- Martin Sitompul
- 3 Jun
- 3 menit membaca
Diperbarui: 3 Jun
GUA-gua di sebelah selatan Sulawesi banyak menyimpan temuan cadas atau lukisan gua yang merekam kehidupan manusia prasejarah. Salah satunya, gua kapur Leang Karampuang di Kawasan Maros-Pangkep. Pada langit-langit gua ditemukan lukisan tiga sosok mirip manusia yang sedang berinteraksi dengan babi hutan. Cadas tersebut diperkirakan berasal lebih dari 51.200 tahun lalu dan disebut-sebut yang tertua di dunia.
Cadas di gua kapur Leang Karampuang itu hanya salah satu dari sekian banyak temuan cadas di Indonesia. Meski demikian, tak mudah untuk menjangkaunya. Untuk mencapai gua kapur Leang Karampuang harus menempuh waktu berjam-jam dengan berjalan kaki. Belum lagi medan yang terjal ketika memasuki gua. Begitu pula dengan situs lain yang kebanyakan terletak di lokasi terpencil, gua tersembunyi, dan daerah pedalaman. Namun, akses informasi terhadap cadas prasejarah di Indonesia kini dipermudah lewat teknologi digitalisasi.
“Banyak sekali warisan budaya dan peradaban Indonesia yang didokumentasikan secara digital atas kerjasama dengan Google Arts & Culture, dan tim periset dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Kementerian Kebudayaan,” ungkap Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam acara “Peluncuran Platform Digital Gambar Cadas Prasejarah Google Arts & Culture dan BRIN” di Jakarta, 3 Juni 2025.
Menurut Profesor Ismunandar, staf ahli menteri kebudayaan, platform digital kolaborasi BRIN dengan Google Arts & Culture telah mendokumentasikan secara digital 100 gua di Indonesia yang ada gambar cadasnya. Sebanyak 24 di antaranya sudah street view atau virtual dan masih terus bertambah lagi. “Jadi kita seolah ada di sana tanpa perlu memanjat (gua),” terang Ismunandar.
Selain itu, Ismunandar juga menyebut platform digital ini sebagai upaya untuk melindungi berbagai cadas yang tersimpan di gua-gua yang tersebar di Indonesia. Temuan cadas membuktikan bahwa peradaban prasejarah di bumi Indonesia telah berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya. Itulah sebabnya konservasi dan preservasi situs-situs cadas menjadi penting guna mencegahnya hilang ditelan zaman atau rusak oleh ulah vandalisme manusia modern.
“Salah satu upaya konservasi kita,” imbuh Ismunandar, “tentu dengan digitalisasi.”
Gambar cadas sendiri merupakan gambar yang dibuat oleh manusia prasejarah pada permukaan batuan keras. Gambar-gambar itu ditunjukkan dalam bentuk lukisan, goresan, atau ukiran. Gambar cadas khas Indonesia terdiri dari stensil tangan, sosok manusia, binatang, perahu, dan garis geometris.
Situs seni cadas di Indonesia dapat ditemukan di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Sunda Kecil Timur, Maluku, dan Papua. Hingga kini, ada lebih dari 700 situs di gua-gua pedalaman, gua-gua pesisir, tebing pantai, pulau karst, dan monolit. Para arkeolog dan ilmuan Indonesia telah melakukan ekspedisi ke seluruh wilayah Indonesia secara ekstensif untuk mendokumentasikan, meneliti, dan melestarikan situs seni cadas.
Sejak 2021, BRIN bersama Google Arts & Culture, Griffith University, Kementerian Kebudayaan dan mitra kunci lainnya, termasuk pemerintah daerah mengembangkan platform daring Kanvas Purbakala komprehensif. Proyek digitalisasi ini berfokus pada pengalaman tur imersif 360 derajat di 24 situs gua signifikan yang dihiasi dengan gambar cadas prasejarah. Melalui Kanvas Purbakala, yang dapat diakses secara global melalui Google Arts & Culture, Indonesia mempresentasikan koleksi situs gambar cadas digital terbesar di dunia.
Dari proyek digitalisasi ini, menurut Arianne Santoso dari Google Indonesia, pihaknya ingin membuka jendela pengetahuan bagi audiensi global maupun nasional untuk melihat betapa pentingnya warisan prasejarah. Kendati sulit dijangkau dari segi geografis dan logistik, kini bisa diakses secara mudah ada dalam genggaman tangan. Dia juga menekankan pentingnya mendemokratisasi pengetahuan agar warisan tersebut bisa dinikmati lebih banyak khalayak.
“Kami juga menyadari bahwa digitalisasi situs-situs ini penting untuk pelestarian jangka panjang. Jadi, detil-detil (gambar) dengan resolusi yang luar biasa akan terekam dan terdokumentasikan untuk generasi-generasi berikutnya. Yang terakhir mengungkap narasi prasejarah yang luar biasa dan menyoroti signifikasini sejarah manusia,” papar Anne, Manajer Urusan Publik dan Pemerintah Google Indonesia.
Platform digital ini menampilkan lebih dari 30 cerita dan 500 imej situs-situs gambar cadas. Pengguna dapat menjelajahi banyak lokasi secara virtual, termasuk 16 situs di wilayah Maros-Pangkep, 2 di Bone, 5 di Muna, dan 1 di Sangkulirang, Kalimantan Timur. Dari gambar adegan berburu yang dramatis di Leang Bulu Sipong, Sulawesi hingga gambar cadas tebing yang terancam punah di Papua, situs-situs ini menyajikan potongan-potongan teka-teki penting untuk pemahaman tentang sejarah manusia zaman purbakala.
Comentarios