top of page

Sejarah Indonesia

Ketika Chairul Saleh Ogah Memijat Sukarno

Ketika Chairul Saleh Ogah Memijat Sukarno

Chairul Saleh ogah meniru Subandrio yang sukses mengambil hati Sukarno dengan memijat.

18 April 2020

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Kiri-kanan: A.H. Nasution, Chairul Saleh, J. Leimena, dan Subandrio. (nationaalarchief).

ZAKARIA RAIB, kepala Biro Industrialisasi di Departemen Perindustrian Dasar dan Pertambangan (Perdatam), pada suatu sore mengunjungi rumah sahabat sekaligus atasannya di Dep. Perdatam, Chairul Saleh. Sang tuan rumah terlihat lesu ketika Zakaria tiba. Zakaria pun langsung menanyakannya ke Johanna SM Saidah, istri Chairul.


“Ia lagi dongkol, lagi dikibulin si Pingji (kuping siji),” kata Zus Yo, sapaan akrab Johanna, menerangkan kepada Zakaria mengapa suaminya lesu, dikutip Irna HN Soewito dalam Chairul Saleh Tokoh Kontroversial.


Pingji yang disebut Zus Yo merupakan panggilan Chairul dan Yo untuk Subandrio, Wakil perdana menteri (Waperdam) I  sekaligus Menko Luar Negeri dan ketua Biro Pusat Intelijen. Hubungan Chairul dan Subandrio bak kucing dan tikus.


Bukan rahasia bila di era Demokrasi Terpimpin para pejabat saling sikut untuk mengambil hati Presiden Sukarno. Hasjim Ning, keponakan Bung Hatta berjuluk “Raja Mobil Indonesia” yang dekat dengan Sukarno maupun Chairul, tahu betul hal itu. Menurutnya, dalam otobiografi berjudul Pasang Surut Pengusaha Pejuang, “Dalam masyarakat lingkungan Istana terdapat serigala dan ular yang saling mengincar mangsa untuk disergap ramai-ramai atau difitnah.”


Fitnah itu pula yang sering dilontarkan Subandrio, yang dijuluki “Durno”, kepada Chairul. Menteri Penerangan di Kabinet Ali II Sudibyo menjadi saksinya. “Sangat saya sesalkan adalah sikap Subandrio yang menuduh Chairul Saleh sebagai orang yang termasuk dinasti ekonomi,” kata Sudibyo.


Posisi Chairul yang “basah” dalam kabinet membuat banyak orang iri. Namun bukan itu saja penyebab ketidaksukaan Subandrio kepadanya. “Aidit dan Subandrio memang mencurigai Chairul Saleh, mereka berdua tidak senang melihat Chairul terlalu dekat dengan Jenderal Achmad Yani,” tulis Irna. Angkatan Darat merupakan lawan politik BPI-nya Subandrio.


Sebelum Peristiwa 30 September meletus, Chairul sering berdebat sengit dengan Subandrio. Terlebih ketika isu “Dewan Jenderal” sudah memanasi perpolitikan nasional. Di suatu pagi, Subandrio bertamu ke rumah Chairul. Dia diterima lalu diajak sarapan bersama. Di meja makan itulah keduanya kembali berdebat panas.


Sikap Subandrio yang sering menuduh lawan-lawan politiknya untuk mengambil hati Sukarno itulah yang membuat Soeharto meminta bantuan Hasjim Ning agar membujuk Sukarno supaya mau memberi kepercayaan kepada Soeharto untuk memulihkan keamaanan yang kacau pasca-G 30 S. “Aku datang menemui kau, karena aku ingin Bung Karno diselamatkan dari pengaruh-pengaruh cecunguk di sekelilingnya,” kata Hasjim pada Chairul.


Ketika menemui presiden di Istana Bogor awal 1966, Hasjim, yang diutus Soeharto, terus terang mengutarakan kelicikan Subandrio. “Antara Bapak dan rakyat Bapak ada penyekatnya. Yaitu Subandrio. Di sekitar Subandrio ada lagi PKI. Apabila Bapak terus melindungi Subandrio dan PKI, rakyat akan kecewa kepada Bapak. Mereka akan berhadapan dengan Bapak akhirnya, karena Bapak ingin melindungi orang yang mereka benci.”


Sikap Subandrio yang suka menjilat itulah yang membuat Chairul dongkol ketika didatangi Zakaria di rumahnya.


“Gimana gue enggak dongkol. Udah capai-capai meyakinkan Babe (maksudnya Bung Karno) untuk lebih memperhatikan pembangunan ekonomi dan Babe setuju untuk ditimbang di sidang terbatas kabinet dan menggariskan kebijaksanaan, nyatanya pagi tadi Babe berbalik 180 derajat. Selidik punya selidik, ternyata tadi malam si Pingji datang ke istana, dengan alasan bahwa Babe sakit. Sambil memijit-mijit, si Pingji merubah pendirian Babe, yang kemudian menerima usulan si Pingji. Siapa yang enggak kesal dengan cara-cara ini,” kata Chairul menjelaskan pada Zakaria, dikutip Irna.


Pernyataan Chairul membuat Zakaria tertawa. Sambil berkelakar, Zakaria lalu menanyakan kenapa Chairul tak meniru apa yang dilakukan Subandrio.


“Gue bukan tipe tukang pijit seperti si Pingji,” kata Chairul.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
Anak Tawanan Itu Bernyanyi “Nina Bobo”

Anak Tawanan Itu Bernyanyi “Nina Bobo”

Sukses sebagai penyanyi di Belanda, Anneke Gronloh tak melupakan Indonesia sebagai tempatnya dilahirkan.
Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Film perdana Reza Rahadian, “Pangku”, tak sekadar merekam kehidupan remang-remang lewat fenomena kopi pangku. Sarat pesan humanis di dalamnya.
bottom of page