top of page

Sejarah Indonesia

Mula Restoranall You Can Eat

Mula Restoran All You Can Eat

Konsep makan buffet diyakini berasal dari smörgåsbord, tradisi kuliner orang Swedia. Restoran di sebuah kasino kemudian mempopulerkan buffet all you can eat.

29 Mei 2023

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Hidangan smörgåsbord. (Magnus Fröderberg/Wikimedia Commons).

TEMPAT makan yang menyajikan konsep buffet all you can eat menjamur di kota-kota besar di Indonesia. Tak hanya menyasar masyarakat menengah ke atas, restoran dengan konsep makan sepuasnya ini juga menawarkan paket harga ekonomis agar terjangkau konsumen dari berbagai lapisan.


Restoran dengan konsep buffet all you can eat mulai populer di Amerika Serikat pada 1950-an. Jauh sebelum itu, dalam The SAGE Encyclopedia of Food Issues disebutkan bahwa konsep tersebut diperkirakan berasal dari smörgåsbordyang dikenal sebagai warisan kuliner orang Swedia sejak abad ke-16. Konsep makan buffet ini mulai mencuri perhatian di wilayah Eropa pada abad ke-19 seiring perkembangan sistem kereta api.


Tak berhenti di Eropa, konsep buffet all you can eat kemudian merambah wilayah Amerika Serikat. Menurut Andrew F. Smith, penulis dan pengajar sejarah kuliner, dalam Food and Drink in American History<3 volumes>: A “Full Course” Encyclopedia, orang-orang Skandinavia yang tiba dan menetap di Negeri Paman Sam sejak abad ke-17 berperan besar dalam mengenalkan smörgåsbord ke Amerika Serikat.


“Salah satu warisan kuliner yang dibawa oleh orang-orang Skandinavia ini adalah smörgåsbord yakni sebuah tradisi mengisi meja dengan berbagai hidangan pembuka atau appetizer di mana orang-orang dapat sepuasnya mengambil makanan yang mereka sukai,” tulis Smith.



Senada dengan Smith, Justine J. Reel,profesor di College of Health and Human ServicesUniversity of North Carolina di Wilmington, dalam Filling Up: The Psychology of Eating menyebut smörgåsbord diyakini diperkenalkan ke Amerika Serikat pada 1930-an oleh orang Swedia di New York. Smörgåsbord ditampilkan di Pameran Dunia New York 1939 untuk memamerkan berbagai makanan Swedia.Seiring berjalannya waktu konsep buffet all you can eatkemudian berkembang dan tak hanya menjadi tradisi orang-orang Swedia di Amerika Serikat.


“Gaya penyajian makanan prasmanan ini dapat ditemukan di kafetaria sekolah dan asrama serta restoran. Format ini juga dapat ditemukan di institusi militer dan penjara,” sebut Reel.

Sementara itu, konsep buffet all you can eat dalam bentuknya saat ini kemungkinan berasal dari restoran di sebuah kasino di Las Vegas pada 1950-an. Restoran itu menyediakan beragam makanan dengan jumlah staf yang sedikit, sehingga pengunjung bebas memilih dan mengambil makanan yang ingin dinikmati.


“Gaya prasmanan ‘makan sepuasnya’ ini diperkenalkan pada 1956 oleh pengusaha Las Vegas, Herbert McDonald, sebagai lambang kemewahan dengan hiasan patung es, aneka pilihan daging, serta beragam hidangan makanan laut yang mahal,” tambah Reel.



Kehadiran restoran dengan konsep buffet all you can eat dinilai menjadi daya tarik dan memiliki manfaat tambahan untuk menjaga pengunjung tetap “menghabiskan uangnya” di dalam gedung kasino. Oleh karena itu, tak heran bila kasino Las Vegas masih menjadi pilihan untuk menikmati pengalaman makan buffet all you can eat.


Popularitas konsep buffet all you can eat mendorong para pengusaha restoranmenawarkan berbagai pilihan agar dapat menarik minat konsumen,seperti menawarkan prasmanan dengan tema masakan tertentu, seperti makanan laut, Asia maupun Italia. Selain itu, ada pula restoran all you can eat yang menyediakan paket prasmanan untuk sarapan makan siang hingga makan malam. Biasanya prasmanan sarapan menyajikan berbagai masakan telur dengan hidangan tambahan seperti daging asap serta kentang. Sementara prasmanan makan siang mencakup berbagai sandwich dan salad bersama beberapa pilihan makanan penutup. Sedangkan prasmanan makan malam cenderung lebih mewah dengan lebih banyak pilihan daging dan hidangan utama.



Konsep buffet all you can eat tak hanya populer di Amerika Serikat tetapi juga di berbagai negara seperti Indonesia. Menurut praktisi dan penulis kuliner, Kevindra Soemantri dalam Jakarta A Dining History, konsep makanan buffet atau prasmanan kerap disajikan di sejumlah restoran yang ada di hotel-hotel ibu kota pada 1960-an, salah satunya Restoran Ramayana di Hotel Indonesia. Menu buffet di Restoran Ramayana hanya tersedia untuk dinner service setiap pukul 19.00 hingga 23.00 WIB.


Memasuki tahun 1970-an, konsep prasmanan tak hanya tersedia di restoran hotel berbintang. Kevindra menyebut sebuah restoran yang menyempil di antara Hotel Indonesia dan Hotel Kartika Plaza menjadi restoran pertama di ibukota yang menyajikan buffet all you can eat di luar hotel berbintang. Nama restoran itu adalah Vic’s Viking. “Restoran Vic’s Viking tidak tanggung-tanggung menyiapkan lebih dari 50 makanan, mulai masakan Asia hingga Kontinental (Eropa),” tulis Kevindra.



Menyusul Vic’s Viking, pada 1980-an restoran dengan konsep all you can eat lainnya mulai meramaikan bisnis restoran di Jakarta. Salah satunya adalah Hanamasa yang dikenal sebagai restoran prasmanan Jepang pertama di Indonesia. Restoran all you can eat yang berlokasi di Jalan Mahakam ini mulai beroperasi pada 1987 dengan menggandeng William Wongso, pakar kuliner terkemuka, sebagai penanggungjawab operasional restoran tersebut.


Kini restoran berkonsep all you can eat semakin populer di Indonesia. Tak hanya menawarkan pengalaman makan sepuasnya, di sejumlah restoran all you can eat pun pengunjung dapat memasak sendiri makanan yang dipilih di kompor kecil yang telah disediakan di masing-masing meja makan. Dengan demikian, menyantap makanan tak lagi sekadar mengisi perut hingga kenyang, tetapi juga menjadi tempat bersosialisasi dan berkumpul bersama keluarga atau teman dalam berbagai kesempatan.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
Anak Tawanan Itu Bernyanyi “Nina Bobo”

Anak Tawanan Itu Bernyanyi “Nina Bobo”

Sukses sebagai penyanyi di Belanda, Anneke Gronloh tak melupakan Indonesia sebagai tempatnya dilahirkan.
Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Film perdana Reza Rahadian, “Pangku”, tak sekadar merekam kehidupan remang-remang lewat fenomena kopi pangku. Sarat pesan humanis di dalamnya.
bottom of page