League) yang berkesudahan dengan skor 3-3. 

 

“Saya bermain untuk Köln selama 16 tahun (1972-1987), namun tiga tahun bersama Okudera (1977-1980) adalah yang terbaik dan mungkin yang paling sukses,” kenang eks-rekan setim yang kiper legendaris Jerman, Harald Anton ‘Toni’ Schumacher, dikutip Kicker, 12 Maret 2017. 

 

Setelah tiga tahun bersama Köln dengan 75 penampilan dan 15 gol, Okudera hengkang ke klub kasta Bundesliga 2, Hertha BSC, selama semusim pada 1980/1981. Musim berikutnya ia kembali ke level teratas bersama Werder Bremen yang juga promosi ke Bundesliga. Bersama Bremen, Okudera disulap jadi “manusia baru” karena pelatih Otto Rehhagel mengubah posisinya dari winger kiri menjadi bek. 

 

“Sebenarnya saya antusias dengan tawaran kontrak dari Bremen. Saya selalu melihat diri saya sebagai gelandang namun Rehhagel bilang bahwa ia berencana menjadikan saya bek kanan. Dan Rehhagel bilang bahwa timnya akan memainkan pertahanan zona. Tak pernah saya bayangkan bahwa saya harus belajar lagi karena semua orang (di masa itu) memainkan pertahanan man-to-man,” kenang Okudera dikutip laman resmi klub

 

Kendati begitu, Okudera mampu beradaptasi hingga acap jadi pilihan “King Otto” di tim utama sepanjang 1981-1986. Dengan catatan 159 penampilan dan 11 gol, Okudera setidaknya mampu membawa Die Werderaner tiga kali jadi runner-up Bundesliga (musim 1982-1983, 1984-1985, dan 1985-1986). 

 

Okudera pulang kampung ke Jepang pada musim panas 1986 setelah sembilan tahun sukses di Bundesliga. FESC kembali menerimanya sebagai pemain berlisensi khusus. Ia jadi pemain profesional Jepang pertama di JSL meski mengaku sempat kesulitan beradaptasi kembali di kompetisi amatir. 

 

“Saya bukan tipe pemain playmaker. Saya tipe pemain yang butuh rekan-rekan setim di sekeliling saya untuk meningkatkan permainan. Ketika rekan-rekan setim saya levelnya masih amatir, saya tak bisa memenuhi potensi di lapangan,” tukas Okudera yang akhirnya gantung sepatu pada 1988. 



Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Bertahan dari Hukuman IOC, Dulu dan Sekarang

Bertahan dari Hukuman IOC, Dulu dan Sekarang

Indonesia tegar menerima konsekuensi dari IOC gegara menolak visa atlet-atlet Israel di kejuaraan dunia senam. Bukan kali pertama.
Cape Verde, Si Hiu Biru yang Menggebrak Sejarah Piala Dunia

Cape Verde, Si Hiu Biru yang Menggebrak Sejarah Piala Dunia

Charles Darwin pernah mampir ke Cape Verde. Timnasnya lolos ke Piala Dunia tak semata karena naturalisasi dan barisan diaspora namun juga karena dedikasi dan kemauan berproses.
Perkara Naturalisasi Malaysia, Dulu dan Kini

Perkara Naturalisasi Malaysia, Dulu dan Kini

Bukan kali ini saja pemain naturalisasi “Harimau Malaya” bermasalah. Kala kali pertama saja juga dipermasalahkan FIFA.
Varia Maskot Piala Dunia

Varia Maskot Piala Dunia

Maskot Piala Dunia terilhami dari bermacam hal. Mulai fauna khas negeri tuan rumah hingga buah hingga keffiyeh terbang.
DNA Sepakbola dan Tinju Ricky Hatton

DNA Sepakbola dan Tinju Ricky Hatton

Penggemar Bruce Lee yang beralih dari lapangan hijau ke ring tinju. Legenda yang humble hingga dihormati Mayweather hingga Pacquiao.
bottom of page