top of page

Sejarah Indonesia

Kebiasaan Tidur Siang di Masa Lalu

Orang Belanda di Hindia Belanda tidur siang setelah makan siang. Menghindari panasnya sinar matahari.

20 Februari 2023
bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Seorang pelaut Belanda sedang tertidur antara tahun 1890 dan 1900. (Tropenmuseum).

Panduan bagi wisatawan asing yang berkunjung ke Hindia Belanda, tak hanya berisi tentang kebiasaan dan tata cara mandi, tetapi juga membahas mengenai siesta atau istirahat selama beberapa jam setelah makan siang.


Menurut Achmad Sunjayadi dalam Pariwisata di Hindia Belanda (1891–1942) kebiasaan siesta menjadi bahasan menarik yang dicatat oleh para penulis catatan perjalanan, baik dari abad ke-19 maupun dari abad ke-20.


Iklim di Hindia Belanda yang panas dan lembap berbeda dengan iklim di Belanda. Oleh karena itu, orang-orang Belanda yang tinggal di Hindia Belanda memilih beristirahat sejenak setelah menyantap makan siang untuk menghindari sengatan matahari.



Kebiasaan siesta juga disarankan kepada para wisatawan asing yang mengunjungi Hindia Belanda. Tak hanya beristirahat sejenak, para tamu juga diimbau tak keluar hotel demi menghindari cuaca panas. Aktivitas baru dilanjutkan pada sore hari.


Dalam sebuah buku panduan berbahasa Inggris, terjemahan dari buku panduan berbahasa Belanda karya Bemmelen (1896), pada bagian Mode of Living diperkenalkan tata cara dan kebiasaan di Hindia Belanda mulai dari pagi hari.


“Bangunlah pukul 5.30 pagi, minum secangkir kopi, mandi, kenakan pakaian yang bahannya tipis, kemudian pergilah keluar dengan berjalan kaki atau naik kendaraan. Setelah melakukan berbagai kegiatan pada pagi hari, seperti berbelanja, berkunjung ke museum atau klub, maka pada siang hari pukul 13.00, saatnya rijsttafel, makan siang di hotel. Usai rijsttafel dilanjutkan dengan menikmati siesta dari pukul dua sampai pukul empat, atau setidaknya tetap berada di kamar, karena siapa pun, kecuali jika terpaksa, seharusnya tidak keluar berpanas-panasan di bawah matahari selama jam-jam terpanas siang hari,” tulis Bemmelen sebagaimana dikutip Achmad Sunjayadi.



Meski disarankan untuk menghindari matahari, tak sedikit pelancong yang justru berjalan-jalan keluar untuk mengamati orang-orang di Hindia Belanda.Salah satunya pelancong dari India, Jagat-Sit Singh, yang menulis dalam catatan perjalanannya bahwa suasana sepi terlihat setelah makan siang.“Setelah menikmati makan siang, hampir semua orang seperti lenyap, toko-toko dan kantor tutup,” tulisnya.


Pengamatan tak jauh berbeda diceritakan Kapten Fernand Bernard, seorang perwira Prancis yang singgah di Batavia pada awal abad ke-20. Setelah menyantap makan siang, ia tak beristirahat di hotel tetapi berjalan ke luar sambil mengamati orang-orang yang tidur di bawah pohon atau di beranda.


Pembahasan tentang siesta dalam catatan perjalanan para pelancong menjadi bukti bahwa tidur siang telah menjadi kebiasaan orang-orang di HindiaBelanda, khususnya orang-orang Eropa. Frances Gouda dalam Dutch Cultures Overseas: Praktik Kolonial di Hindia Belanda,1900–1942 menyebut bahwa iklim yang panas menjadikan kebiasaan tidur siang sangat diperlukan, tidak hanya untuk perempuan kulit putih yang tak bertenaga, tetapi juga untuk suami-suami, ayah, atau anak laki-laki mereka yang ambisius, yang secara rutin bekerja sejak pagi buta.



Menurut Threes Susilastuti dalam Batavia: Kisah Jakarta Tempo Doeloe, siesta atau tidur siang memang suatu kebiasaan umum di daerah beriklim panas. Bahkan,Ensiklopedi Jakarta: Culture & HeritageVolume 1menyebut siesta merupakan salah satu bagian dari gaya hidup indisch. “Mereka mengenal siesta atau tidur siang yang merupakan penyesuaian diri dengan keadaan iklim tropis.”


Oleh karena itu, bukan hal yang aneh bila para pria Eropa yang bekerja di luar rumah akan kembali ke kediaman mereka di siang hari untuk makan siang dan beristirahat hingga sore, lalu kembali melanjutkan kegiatan di luar rumah.


Bagi orang-orang Eropa yang memiliki banyak budak, biasanya ada budak yang khususmemiliki keahlian memijat.“Para tuan menyukai budak tukang pijat yang dapat memijat dengan ahli hingga mereka tertidur setelah makan siang ala Eropa,” tulis Susan Blackburn dalam Jakarta, Sejarah 400 Tahun.


Hingga kini, kebiasaanistirahat setelah makan siang masih dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Meski tak selalu tidur, beristirahat sejenak di kala siang membantu mengembalikan tenaga setelah beraktivitas sejak pagi.*

Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
Mayor Udara Soejono Sang Eksekutor Kartosoewirjo

Mayor Udara Soejono Sang Eksekutor Kartosoewirjo

Mayor Soejono disebut sebagai eksekutor imam DI/TII S.M. Kartosoewirjo. Dia kemudian dieksekusi mati karena terlibat G30S.
Bung Karno dan Sepakbola Indonesia

Bung Karno dan Sepakbola Indonesia

Meski punya pengalaman kurang menyenangkan di lapangan sepakbola di masa kolonial, Bung Karno peduli dengan sepakbola nasional. Dia memprakarsai pembangunan stadion utama, mulai dari Lapangan Ikada hingga Gelora Bung Karno.
Juragan Besi Tua Asal Manado

Juragan Besi Tua Asal Manado

Bekas tentara KNIL yang jadi pengusaha kopra dan besi tua ini sempat jadi bupati sebelum ikut gerilya bersama Permesta.
Perdebatan dalam Seminar Sejarah Nasional Pertama

Perdebatan dalam Seminar Sejarah Nasional Pertama

Seminar Sejarah Nasional pertama tidak hanya melibatkan para sejarawan, melainkan turut menggandeng akademisi dan cendekia berbagai disiplin ilmu serta unsur masyarakat. Jadi momentum terbitnya gagasan Indonesiasentris dalam penulisan sejarah nasional Indonesia.
Berlan Kampung Serdadu dan Anak Kolong

Berlan Kampung Serdadu dan Anak Kolong

Sedari dulu, Berlan adalah daerah militer. Di zaman KNIL, Jepang, ataupun Indonesia, tetap sama.
bottom of page