top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Menyibak Memori 60 Tahun Hubungan Vietnam-Indonesia

Sejak 1959, kedua negara sudah bersahabat erat. Menjadi momentum hubungan baik di masa mendatang

Oleh :
Historia
11 Nov 2019

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Potret pengunjung di depan foto Sukarno dan Ho Chi Minh (Fernando Randy/Historia)

SUASANA berbeda terlihat di Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) di Jalan Gajah Mada No 111 Kota Jakarta Pusat. Bendera Vietnam dan Indonesia terkembang di pintu masuk gedung bekas Lands Archief te Batavia ini.


Jumat (08/11/2019) telah dilangsungkan acara pembukaan pameran foto "60th Anniversary of President Ho Chi Minh's Visit to Indonesia and President Soekarno's Visit to Viet Nam". Acara tersebut terselenggara atas kerjasama Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Kedutaan Besar Vietnam di Indonesia, dan ANRI.


Pameran yang dibuka oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Wakil Menlu Vietnam Bui Thanh Son akan digelar selama dua minggu ke depan (8-22 November 2019). ANRI akan memamerkan koleksi foto-foto kunjungan perwakilan pemerintah Vietnam ke Indonesia, maupun sebaliknya. Termasuk kunjungan kenegaraan presiden pertama Vietnam Ho Chi Minh dan potret kedekatannya dengan presiden pertama RI Sukarno.


Pengunjung berfoto bersama patung Sukarno (Fernando Randy/Historia)
Pengunjung berfoto bersama patung Sukarno (Fernando Randy/Historia)

“Persahabatan tak bisa dibangun dalam satu malam,” kata Retno. “Dalam konteks ini, persahabatan pendiri negara kita Bung Karno dan Presiden Vietnam Bapak Ho Chi Minh punya arti strategis.”


Peringatan 60 tahun pada tema pameran foto ANRI ini ditentukan berdasarkan hubungan kedua negara yang terjalin sejak 1959, yakni saat lawatan Ho Chi Minh ke Indonesia pada 27 Februari - 3 Maret 1959, dan kunjungan Sukarno ke Vietnam pada 24 Juni - 9 Juli 1959.


Ketika berada di Indonesia ini, berdasarkan usul Sukarno dan persetujuan Muhammad Yamin, Paman Ho (sapaan akrab Ho Chi Minh) mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa di bidang Ilmu Hukum dan Ilmu Sejarah dari Universitas Padjadjaran, Bandung, pada 1 Maret 1959. Kedatangannya ke Bandung itu juga bersamaan dengan peresmian nama Institut Teknologi Bandung (ITB), yang semula bernama Universitas Indonesia Bandung.


SK Rektor untuk pemberian gelar Honoris Causa kepada Ho Chi Minh (Fernando Randy/Historia)
SK Rektor untuk pemberian gelar Honoris Causa kepada Ho Chi Minh (Fernando Randy/Historia)

Kunjungan Paman Ho ke Indonesia pun menjadi bukti dekatnya kekerabatan Republik Indonesia dengan Republik Demokratis Vietnam yang komunis. Para ahli juga meyakini keberadaan Ho Chi Minh itulah yang membuat komunis tumbuh subur di republik ini pada periode 1960-an. Menurut Ahli Politik Daniel Saul Lev, dalam The Tranistion to Guided Democracy: Indonesian Politics 1957-1959, Ho Chi Minh pernah menyarankan kepada Sukarno agar Partai Komunis Indonesia (PKI) diberi peran dalam pemerintahan, terutama untuk mengisi jabatan-jabatan strategis di parlemen.


Keberadaan Ho Chi Minh di Indonesia, saat negaranya dilanda perang melawan pengaruh Barat, merupakan bagian dari usaha pemimpin Vietnam itu untuk menjaga keamanan di negerinya. Dia berusaha meminta bantuan negara-negara sahabatnya, terutama Indonesia, dalam penyelesaian perang di Vietnam.


Potret Ho Chi Minh (Fernando Randy/Historia)
Potret Ho Chi Minh (Fernando Randy/Historia)

Sementara itu, Wamenlu Bui Thanh Son memberikan apresiasi yang tinggi atas kehangatan sikap Indonesia terhadap Vietnam. Bahkan sejak Vietnam masih memperjuangkan kemerdekaan di negerinya. “Bung Karno memainkan peran penting dalam mempromosikan kemerdekaan di negara Asia dan Afrika, termasuk Vietnam. Melalui semangat Konferensi Asia-Afrika tahun 1955,” ucapnya.


Dalam lawatan singkatnya di Indonesia dahulu, Ho Chi Minh mendapat sambutan yang baik dari pemerintah, maupun rakyat Indonesia. Dalam pameran foto ini ditampilkan banyak potret kedekatan Paman Ho dengan rakyat Indonesia. Dia terlihat banyak melempar senyum. Ho Chi Minh pun terkenal mudah berkomunikasi karena dia seorang poliglot, yang menguasai bahasa Inggris, Prancis, Rusia, Jerman, Jepang, dan China. Dan umumnya Paman Ho menggunakan bahasa Inggris saat berbincang.


Pengunjung di antara foto-foto kunjungan Ho Chi Minh di Indonesia (Fernando Randy/Historia)
Pengunjung di antara foto-foto kunjungan Ho Chi Minh di Indonesia (Fernando Randy/Historia)

Menurut Ketua Asosiasi Persahabatan Indonesia-Vietnam Nguyen Xuan Phuc, kunjungan Ho Chi Minh ke Indonesia mengandung arti penting bagi kedua negara. Maka momentum hubungan 60 tahun ini merupakan kabar baik bagi hubungan Indonesa-Vietnam ke depannya. Kerja sama kedua negara akan terbuka lebih lebar guna memberikan kesempatan baik untuk semuanya.


Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang turut berjuang dalam Perang Kemerdekaan dan mendirikan pasukan khusus TNI AD. Mantan atasan Soeharto ini menolak disebut pahlawan karena gelar pahlawan disalahgunakan untuk kepentingan dan pencitraan.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
Prajurit Keraton Ikut PKI

Prajurit Keraton Ikut PKI

Dua anggota legiun Mangkunegaran ikut serta gerakan anti-Belanda. Berujung pembuangan.
bottom of page