top of page

Sejarah Indonesia

Para Haji dan Uang Palsu

Kasus uang palsu melanda daerah Sepanjang, Sidoarjo. Beberapa haji terlibat di dalamnya.

11 Jul 2025

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Ilustrasi pasar uang. Uang palsu acapkali ditemui di pasar uang, bahkan pasar tradisional. Seperti yang terjadi di Sepanjang, Sidoarjo pada 1930-an. (ANRI)

KAWASAN Sepanjang di Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo amatlah strategis. Selain dekat kawasan industri, ia juga tak sampai 10 kilometer dari Bandara Internasional Djuanda, Surabaya.

 

Daerah yang berbatasan dengan Karangpilang (Surabaya) dan Kabupaten Gresik ini ada yang menyebut namanya berasal dari nama salah satu panglima orang Tionghoa yang berontak melawan VOC pada 1740.

 

Sepanjang yang strategis, sudah ramai pedagang di zaman Hindia Belanda. Sebagai kawasan ramai, Sepanjang tentu tak luput dari kejahatan. Terutama pasca-Depresi Ekonomi Dunia (Black Tuesday) tahun 1929 dan awal 1930-an. Pelarian dari Surabaya banyak yang menyasar Sepanjang untuk mencari perlindungan.

 

Sekitar Februari 1936, keresahan melanda para pedagang di Sepanjang. De Indisch Courant tanggal 17 Oktober 1936 memberitakan keluhan para pedagang terkait peredaran uang logam palsu pecahan 10 sen dan 25 sen. Polisi lalu bertindak. Pada April 1936, ada orang yang diduga membuat uang logam palsu di Karangpilang, namun tak ada bukti yang menguatkan.

 

Kasus tersebut tidak dengan cepat menjadi terang. Namun polisi tak menyerah. Ada petunjuk baru setelahnya.

 

Di Sepanjang, ada seorang pengrajin mebel yang punya sebuah toko. Orangnya masih muda dan sudah haji pula. Orang mengenalnya sebagai Haji Dachlan. Koran Belanda menyebut Haji Dachlan dihormati layaknya seorang pangeran.

 

Haji Dachlan, yang disebut koran Belanda sebagai orang Banjar, aktif dalam beberapa organisasi masyarakat sosial keagamaan. Dia juga aktif dalam kepanduan, pengurus sekolah Islam serta sebuah ormas Islam ternama di era ini. Meski di masa ekonomi sedang sulit, Haji Dachlan mampu membeli mobil, bahkan pernah dalam setahun ia membeli dua mobil.

 

Ketika polisi menyelidiki perkara uang palsu, Haji Dachlan ikut disasar. Polisi lalu menemukan ada yang aneh dengan toko mebelnya yang ternyata agak sepi. Dua mobil penumpang yang dibeli Haji Dachlan pun jadi perhatian. Polisi menaksir harganya 1.500 gulden, namun Haji Dachlan menyebut harganya hanya 300 gulden. Transaksi keuangan Haji Dachlan pun lalu diselidiki.

 

Haji Dachlan yang sadar posisinya tak aman, lalu menjual mobil-mobilnya. Ia juga memilih tak banyak keluar rumah.

 

Namun, itu tidak berlangsung lama. Haji Dachlan yang  punya istri siri di Krian kemudian justru membuka cabang toko mebelnya di Gresik, Bululawang, Malang, dan juga Lawang.

 

Tentu saja tindakan Haji Dachlan itu membuatnya disorot lagi. Orang-orang yang terhubung dengannya pun diperiksai polisi hingga ke Mojokerto. Polisi dari Surabaya dan kabupaten-kabupaten sekitarnya pun dilibatkan dalam kasus uang palsu ini. Salah satunya M Seno, seorang asisten penyidik di Taman.

 

Haji Dachlan bukan satu-satunya haji dalam kasus uang palsu tersebut. Haji Abdulazis pun masuk dalam radar polisi yang mengurus kasus ini. Haji Abdulazis adalah tukang jagal yang terlibat kasus daging ilegal. Ketika dia digeledah, di sekitar sungai tempat penggeledahan ditemukan beberapa uang pecahan gulden palsu.

 

Haji lainnya adalah Haji Achmad. Warga Tumpang, dekat kota Malang ini kawin dengan putri seorang petani kaya. Haji Achmad dianggap sebagai mentor bagi sindikat haji yang bermain uang palsu itu.

 

Selain itu, ada pula Haji Mochtar yang tinggal di Giri. Harian De Locomotief tanggal 4 April 1938 menyebut, Haji Mochtar dihukum 4,5 tahun atas keterlibatannya dalam pemalsuan uang ini.

 

Hasil penyelidikan polisi mengungkap bahwa peredaran uang palsu telah melibatkan para pedagang kaya yang punya toko di beberapa pasar. Penyelidikan juga mengarah bahwa bahan pembuatan uang palsu ini berasal dari daerah tempat pedagang Tionghoa berada. Selain para haji itu, seorang wedana yang –abdi negara kolonial–lama berdinas di Kediri, yakni M. Djoewito, juga terlibat. Dia dipindahkan ke Sepanjang sekitar awal 1930-an.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang turut berjuang dalam Perang Kemerdekaan dan mendirikan pasukan khusus TNI AD. Mantan atasan Soeharto ini menolak disebut pahlawan karena gelar pahlawan disalahgunakan untuk kepentingan dan pencitraan.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Misi Orde Baru Menggerus PNI dan NU

Misi Orde Baru Menggerus PNI dan NU

Setelah menumpas PKI, rezim Orde Baru kemudian menghabisi PNI dan NU. Dengan begitu Soeharto dapat berkuasa selama tiga dekade.
Dewi Sukarno Setelah G30S

Dewi Sukarno Setelah G30S

Dua pekan pasca-G30S, Dewi Sukarno sempat menjamu istri Jenderal Ahmad Yani. Istri Jepang Sukarno itu kagum pada keteguhan hati janda Pahlawan Revolusi itu.
bottom of page