top of page

Sejarah Indonesia

Papa T Bob Pencipta Lagu Anak Generasi 1990 An

Papa T. Bob, Pencipta Lagu Anak Generasi 1990-an

Dia menawarkan lagu rock, produser malah meminta lagu anak. Lagu-lagu anak ciptaannya laris di pasaran dan mengorbitkan penyanyi anak.

11 Juli 2020

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Kaset keluaran 1990-an berisi lagu anak-anak ciptaan Papa T. Bob.

Papa T. Bob, pencipta lagu anak-anak ternama era 1990-an, meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit pada Jum’at, 10 Juli 2020. Jenazahnya dimakamkan pada hari itu juga sore harinya di Tempat Pemakaman Umum Jurang Mangu Timur, Tangerang Selatan, Banten.


Selama dekade 1990-an, Papa T. Bob menciptakan banyak lagu anak-anak dan menjadi hits di radio serta televisi. Lagu-lagu itu kemudian dijual dalam bentuk kaset dan laris manis di pasaran. Berkat lagu-lagunya, sejumlah nama penyanyi cilik menjadi tenar. Seperti Enno Lerian, Dhea Ananda, Leony, Alfandy, Joshua Suherman, dan Tina Toon.


Papa T. Bob bernama asli Erwanda Lukas. T. Bob adalah nama anaknya. Dia menyebut dirinya Papa T. Bob setelah menciptakan lagu anak-anak untuk kali pertama pada awal 1990. Theodore K.S., pengamat musik yang pernah mewawancarai Papa T. Bob, mengatakan kepada Historia, lagu “Semut-semut Kecil” terinspirasi setelah Erwanda memperhatikan gerak-gerik T. Bob sewaktu berusia satu tahun enam bulan.


Bermula dari Musik Humor dan Rock

Erwanda Lukas lahir pada 22 Oktober 1960. Tak seperti pencipta lagu anak-anak generasi sebelumnya seperti Ibu Sud (Saridjah Niung), Pak Kasur, dan Pak Dal (Daldjono Hadisudibjo), dia termasuk terlambat dalam urusan mencipta lagu anak-anak. Sebab dia sebelumnya lebih sering bermesraan dengan lagu humor dan musik rock.


Sebagian lagu humor itu sempat bermasalah. “Humornya nakal. Sering berurusan dengan pihak yang berwajib,” kata Theodore.


Kemudian Erwanda beralih ke jalur rock dengan membentuk grup Caesar Rock Group One. Nama panggung Erwanda adalah Wanda Chaplin. Menurut Kelompok Penyanyi Jalanan dalam Catatan Seperempat Abad Kelompok Penyanyi Jalanan, Wanda Chaplin tak sungkan tampil di jalanan.



Erwanda berupaya masuk ke jalur profesional dengan menawarkan lagu-lagu rock ciptaannya kepada produser. Tapi tak seorang produser pun menerimanya. “Malah dia ditanya, ‘punya lagu anak-anak nggak?’” terang Theodore. Di sinilah titik balik hidup Erwanda. Dia melihat ini kesempatan untuk menapak jalur profesional.


Erwanda menjawab sekenanya. “Ada!” Padahal saat itu dia belum punya lagu anak-anak. “Saya pikir apa salahnya dengan lagu anak-anak? Maka saya bilang ada, jadilah ‘Semut-semut Kecil’ yang dinyanyikan Melisa dan diterbitkan Gajah Mada Records,” tulis Kompas, 12 Mei 1991.


“Semut-semut Kecil” menjadi hits. Bersama terbitnya lagu itu, Erwanda meninggalkan nama Wanda Chaplin dan menggantinya dengan Papa T. Bob.


Sukses lagu pertamanya bikin kepercayaan diri Papa T. Bob dalam berkarya tumbuh pesat. Dia menciptakan lagu anak-anak lainnya, seperti “Si Kodok” dan me-­medley dua lagu anak-anak tradisional, “Cublak-Cublak Suweng” dan “Soleram”, dengan cita rasa musik pop. Tapi liriknya tetap bermuatan pendidikan.



Kombinasi Papa T. Bob ini ternyata berhasil mengerek penjualan kaset berisi empat lagu tadi. “Rata-rata mencapai angka penjualan 200.000–800.000 kopi kaset,” catat Barut Junia Sandra dalam Jenis Kalimat dan Pola Kalimat Lagu Populer Kanak-Kanak, penelitian di Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada 1993.


Karya-karya Papa T. Bob merupakan hasil kompromi keadaan pada masa itu. Sebab, saat itu dia harus mempertimbangkan pula aspek komersil lagu anak. Tapi di sisi lain, dia enggan mengurangi muatan pendidikannya.


Papa T. Bob (kiri) bersama anak-anak binaannya dulu yang kini telah dewasa, Tina Toon dan Leony. (Instagram @papatbob_official)
Papa T. Bob (kiri) bersama anak-anak binaannya dulu yang kini telah dewasa, Tina Toon dan Leony. (Instagram @papatbob_official)

Mencari Trio Anak-anak

Kaprah pada masa itu lagu anak-anak bercita rasa musik pop laris di pasaran. Tapi unsur pendidikannya sangat kurang. Lirik lagu juga menjadi lebih panjang daripada lirik lagu periode sebelumnya. Lagu ciptaan Papa T. Bob termasuk berlirik panjang.


“Syair lagu anak-anak pada dekade tahun 90-an memiliki kecenderungan untuk berlawanan dengan realitas sehari-hari yang memiliki konsep yang salah terhadap pemahaman akan sesuatu,” tulis Djoko Marihandono dalam laporan penelitiannya di Universitas Indonesia, “Perkembangan Tematis Syair Lagu Anak-Anak”.



Setelah selesai dengan penciptaan lagu, Papa T. Bob melangkah lebih jauh. Dia mencari anak-anak untuk menyanyikan lagu ciptaannya. “Maka dia mengintip penyanyi anak-anak yang setiap hari Minggu manggung di Pasar Seni Ancol. Keinginannya membentuk sebuah trio,” kata Theodore.


Kebetulan saat itu ada tiga anak tampil: Johani, Johermin, dan Indah Pratiwi. Usia ketiganya baru menginjak sepuluh tahun. Papa T. Bob terkesan dengan kualitas vokal mereka sehingga mengajaknya masuk dapur rekaman. Dia menamainya Trio Anak Manis.


Selama bersama anak-anak itu, Papa T. Bob menerapkan psikologi anak-anak. Dia tak pernah memaksa mereka untuk memenuhi misi pribadinya. “Bisa saja sedang take (merekam) vokal, mereka mengeluh capai, haus, mengantuk, dan sebagainya,” kata Papa T. Bob dalam Kompas. Dia menyesuaikan cara kerjanya dengan keadaan mereka seperti kapan harus memulai rekaman atau menghentikannya.



Papa T. Bob membuat terobosan baru dalam penggarapan album Trio Anak Manis. Dia mengisi musiknya dengan irama disko. Tujuannya agar pasar menerima album ini. Dengan cara demikian, dia juga tetap dapat menyampaikan pesan dalam lirik lagu ciptaannya.


Tercatat, selama lebih dari sepuluh tahun lagu ciptaan Papa T. Bob mendominasi pasar lagu anak-anak. Anak-anak binaannya juga tenar dimana-mana. Anak-anak Indonesia kelahiran 1980-an akhir dan 1990-an awal, hapal di luar kepala lirik lagu ciptaannya.


Hilang dari Peredaran

Papa T. Bob mendulang rupiah dari mencipta lagu anak-anak dan mengorbitkan anak-anak ke televisi. Dia langsung bisa menebus sebuah apartemen hanya dengan sebuah lagu. Tapi saban kali merayakan hari ulang tahunnya, dia memilih berbagi kebahagiaan dengan sesama yang kurang beruntung.


“Bagi pencipta lagu anak-anak ini, ulang tahunnya cukup dirayakan di rumah yatim piatu atau dengan sunatan massal,” catat Ummat, Vol. 2, Isu 8-13.


Nama Papa T. Bob sempat hilang beberapa lama pada dekade 2000-an. Inilah dekade kebangkrutan lagu anak-anak. Beberapa pencipta lagu anak-anak sudah marhum sejak dekade sebelumnya. Sementara itu, industri televisi juga mulai menyingkirkan beberapa acara anak-anak dan enggan menayangkan lagu anak-anak.



Masa itu Papa T. Bob terbelit sejumlah kasus dan tuduhan tak sedap: pelecehan, perjudian, dan penipuan. Dia sempat aktif kembali menulis lagu pada 2005. Tapi masa jayanya sudah lewat. Lagu-lagu itu tak laku. Kondisi ekonominya merosot.


“Saya tidak bisa hidup lagi di dunia orang kaya. Dunia saya sekarang ada di warteg (warung tegal),” kata Papa T. Bob dalam Tabloid Bintang, 9 Juni 2010.


Ketika kekerasan terhadap anak-anak mulai jadi perhatian orang di negeri ini, Papa T. Bob muncul lagi. Dia membuat satu lagu khusus berjudul “Anti Kekerasan Anak” pada 2014. Setelah itu, nama Papa T. Bob lenyap lagi dari peredaran. Dia mengidap penyakit diabetes dan harus menjalani perawatan rutin.


Semua sakit Papa T. Bob berakhir Jum’at kemarin. Dia wafat meninggalkan lagu-lagu anak-anak hasil kompromi zaman. Anak-anak yang pernah mendengar lagu ciptaannya dulu, kini telah tumbuh dewasa. Melalui media sosial, mereka mengungkap rasa kehilangannya. Selamat jalan, Papa T. Bob.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
Anak Tawanan Itu Bernyanyi “Nina Bobo”

Anak Tawanan Itu Bernyanyi “Nina Bobo”

Sukses sebagai penyanyi di Belanda, Anneke Gronloh tak melupakan Indonesia sebagai tempatnya dilahirkan.
Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Film perdana Reza Rahadian, “Pangku”, tak sekadar merekam kehidupan remang-remang lewat fenomena kopi pangku. Sarat pesan humanis di dalamnya.
bottom of page