top of page

Sejarah Indonesia

Liangan Bukan Permukiman Gersang

Liangan Bukan Permukiman Gersang

Situs Liangan tak ubahnya tanah lapang yang kosong kecuali struktur batu-batu kuno yang menyembul di sana-sini. Liangan dulunya tidak gersang.

10 Oktober 2024

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Candi di situs Liangan di lereng Gunung Sindoro di Temanggung, Jawa Tengah. (Risa Herdahita Putri/Historia.ID).

SITUS Liangan seakan menyeruak di tengah lahan pertanian yang hijau di Dusun Liangan, Purbosari, Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah. Tanah bekas galian terlihat di mana-mana. Situs itu tak ubahnya tanah lapang yang kosong, kecuali struktur batu-batu kuno yang menyembul di sana-sini.


Padahal, penelitian arkeologi menunjukkan permukiman Liangan kuno itu dulunya indah, rimbun, dan dihiasi bermacam tanaman. Pada 2015, tim Balai Arkeologi (Balar) Yogyakarta menemukan kembali jejak-jejak pepohonan dan sisa-sisa lahan pertanian Liangan masa lalu.


Berdasarkan sampel sisa serbuk sari (pollen) yang dikumpulkan dari beberapa tempat, tampaknya masyarakat kala itu telah menata permukimannya sedemikian rupa. Di pinggiran jalan batu yang kini membelah permukiman, terdapat jejak pohon pinus. Di sekitaran bangunan candi dan batur ditemukan jejak bunga kantil dan pohon jambu.


“Bisa dibayangkan Liangan dulunya tidak segersang itu,” ujar Sugeng Riyanto, ketua Tim Peneliti Situs Liangan dari Balar Yogyakarta.



Temuan bulir padi yang telah menjadi arang. (Risa Herdahita Putri/Historia.ID).
Temuan bulir padi yang telah menjadi arang. (Risa Herdahita Putri/Historia.ID).

Tak jauh dari bangunan-bangunan itu ditemukan pula bekas lahan pertanian kuno. Bahkan, tim menemukan teknik pertanian yang tak jauh berbeda dengan saat ini. Lahan pertanian itu dibentuk seperti sistem bedengan di masa kini.


Mereka juga menemukan sisa bulir padi yang menjadi arang dan sisa-sisa jagung. “Memang jenis jagungnya beda dengan yang sekarang. Jagung ini ditemukan di bawah entong perunggu, ada di dalam dandang. Mungkin lagi diaduk-aduk,” lanjut Sungeng.


Tak cuma itu, pada 2016, Balar mendapati adanya indikasi saluran irigasi yang mengarah ke lahan pertanian kuno itu. Sementara ini mereka baru menemukan saluran sepanjang 10 m, dengan lebar 80 cm sampai 1 m.


“Nah kemudian di kanan-kirinya lagi dibuat gundukan seperti untuk menampung air. Di kanan-kiri gundukan diperkuat lagi dengan boulder. Di tengah gundukan itu kita temukan lubanglubang yang kami kira bekas tanaman kecil,” ujar Sugeng.*


Majalah Historia No. 34 Tahun III 2016

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Seputar Karnak, Kuil Paling Penting di Afrika Utara

Seputar Karnak, Kuil Paling Penting di Afrika Utara

Sudah sejak 150 tahun para arkeolog meneliti Karnak. Akan tetapi asal-usul dan evolusi kompleks kuil dari Peradaban Mesir Kuno itu baru terungkap belum lama ini.
Jalan Panjang Memulangkan Fosil "Manusia Jawa"

Jalan Panjang Memulangkan Fosil "Manusia Jawa"

Akhirnya Belanda serahkan koleksi Dubois. Tidak hanya fosil “Manusia Jawa” tapi juga 28 ribu temuan lain selama Dubois mengeksplorasi Sumatera hingga Jawa.
Ketika Ibukota Khmer Diserbu dan Dijarah Ayutthaya

Ketika Ibukota Khmer Diserbu dan Dijarah Ayutthaya

Konflik antara Kamboja dan Thailand punya sejarah panjang sejak era Khmer dan Ayutthaya yang berimbas pada kejatuhan Angkor.
Candi Preah Vihear dalam Pusaran Sengketa

Candi Preah Vihear dalam Pusaran Sengketa

Riwayat candi yang lebih tua dari Angkor Wat dan sezaman dengan Candi Borobudur. Sudah jadi situs warisan dunia namun melulu dipersengketakan Kamboja dan Thailand.
200 Tahun Perang Jawa: Nama Diponegoro Bakal Terus Hidup

200 Tahun Perang Jawa: Nama Diponegoro Bakal Terus Hidup

Setelah 200 tahun berlalu, Perang Jawa diperingati di Perpusnas RI dalam Pameran 200 Tahun Perang Jawa. Selain tulisan, pelana kuda dan keris Diponegoro turut dipamerkan.
bottom of page