- Fernando Randy
- 22 Des 2019
- 2 menit membaca
Berbicara tentang Prancis tak akan bisa lepas dari kota Paris. Kota ini memberikan kesan kuat bagi para pelancong. Musik, kultur, seni, dan sepakbola bersatu di kota ini. Suasana kotanya romantis. Banyak pasangan ucap janji setia di menara Eiffel, Sungai Seine, dan Jembatan Ponts de Art. Sudut lain kotanya tak kalah ciamik. Bangunan bersejarah berlimpah. Salah satu bangunan bersejarah itu Gereja Sacrè-Coeur. Letaknya di Montmartre, daerah berbukit di pinggiran utara kota Paris. Saya harus melalui berbagai jalan sempit untuk menuju Sacrè-Coeur. Kanan dan kiri jalan sempit itu sesak oleh berbagai kafe untuk minum kopi, makan, dan menenggak wine.

Setelah melewati jalan sempit, saya bertemu ratusan anak tangga dan harus menapakinya pelan-pelan. Cukup melelahkan. Tapi ketika sampai di puncak bukit, lelah itu sirna. Pemandangan Paris terhampar jelas. Gereja Sacrè-Coeur berdiri dengan megah di atas ketinggian 130 meter.

Sacrè-Coeur berusia lebih dari satu abad. Pembangunannya dimulai pada 1875. Tak lama setelah kekalahan Prancis dari Prusia pada 1871 dan revolusi Komune Paris pada tahun yang sama. Dua peristiwa ini begitu memukul orang Katolik Prancis. Mereka merasa peristiwa itu muncul tersebab dosa-dosa keseharian mereka. Sebagai bentuk pertobatan, mereka berikhtiar mendirikan sebuah gereja dan meminta Paul Abadie, seorang arsitek, untuk merancangnya.

Pembangunan Sacrè-Coeur selesai pada 1914. Kemudian gereja ini dikuduskan pada 1919, setelah Perang Dunia I berakhir. Kekhasan Sacrè-Coeur terletak pada pemilihan warnanya. Semuanya putih bersih. Simbolisasi dari arti namanya, Hati Suci. Warna putih dihasilkan dari penggunaan batu Château-Landon. Batu ini mengeluarkan zat kapur yang berfungsi sebagai pemutih alami dan sanggup bertahan lama sehingga membuat gereja ini terlihat putih bersinar.

Saat memasuki gerbang Sacrè-Coeur, saya dapat merasakan kekuatan arsitekturnya. Situasi di sana memang ramai, tapi nuansa ketenangan begitu kuat. Ramai di luar gereja, damai di dalam hati. Di dalam gereja tinggi menjulang itu terdapat berbagai patung tokoh umat Kristiani. Selain itu juga tersua lukisan dinding yang sangat indah berupa Yesus terbang. Menambah kuat kesan spiritual selama berada di Sacrè-Couer.


Sacrè-Coeur terbuka luas untuk semua penganut agama. “Wisatawan dari semua negara, dari agama apapun, bebas masuk ke dalam sini. Yang terpenting adalah sopan dan saling menghargai, karena ini adalah tempat ibadah,” ujar Adrien Rene (34), salah satu penjaga gereja.

Setelah menyelami kedalaman arsitektur Sacrè-Coeur, saya keluar gereja dan melihat berbagai atraksi kreatif para seniman Paris di sekitar gereja. Dari pemusik, pelukis jalanan, hingga pesulap. Mereka menggantungkan hidup pada gereja dan berharap berkatnya selalu terlimpah kepada mereka.

Jules (25), seorang wanita pesulap di sekitar Sacrè-Coeur, mengatakan bahwa dia belum lama menggelar pertunjukan di sekitar gereja. "Namun Sacrè-Coeur selalu memberikan berkat melimpah kepada saya dalam setiap kepingan euro wisatawan."











Komentar