top of page

Sejarah Indonesia

Jodoh Dono Ditunjukkan Jailangkung

Dono bertemu jodoh yang ditunjukkan jailangkung ketika perploncoan di UI.

23 Juli 2020
bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Dono bersama istri, Titi Kusumawardhani, dan tiga anaknya: Andika Aria Sena, Damar Canggih Wicaksono, dan Satrio Sarwo Trengginas. (Dok. Andika Aria Sena).

Jodoh ada di tangan Tuhan. Namun, manusia harus berusaha untuk mencarinya. Sehingga setiap orang punya cerita bagaimana mendapatkan pasangan hidupnya. Ceritanya ada yang biasa, berliku, bahkan luar biasa, seperti Dono yang jodohnya ditunjukkan jailangkung. Boleh percaya, boleh tidak, bebas saja.


Ketika duduk di bangku SMP, Wahyu Sardono, yang kemudian dikenal luas sebagai Dono, main jailangkung dengan adik, kakak, dan ibunya. Kakaknya menanyakan kepada jailangkung, siapa pacar Dono dan asalnya dari mana. Jailangkung itu menulis: Titi Kusumawardhani dari Madiun.


“Iya memang pernah main jailangkung ketika SMP dulu, kami rame-rame, ada kakak dan ibu saya. Yang lucu memang dikasih tahu calonnya dari Madiun namanya Titi,” kata Rani Toersilaningsih (65 tahun), adik Dono yang sekarang menjadi dosen FE UI, kepada Historia.id.


Akhirnya, Dono bertemu dengan jodoh yang ditunjukkan jailangkung itu: Titi Kusumawardhani yang biasa disapa Didiet.


Majalah Tempo, 17 November 1979, melaporkan, waktu itu, Dono, anggota Warung Kopi Prambors, berambut gondrong dan pakai celana pendek, membentak-bentak Didietyang diplonco ketika mau masuk jurusan Fakultas Ilmu-ilmu Sosial (FIS) UI pada 1974. Meski demikian, di akhir perploncoan, Didiet memilih Dono sebagai senior yang paling disukainya.


Dono dan Didiet kemudian menjalin kasih hingga ke jenjang pernikahan pada 13 November 1979. Dono mengatakan ingin punya dua anak saja, tapi ternyata dikaruniai tiga anak: Andika Aria Sena, Damar Canggih Wicaksono, dan Satrio Sarwo Trengginas.


“Tapi saya tak ingin anak saya jadi tentara,” kata Dono dikutip Tempo.


Benar saja, anak Dono tidak ada yang jadi tentara. Anak pertama menjadi broadcaster, anak kedua dosen bahkan pendidikan doktoralnya teknik nuklir, dan yang ketiga jurnalis.


Ketika ditanya, apakah akan terus melucu setelah menikah? “Hidup ini rasanya lebih enak dengan canda,” kata Dono yang saat itu menjadi asisten dosen di Departemen Sosiologi FIS UI.


Namun, mengapa dalam pesta pernikahannya, Dono tidak melucu. Dono punya jawaban jitu: “Saya ingin serius untuk sekali ini saja. Kalau saya harus melucu, lebih baik undangannya saya jual.”


Soal jodohnya itu, Tempo menyebut, Dono pernah diingatkan oleh ibunya yang meninggal tiga bulan sebelum pernikahan Dono. “Calon istrimu itu persis seperti yang dikatakan jailangkung dulu,” kata ibunya.


Menariknya, seorang pembaca bernama Jose Alves S. dari Kampung Poetete, Kabupaten Ermera, Timor Timur, mengirim surat menanyakan siapakah jailangkung itu:


“Pada Tempo, 17 November, Pokok & Tokoh tentang Wahjoe Sardono, dinyatakan bahwa memperoleh istri sesuai petunjuk jailangkung. Sebagai penduduk provinsi termuda RI, bolehkah kami tahu siapakah jailangkung itu? Dapatkah redaksi atau Wahjoe Sardono memberi penjelasan? Karena kemungkinan sama dengan keadaan di daerah kami, di mana agama Zentiu mengajarkan percaya pada batu/kayu.”


Redaksi menjawab: “Jailangkung adalah boneka sederhana yang bisa dibuat sendiri, yang dengan ‘mantra’ tertentu dianggap bisa menjawab berbagai pertanyaan gaib. (Dono boleh menambah. Kan kamu yang punya soal?).”


Barangkali di antara pembaca ada yang mau mencoba main jailangkung buat menanyakan siapa jodohnya.

Comentarios

Obtuvo 0 de 5 estrellas.
Aún no hay calificaciones

Agrega una calificación
Mayor Udara Soejono Sang Eksekutor Kartosoewirjo

Mayor Udara Soejono Sang Eksekutor Kartosoewirjo

Mayor Soejono disebut sebagai eksekutor imam DI/TII S.M. Kartosoewirjo. Dia kemudian dieksekusi mati karena terlibat G30S.
Bung Karno dan Sepakbola Indonesia

Bung Karno dan Sepakbola Indonesia

Meski punya pengalaman kurang menyenangkan di lapangan sepakbola di masa kolonial, Bung Karno peduli dengan sepakbola nasional. Dia memprakarsai pembangunan stadion utama, mulai dari Lapangan Ikada hingga Gelora Bung Karno.
Juragan Besi Tua Asal Manado

Juragan Besi Tua Asal Manado

Bekas tentara KNIL yang jadi pengusaha kopra dan besi tua ini sempat jadi bupati sebelum ikut gerilya bersama Permesta.
Perdebatan dalam Seminar Sejarah Nasional Pertama

Perdebatan dalam Seminar Sejarah Nasional Pertama

Seminar Sejarah Nasional pertama tidak hanya melibatkan para sejarawan, melainkan turut menggandeng akademisi dan cendekia berbagai disiplin ilmu serta unsur masyarakat. Jadi momentum terbitnya gagasan Indonesiasentris dalam penulisan sejarah nasional Indonesia.
Berlan Kampung Serdadu dan Anak Kolong

Berlan Kampung Serdadu dan Anak Kolong

Sedari dulu, Berlan adalah daerah militer. Di zaman KNIL, Jepang, ataupun Indonesia, tetap sama.
bottom of page