top of page

Sejarah Indonesia

Pendiri Persebaya Aktivis Pergerakan

Pendiri Persebaya Aktivis Pergerakan Nasional


Sebagai pengikut dr. Soetomo sekaligus anggota Parindra, Mas Pamudji ikut mendirikan Persebaya.

18 Juli 2025

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Klub Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (SIV), cikal-bakal Persebaya ini ikut didirikan Mas Pamudji yang merupakan aktivis pergerakan nasional. (Soerabajasch Handelsblad)

DARI Boulevard Sidorame, Surabaya, Kompleks Permakaman Karang Tembok di Simokerto nyaris tak terlihat lagi. Deretan bangunan telah menutupinya. Hanya rindang pepohonan di sedikit bagian saja yang menunjukkan di belakang deretan bangunan itu ada lahan hijau terbuka.

 

Sama dengan kondisi di depannya, di dalam kompleks makam itu juga telah penuh oleh makam. Kebanyakan makam warga setempat. Di sanalah Mas Pamudji (1905-1951), salah seorang tokoh pergerakan nasional sekaligus pendiri klub sepakbola Persebaya, dimakamkan. Tokoh ini amat dihormati di pecinta sepakbola Surabaya.

 

Mas Pamoedji lahir di Pelas, Kediri pada 28 Februari 1905. Setelah selesai belajar di sekolah dasar Belanda tujuh tahun Hollandsch-Inlandsche School (HIS), dia meneruskan studinya di sekolah calon pegawai negeri Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA) Blitar.

 

Setelah lulus, dia pun bekerja di Departemen Kehakiman kolonial di Jawa Timur. Mula-mula dia menjadi griffier (panitera) yang membantu hakim dalam mencatat proses perkara hukum. Seiring waktu, kariernya terus menanjak. Pada paruh kedua 1930-an, dia sudah terpilih menjadi anggota Gemeenteraad (Dewan Kota) Surabaya, menggantikan Markabat. De Indisch Courant tanggal 21 Desember 1938 memberitakan, Mas Pamoedji memperoleh 752 suara dan Bapak Ajat 427 suara hingga jadilah dia anggota Dewan Kota.

 

Posisi anggota Dewan Kota, sebagaimana diungkap buku Orang Indonesia Terkemoeka di Djawa, dirangkap Pamudji dengan menjadi ketua Partai Indonesia Raya (Parindra). Oleh karenanya, Pamudji juga harus membawa kepentingan orang Indonesia di Surabaya, hal yang telah dibuktikannya sedari muda. Parindra, yang pada 1941 adalah partai politik Indonesia terbesar, cukup berseberangan dengan pemerintah Hindia Belanda.

 

Pamudji lalu terpilih kembali sebagai ketua Perindra Surabaya. Seperti diberitakan Soerabajasch Handelsblad tanggal 17 Februari 1941, Pamudji telah mengalahkan Mr. Isqak Tjokroadisuryo. Dalam rapat yang dihadiri 400 orang, Pamudji menggambarkan kondisi ketegangan internasional di sekitar Asia Pasifik dan lemahnya ekonomi Hindia Belanda.  Maka Pamudji menyerukan kepada seluruh masyarakat untuk bersiap menghadapi situasi terburuk. Kendati mengaku akan mendukung pemerintah kolonial dalam menghadapi kemungkinan terburuk akibat perang yang bakal muncul, Pamudji juga menyesalkan pemerintah yang hanya sedikit mau memberikan kerjasama. Pada 1940, dia menjadi bagian dari Yayasan Gedong Nasional Indonesia, organisasi yang dibentuk dr Soetomo.

 

Setelah Hindia Belanda bubar dan tentara Jepang berkuasa, Parindra dibubarkan penguasa militer Jepang. Bahkan, sebelum kedatangan militer Jepang pun, salah satu pemuka Parindra seperti Husni Thamrin sudah dianggap orang berbahaya yang harus diawasi. Maka di masa pendudukan Jepang, Pamudji praktis hanya mengurusi sepakbola.

 

Kiprah Pamudji dalam sejarah persepakbolaan telah dilakukannya sedari muda ketika dia masih pelajar. Sebagai pelajar, Pamudji tak hanya masuk kelas lalu pulang, tapi juga terjun dalam pergerakan nasional. Aktivitas itu terus berlanjut hingga ketika Pamudji telah bekerja di birokrasi kolonial.

 

Momen perjuangan pergerakan nasional yang berbarengan dengan maraknya sport, termasuk sepakbola, di Hindia Belanda membuat para aktivis pergerakan kerap menjadikan sepakbola sebagai alat perjuangan. Kala itu, orang-orang Belanda di Surabaya yang hobi main sepakbola punya perkumpulan sepakbola sendiri bernama Soerabajasche Voetbal Bond (SVB). Lantaran sifatnya ekslusif dan momennya berbarengan dengan pergerakan nasional, orang-orang pribumi yang suka main sepakbola pun mendirikan perkumpulan sendiri.

 

“Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB) pada tanggal 18 Juni 1927, dengan pengurus antara lain Pamudji, Pamudjo, R. Sanoesi, Sidik, Askaboel, Radjiman Nasution dan lain- lain,” catat Srie Agustina Palupi dalam Politik dan Sepak Bola di Jawa, 1920-1942.

 

SIVB lalu menjadi bagian dari Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang didirikan Suratin. PSSI merupakan organisasi sport yang didirikan untuk perjuangan pergerakan nasional. Orang-orang Indonesia berhimpun di situ untuk membangun kesadaran nasional, setidaknya untuk menunjukkan di mana posisi kulit putih dan di mana posisi orang Indonesia. Oleh karenanya, bersama PSSI SIVB menjadi bagian dari pergerakan nasional pula.

 

Perkumpulan sepakbola SIVB yang didirikan Pamudji dan kawan-kawan terus berkembang dan Pamudji tercatat menjadi pengurusnya hingga zaman Jepang. Di masa kepemimpinannya dan juga memimpin Parindra, SIVB berganti nama menjadi Persibaja (kini Persebaya/Persatuan Sepakbola Surabaya). Namun, di zaman Jepang perkumpulan itu hanya dijadikan ISI Cabang Surabaya.

 

Setelah Indonesia merdeka, Pemudji tak lagi fokus pada Persebaya sebab dia punya banyak pekerjaan lebih penting hingga pernah menjadi residen Surabaya sebelum tutup usia. Kendati begitu, Persebaya terus berkembang hingga menjadi legendaris. Semua tahu, Persebaya kini adalah salah satu klub terpenting dalam persepakbolaan Indonesia.

 

“Persebaya bermula dari SIVB,” terang sejarawan olahraga Rojil Nugroho Bayu Aji kepada Historia.

 

 

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
Banjir Aceh dan Tapanuli Tempo Dulu

Banjir Aceh dan Tapanuli Tempo Dulu

Sumatra Utara dan Aceh dulu juga pernah dilanda banjir parah. Penyebabnya sama-sama penebangan hutan.
bottom of page