top of page

Sejarah Indonesia

Kisah Cinta

Kisah Cinta Margonda

Untuk mengenang tempat pertemuannya di organisasi JOP, Margonda dan Maemunah menamai anaknya dengan awalan nama organisasi itu.

22 Januari 2014

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Jopiatini, anak semata wayang Margonda dan Maemunah. (Wenri Wanhar/Historia).

Setelah Margonda gugur, Maemunah membesarkan buah hatinya yang bernama Jopiatini. Nama Jop diambil dari JOP (Jajasan Obor Pasoendan), salah satu anak organisasi Pagoejoeban Pasoendan yang berdiri pada 1914, di mana Margonda dan Maemunah kali pertama bertemu.  


“Kata ibu, nama Jopiatini diambil dari nama organisasi JOP, tempat ayah dan ibu pacaran dulu,” ujar Jopiatini kepada Historia. “Ibu sering bercerita kalau ayah saya itu orangnya periang dan pemberani. Karena itulah ibu jatuh cinta.”


Pada masa Hindia Belanda, Maemunah pernah belajar di Sekolah Kepandaian Putri di Kebon Sirih Jakarta. Setelah lulus, dia mengajar di sekolah yang diselenggarakan oleh JOP di Kuningan Jawa Barat.


Sedangkan Margonda pernah mengikuti pendidikan analysten cursus, yang diselenggarakan Indonesiche Chemische Vereniging. Kini, tempat kursus itu menjadi Balai Besar Industri Agro Bogor. Dia juga pernah ikut pelatihan penerbang cadangan di Luchtvaart Afdeeling, salah satu unit kemiliteran Belanda.


Margonda dan Maemunah menikah di Bogor pada 24 Juni 1943. Semenjak menikah mereka tinggal di rumah keluarga Maemunah di Bogor. Rumah itu selalu ramai oleh anak-anak JOP dan para pemuda Bogor.


“Dari cerita yang sering saya dengar, kawan-kawan ayah yang sering berkumpul di rumah antara lain Ahmad Tirtosudiro, Pak Adam, Ibrahim Adjie, Mintaredja, dan banyak lagi,” kenang Jopiatini.


Untuk menafkahi keluarga, Margonda bekerja di Departemen Jawatan Penyelidikan Pertanian Jepang. Setelah setahun menikah, mereka dikaruniai seorang anak perempuan, Jopiatini. Sepeninggal Margonda, Maemunah membesarkan Jopiatini sendiri dengan membuka tempat jahit “Modiste Tini.” Nama ini diambil dari panggilan Jopiatini: Tini.


“Waktu saya masih kecil, di zaman Bung Karno, ibu mendapat order menjahit pakaian orang-orang di Istana Bogor,” tutur Jopiatini. “Yang saya ingat, orang Istana Bogor yang sering menjahit baju di tempat ibu saya, Ibu Hartini istri Bung Karno dan istrinya Pak Sabur (komandan) Tjakrabirawa.”


Selain itu, menurut Jopiatini, Jaka Bimbo yang kelak menjadi penyanyi terkenal juga menjahit baju di tempat ibunya. Dengan usaha itu, Maemunah dapat menyekolahkan Jopiatini hingga perguruan tinggi.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Sopir Pernah Jadi Pekerjaan Mentereng

Sopir Pernah Jadi Pekerjaan Mentereng

Waktu jumlah mobil masih sedikit, sopir pekerjaan langka. Gajinya tergolong tinggi dan berprestise.
Cerita di Balik Pembangunan World Trade Center

Cerita di Balik Pembangunan World Trade Center

Rencana pembangunan World Trade Center muncul sebelum Perang Dunia II, tetapi baru terlaksana pada 1960-an. Menara kembar di kompleks ini dua kali mendapat serangan.
Gedung Grahadi Dulu dan Kini

Gedung Grahadi Dulu dan Kini

Bermula dari “tuinhuis” yang dibikin pejabat VOC di tepi sungai. Gedung Grahadi bertahan lebih dari dua abad hingga jadi sasaran pembakaran.
Minuman Keras Champarade dari Tjampoer Adoek

Minuman Keras Champarade dari Tjampoer Adoek

Champarade adalah minuman keras yang disajikan di kedai minuman atau penginapan di Batavia. Mirip nama champagne, nama minuman ini berasal dari bahasa Melayu, Tjampoer adoek.
Pekerjaan Pembawa Obor

Pekerjaan Pembawa Obor

Minimnya penerangan jalan melahirkan pekerjaan unik yaitu pembawa obor. Pekerjaan ini dilakukan oleh anak-anak laki-laki dan disebut link-boy.
bottom of page