top of page

Sejarah Indonesia

Nasib Pelukis Kesayangan Sukarno Setelah 1965

Peristiwa 1965 membuat seniman kiri ditangkap, dipenjara, bahkan dieksekusi mati. Sukarno berusaha menyelamatkannya.

Oleh :
3 Mei 2024
bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Lukisan berjudul "Tak Seorang Berniat Pulang, Walau Mati Menanti" karya pelukis Djoko Pekik dari Sanggar Bumi Tarung.

  • Aryono
  • 4 Mei 2024
  • 2 menit membaca

SEORANG lelaki berperawakan sedang, memakai baju ala gerilyawan dengan peci dimiringkan ke kanan. Tak ketinggalan, sang gerilyawan juga menyandang pistol di pinggang kanan dan sebilah keris di pinggang sisi kiri. Dia duduk di ujung depan mobil Buick.


Lukisan berjudul Pejuang itu karya Trubus Sudarsono tahun 1949. Lukisan dibuat dengan bahan cat minyak di atas kain, berdimensi 95,5 cm x 77,5 cm. Lukisan ini jadi koleksi istana yang dipamerkan pada Agustus 2018.


Trubus salah satu pelukis dan pematung kesayangan Presiden Sukarno. Patung karyanya masih bisa dinikmati di belakang Istana Bogor. Patung bernama Denok ini menggambarkan seorang wanita dengan kepala menoleh ke kanan serta kedua tangan berada di paha kiri yang menjadi tumpuannya berjongkok.


Paca peristiwa G30S 1965, para seniman yang terkait dengan PKI dan dekat Sukarno, ditangkap, dipenjara, bahkan dieksekusi mati. Sukarno berusaha menyelamatkan mereka dengan mengirim surat agar mereka dibebaskan.


“Saat Trubus ditangkap lalu akan dieksekusi, Sukarno mendengarnya. Dia pun membuat surat pembebasan bagi Trubus, namun terlambat. Dia keburu ditembak tentara,” kata Mikke Susanto dalam peluncuran bukunya, Sukarno's Favourite Painters di gedung Masterpiece pada Jumat, (21/9/2018).


Trubus, yang tercatat sebagai anggota DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta dari PKI, dieksekusi di daerah Gunungkidul.


Selain seniman yang bergabung dengan Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) yang terkait PKI, seniman dari Sanggar Pelukis Rakyat, Sanggar Bumi Tarung, dan kelompok pelukis Tionghoa benama Yin Hua, juga berada dalam pengawasan tentara.


Salah satu surat Sukarno yang berhasil menyelamatkan seorang seniman ditujukan pada pelukis Djoko Pekik dari Sanggar Bumi Tarung.


“Dalam pengakuan Pak Djoko Pekik, bahwa dia selamat atas surat dari Sukarno. Ketika dia dipenjara di benteng Vredeburg, Yogyakarta, pasca 1965. Ini bukti, Sukarno sangat menyayangi pelukis,” kata Mikke.


Beberapa seniman kesayangan Sukarno yang masuk bui, seperti Hendra Gunawan, Amrus Natalsya, dan Tatang Ganar. Sementara sisanya, seperti Lee Man Fong pergi ke Cina dan Wen Peor ke Hongkong.


“Lim Wasim tetap dipekerjakan di istana sampai tahun 1967, lalu keluar dari situ. Ia bersembunyi dan menyamar sebagai penjual roti, membuka toko roti kecil-kecilan. Lalu ketika melukis memakai nama samaran,” ujar Agus Dermawan T.*

Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
Bung Karno dan Sepakbola Indonesia

Bung Karno dan Sepakbola Indonesia

Meski punya pengalaman kurang menyenangkan di lapangan sepakbola di masa kolonial, Bung Karno peduli dengan sepakbola nasional. Dia memprakarsai pembangunan stadion utama, mulai dari Lapangan Ikada hingga Gelora Bung Karno.
Juragan Besi Tua Asal Manado

Juragan Besi Tua Asal Manado

Bekas tentara KNIL yang jadi pengusaha kopra dan besi tua ini sempat jadi bupati sebelum ikut gerilya bersama Permesta.
Sinong Kurir Kahar Muzakkar

Sinong Kurir Kahar Muzakkar

Terlihat seperti bocah, lelaki berusia 28 tahun ini memberi informasi berharga tentang "dalaman" Kahar Muzakkar kepada TNI.
Misteri Sulap

Misteri Sulap

Berusia setua peradaban manusia, sulap pernah bersanding dengan sihir. Sulap modern masuk pada masa kolonial Belanda. Pesulap Indonesia umumnya keturunan Tionghoa.
Spesialis Pencabut Nyawa

Spesialis Pencabut Nyawa

Dibentuk sebagai alat pemukul dan mesin pembunuh, Korps Pasukan Khusus (KST) Belanda melakukan aksi-aksi brutal.
bottom of page