- Ahmad Makki
- 26 Agu 2011
- 3 menit membaca
Diperbarui: 16 jam yang lalu
DENGAN sepatu botnya ia melangkah di tanah yang dirembesi air laut. Sambil berbincang, sesaat ia menunjuk pelataran luas yang dijejali ratusan nisan kayu berbentuk salib, lalu menyentuh pundak kawan bicaranya yang telah lewat paruh baya. Ia, Peter Steenmeijer (Oorlogsgraven-Stichting, Jakarta), bercerita tentang ratusan orang yang mati, sebagian besar disembelih, semasa pendudukan Jepang di Indonesia. “Prajurit Australia, Inggris, dan Belanda terkubur di sini,” ujarnya.
Ratusan nisan di Ancol itulah kubur mereka, pengingat kisah-kisah pedih yang telah lewat puluhan tahun.
Ingin membaca lebih lanjut?
Langgani historia.id untuk terus membaca postingan eksklusif ini.












