- Aryono
- 2 Sep 2024
- 4 menit membaca
Diperbarui: 14false45 GMT+0000 (Coordinated Universal Time)
SUATU sore, sekira 1960-an. Warga Magelang berkumpul di tepi jalan utama yang menghubungkan Magelang dan Yogyakarta sembari membunyikan kentongan dan apapun yang menimbulkan bunyi berisik. Sebagai anak kecil, Prapto Yuwono turut berbaur dalam kerumunan. Namun, herannya jalanan sedemikian sepi; tak ada yang lewat. Selang beberapa waktu, angin berhembus dari arah selatan.
Ingin membaca lebih lanjut?
Langgani historia.id untuk terus membaca postingan eksklusif ini.










